Dataran sebelah barat, yang dipenuhi oleh para Koloni Kin’Yobi, berhasil menciptakan sebuah ruang maya untuk melindungi diri dari kekuatan yang selalu menganggu mereka. Meskipun hidup di dataran Negeri Segara, daerah Banes selalu berada dalam kegelapan. Para koloni telah terbiasa dengan kondisi tersebut, bahkan bayangan-bayangan dapat terlihat dalam kegelapan.
“Banes! Aku adalah Banes,” kata Banes dengan begitu keras dari sebuah gunung.
Gunung tersebut tercipta sebagai tanda bahwa kelahiran dari Koloni Getsuwage telah terjadi. Namun, getarannya yang begitu keras menyebabkan Banes terbangun dari energi maya yang sedang melakukan kesatuan dengan Aegir Segara.
Dalam kesatuan tersebut, Banes meningkatkan energi sehingga Koloni Kin’Yobi begitu banyak. Namun, kemampuan Banes yang terbatas dalam mengendalikan para koloninya memaksa mereka untuk melakukan kesatuan. Aegir hanya sesekali merespons, karena kemarahan Banes begitu besar sehingga kesatuan berkali-kali terputus. Bahkan ketika ia mencobanya kembali, Banes dikejutkan oleh ledakan-ledakan dari para koloni lainnya yang tak ia sadari. Kelemahannya dalam mengendalikan emosi marah membuatnya merasa terpuruk dan kemarahannya menjadi tidak terarah.
“Argghhh!!! Rajas apakah kau tidak tahu begitu sulitnya menahan amarah ini?” tanya Banes kepada koloninya.
“Bagaimana kata Aegir?” tanya Rajas kembali, sedikit membungkuk.
(Hening sejenak)
“Aku tidak akan bingung, jika aku tahu jawabannya, RAJAS!!!” Teriakan Banes membuat Rajas terpental cukup jauh. Rajas, sebagai anggota koloni, selalu setia menemani ke mana pun Banes pergi. Bahkan Banes berusaha untuk mengelilingi Negeri Segara yang begitu luas. Namun, ia belum bisa menemui satu pun makhluk yang melakukan aktivitas seperti para koloninya.
(Langit dipenuhi kegelapan)
"Apakah hidup ini belum ada, sehingga aku harus menghidupkannya dengan kegelapan ini?!" desis Banes, terduduk di atas sebuah gunung. Tubuhnya begitu besar, namun pergerakannya begitu cepat, membuat Rajas harus selalu menyesuaikan kecepatan Banes yang berpindah tempat.
"Seperti yang dikatakan Aegir, 'Kegelapan harus dapat kita kendalikan,' sehingga Negeri Segara dapat tumbuh dan menjalani kehidupan dengan energi dari Aegir," ucap Rajas.
"Aku merasa bersalah, tapi kamu juga belum mengetahui caranya, Rajas!" ujar Banes.
"Kita harus berusaha lagi," kata Rajas.
Rajas, yang begitu setia dan sabar, berusaha membantu para koloninya mengendalikan energi yang diberikan oleh Aegir dan bergabung dalam kesatuan. Meskipun hanya sesaat bergabung, hal ini mendorong Rajas dan Banes untuk mencari cara agar dapat berkomunikasi dengan cepat. Tentunya, ini berbanding terbalik dengan Koloni Kunang-Kunang yang dapat menggunakan kesatuan dengan begitu lama sesuai keinginannya tanpa takut terputus atau kehabisan energi Aegir.
“Banes, bisakah kita untuk menjelajahi Negeri Segara kembali?” tanya Argogos ketika Argogos muncul di hadapannya.
“Tentu saja, aku juga akan pergi,” jawab Banes.
“Argogos, apakah kamu mendapatkan informasi?” tanya Rajas kepada Argogos.
“Or’or dan aku telah melihat begitu banyak. Pertama, getaran begitu dahsyat di seluruh dataran,” jawab Argogos kepada Rajas.
"Kamu tidak melihat Banes tadi berada di puncak Gunung Iwawa?" tanya Rajas kepada Argogos sambil menunjukkan tempat di mana Banes berdiri sebelumnya.
"Aku melihatnya bersama Or'or. Eh! Sejak kapan gunung itu semakin tinggi," jawab Or'or dengan sedikit kaget melihat Gunung Iwawa yang kini terlihat lebih tinggi.
"Apakah kamu tahu penyebabnya, Or'or?" tanya Banes kepada Or'or yang ikut hadir dalam perbincangan.
"Kegelapanku mengatakan bahwa getaran itu berpusat dari arah selatan," jawab Or'or.
"Kesatuan mengatakan itu adalah penciptaan dari Aegir," sahut Argogos.
"Apa lagi yang dikatakan di kesatuan, Argogos?" tanya Banes, penasaran.
"Energi Aegir terpecah secara tidak sengaja menyebabkan tidak terkendalinya Aegir," jawab Argogos.
"Bukankah Aegir mampu?" tanya Rajas, mendekati Argogos dan menepuk pundaknya untuk menanyakan lebih lanjut.
"Energi Aegir keempat berhasil keluar sebelum waktunya karena energi tersebut terus mendobrak keluar, namun ada satu energi yang terpental akibat ledakan energi yang dahsyat tersebut," jawab Argogos meyakinkan semua orang (Banes, Rajas, Or'or, dan dirinya sendiri).
Banes mengeluarkan cahaya kegelapan yang begitu kuat sehingga Gunung Iwawa tak terlihat dari kasat mata, dan bahkan cahaya terang dari Koloni Kunang-Kunang pun tak mampu menembusnya. "Aku akan pergi menjelajah!" seru Banes, lalu mengaktifkan kekuatannya untuk berpindah tempat melalui banyak dimensi maya. (Dimensi maya merupakan dimensi sementara, namun ia harus berhati-hati agar tidak meninggalkan jejak bagi pemiliknya, karena dimensi maya dapat diakses oleh siapa pun yang mampu menembusnya)
Radar Banes dalam Dimensi Maya
Dalam sebuah perjalanan menembus dimensi maya, Banes memberikan begitu banyak tanda pada setiap ruang. Rajas dan Argogos bertugas sebagai pendeteksi, sedangkan Or’or melindungi Banes pada dimensi maya apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, seperti habisnya energi Banes.
"Barusan aku melihat sebuah cahaya terang. Sepertinya itu adalah koloni, bukan makhluk," kata Argogos yang dengan singkat melihat sebuah energi Aegir di dimensi maya, tetapi bukan dari Koloni Kin’Yobi.
Koloni Kin’Yobi melakukan penjelajahan bukan untuk menjajah daerah atau dataran lain. Mereka hanya mencari tahu koloni yang diciptakan oleh energi Aegir untuk menyeimbangkan energi tersebut. Dalam kesatuan, Banes mendapatkan tugas dari Aegir Segara bahwa Negeri Segara harus tetap memancarkan energi Aegir pada kebenaran. Kebenaran energi Aegir adalah menyeimbangkan kemalangan, kemarahan, dan duka menjadi kebahagiaan, ketenangan, dan ketentraman. Aegir berharap kebenaran ini mampu menjalin keharmonisan, kebahagiaan, serta mempertahankan dan menggunakan energi Aegir untuk menghasilkan kebahagiaan.
Banes menyadari bahwa sangat sulit baginya untuk mengendalikan kemarahannya. Cahaya hitam yang melekat pada dirinya pun sangat sulit dikendalikan ketika Banes kehilangan kendali atas dirinya sendiri.
"Banes! Pergi ke dimensi ruang maya sebelumnya!" seru Argogos, memerintahkan Banes untuk kembali ke dimensi sebelumnya.
"Iya, aku merasakan energi yang sama seperti Aegir. Apakah ini Aegir?" tanya Rajas kepada Argogos yang duduk di sebelahnya.
"Tidak, energi Koloni Kin’Yobi tidak dapat memasukkan Aegir ke dimensi ruang maya. Dimensi ruang maya hanya bisa diciptakan oleh Koloni Kin’Yobi dan para penggunanya hanya mampu merasakan energi yang lebih kecil atau sama dengan penggunanya," jelas Argogos, menjelaskan bahwa energi Aegir begitu besar untuk masuk ke dimensi ruang maya dari Koloni Kin’Yobi, jika pun dia bisa, mereka hanya bisa di kesatuan.
"Or’or!!! Kamu mengenalinya?" tanya Banes ketika melihat cahaya putih tersebut kepada Or’or.
"Aku pernah melihatnya saat aku berada di dataran. Cahaya yang sama seperti waktu itu," jawab Or’or kepada Banes. Or’or melihat percikan-percikan cahaya dari Koloni Kunang-Kunang yang bertaburan di seluruh dataran Negeri Segara, membuat langit begitu bercahaya. Kejadian itu terjadi saat Gumintang tidak sengaja dan tidak menyadari bahwa gesekan tangannya yang hendak menciptakan cahaya putih bagi para Koloni Kunang-Kunang malah menyebabkan percikan hebat ke seluruh Negeri Segara sehingga Koloni Kunang-Kunang tersebar tanpa mengetahui identitasnya di seluruh dataran Negeri Segara.
“Arrrgghhhh!!! Apakah kamu Aegir?” tanya Banes, dalam wujud cahaya hitam, menyambangi cahaya putih di dimensi maya.
“Siapakah kamu?” tanya Gumintang, berwujud cahaya putih, di dimensi cahaya.
“Kenapa kamu bisa masuk ke dimensi maya?” tanya Banes kembali kepada cahaya putih tersebut.
“Aku bukan Aegir, aku adalah Gumintang. Namun, aku tidak masuk ke dimensi maya karena aku adalah pemikiranmu sendiri, Banes!” kata Gumintang dengan suara bergema dalam pikiran maya Banes.
“Banes! Dia adalah Gumintang Yang Agung,” kata Or’or kepada Banes.
“Apakah kamu mendengarnya juga?” tanya Banes kepada Rajas, Argogos, dan Or’or.
“Kita semua melihat, mendengar, dan merasakannya. Dia adalah Yang Agung,” kata Rajas.
“Wahai, Yang Agung. Sinarmu sama seperti Aegir, apakah yang membawamu kemari?” tanya Banes, tertunduk, kepada Gumintang.
“Aku sama seperti kalian. Tidakkah kalian melihatnya? Panggil aku Gumintang,” kata Gumintang kepada mereka melalui pikiran maya.
“Aku mencari para Koloni Kunang-Kunang di seluruh dataran Negeri Segara,” imbuh Gumintang menjawab pertanyaan Banes.
“Bolehkah aku membantumu?” tanya Banes kepada cahaya putih tersebut. “Berbaurlah dengan para makhluk lainnya, koloniku tidak begitu terlihat dengan hanya mencari dimensi maya, mereka melebur dengan dataran,” jawab Gumintang dalam bentuk cahaya kepada Banes.
“Aku sangat sulit mengendalikan kemarahanku, Yang Agung,” kata Banes, khawatir akan mengacaukan tujuan kedatangan Gumintang.
“Carilah aku berada, Banes Yang Kuat. Berusaha hampiri keberadaanku di dataran,” kata Gumintang dalam pikiran maya.
“Kemanakah aku mencari?” tanya Banes kepada Gumintang.
“Luapkan cahaya hitammu dan temukanlah aku,” jawab Gumintang dalam pikiran maya.
“Banes!!! Gunung Iwawa! Kamu bisa melakukannya disana,” seru Argogos kepada Banes.
Banes bersama para Koloni Kin’Yobi berpindah dimensi ke puncak Gunung Iwawa. Sesampainya di sana, Banes bersama Koloni Kin’Yobi berkumpul dan berseru kepada kekuatan Aegir. Banes meluapkan cahaya hitamnya di puncak Gunung Iwawa.
ARGGHHHHHH!!!!
WAAARRRHHH!!!!
GRAAHHH!!!
Kepulan cahaya hitam kemudian menyelimuti puncak Gunung Iwawa dan menyebar ke seluruh dataran Negeri Segara. Seruan Banes membuat Aegir Segara terhentak dan muncul dalam kesatuan.
“Wahai, Kin’Yobi. Kalian sudah memulai genderang kehidupan di Negeri Segara. Lakukanlah atas kebenaran dan gunakan energiku ini!” kata Aegir Segara, lalu menyalurkan energi kepada seluruh Koloni Kin’Yobi. Kepulan cahaya hitam merongrong begitu keras, mengeluarkan kilatan cahaya yang menggetarkan semesta. Munculah cahaya-cahaya putih satu per satu di antara Koloni Kin’Yobi. Rajas melihat satu per satu cahaya putih di seluruh dataran Negeri Segara.
“Aku mengerti maksud Gumintang, Banes,” kata Rajas sambil melihat cahaya-cahaya putih tersebut di seluruh dataran Negeri Segara.
“Kita hanya harus berbaur, bahkan cahaya hitam yang dihindari oleh makhluk menjadi indah ketika bersama Gumintang. Yang Agung telah memberikan kita kemuliaan di Negeri Segara. Kita tidak perlu gusar,” imbuh Rajas dengan penuh kebahagiaan karena Koloni Kin’Yobi tidak perlu takut dan terisolasi karena cahaya hitam yang mereka miliki.
Koloni Kin’Yobi berhasil melakukan radar di seluruh dataran Negeri Segara dalam mencari Koloni Kunang-Kunang. Mereka melihat begitu indahnya cahaya putih yang bersinar dalam kegelapan.
Jelajah Argogos untuk Menemukan Gumintang
Kepulan cahaya hitam merongrong seluruh dataran Negeri Segara, menjadikan Koloni Kunang-Kunang terlihat indah. Namun, cahaya putih yang terpancar bukanlah untuk memperlihatkan diri mereka. Cahaya putih itu merupakan seruan kepada Aegir yang membuat Koloni Kunang-Kunang terdeteksi oleh Koloni Kin’Yobi. Dengan kata lain, mereka tanpa sadar memancarkan cahaya putih tersebut.
Gemuruh di seluruh alam semesta menandakan persetujuan Aegir terhadap perjalanan Koloni Kin’Yobi. Banes pun mulai menuju tempat Gumintang Yang Agung. Banes berjalan menyusuri dataran dan keluar dari batas wilayah Koloni Kin’Yobi untuk pertama kalinya. Ia tidak menggunakan dimensi maya saat ini untuk menghindari deteksi oleh makhluk yang mungkin mengancam Koloni Kin’Yobi.
“Banes, tempat indah tercipta setelah gemuruh itu terdengar di seluruh semesta,” kata Rajas kepada Banes yang berjalan di belakangnya.
“Apakah kamu sudah mengetahui hal tersebut?” tanya Banes sambil berjalan. “Argogos sudah memberitahukannya,” jawab Rajas.
“Gunakanlah sedikit cahaya hitammu untuk mengirimkan sinyal kepada Koloni Kunang-Kunang bahwa kita sedang dalam perjalanan,” kata Banes kepada Rajas.
“Aku sudah melakukannya tadi, selain itu Argogos dan yang lainnya sedang mendeteksi lokasi Gumintang Yang Agung, Banes,” kata Rajas.
“Kita akan membangun dimensi terlebih dahulu di sini,” kata Banes sambil menunjuk ke dua batu besar hitam di depannya.
“Banes, aku akan mencoba kesatuan kekuatanku terlebih dahulu di sini,” kata Rajas.
“Berhati-hatilah karena kita belum mengetahui makhluk yang akan kita temui. Jangan sampai kamu membuat kesalahan,” kata Banes sambil berubah wujud menjadi cahaya hitam. Rajas pun menatap ke atas lalu melemparkan sejumput tanah ke batu tersebut. Rajas memastikan dirinya tidak berada dalam dimensi maya."
Kesatuan Rajas menyadari pentingnya memberikan sinyal kepada Argogos dan Or’or dalam perjalanan bersama Banes. Saat ini, kekuatan Koloni Kin’Yobi terbagi karena Banes memetakan daerah Koloni Kin’Yobi untuk mengantisipasi ancaman terhadap koloni. “Aku harus memulihkan energi terlebih dahulu, saat ini aku tidak dapat mengandalkan Argogos,” kata Rajas sambil mengeluarkan taring tajam dari wajahnya dan mendeteksi lokasi Rajas dan Banes. Sosok Rajas yang tangguh dan kuat berhasil menggoyahkan deteksi Or’or yang sedang menjelajahi dimensi maya.
“Ada apa dengan Rajas?” tanya Or’or kepada Sile yang menemaninya dalam perjalanan di dimensi maya.
“Sepertinya ia sedang berusaha memetakan daerah di mana mereka (Rajas dan Banes) berada saat ini,” kata Sile kepada Or’or.
“Bagaimana dengan Argogos?” tanya Or’or lagi.
“Argogos bersama dengan para koloni sedang memusatkan pemetaan Negeri Segara untuk masuk ke dalam dimensi maya,” jawab Sile.
“Baiklah, kita juga akan berjuang, Sile,” kata Or’or.
“Gorrrrrrrgggggghhhhh!!!” seru Sile.
“AAAArggghhh” jawab Or’or.
Koloni Kunang-Kunang Memberikan Sinyal
Koloni Kunang-Kunang yang berada di dataran sebelah utara Negeri Segara mengetahui bahwa cahaya hitam dari Koloni Kin’Yobi sedang bergabung dengan energi Aegir. "Wahai, Kunang. Mari kita bergabung dalam membentuk pikiran maya untuk mengendalikan cahaya hitam tersebut!" seru Hacibi kepada para Koloni Kunang-Kunang. Namun, membentuk pikiran maya tidak semudah membentuk dimensi maya. Mereka harus mampu mengidentifikasi energi-energi tersebut sebagai wadah mereka. Dibutuhkan sebuah tanda pada energi tersebut agar pikiran maya dapat terbentuk.
(Cahaya adalah sebuah bentuk kekuatan energi Aegir yang terbagi menjadi beberapa bagian dalam menciptakan keseimbangan di alam semesta)
“Koloni Kin’Yobi begitu banyak,” seru Wobu kepada Hacibi.
“Berapa banyak?” tanya Hacibi.
“Kita harus memusatkan perhatian kepada energi Aegir terlebih dahulu, bukan kepada cahaya hitam tersebut,” jawab Wobu.
“Aku akan memusatkan perhatian kepada energi Aegir. Kalian semua pastikan tidak terpisah,” kata Hacibi kepada para Koloni Kunang-Kunang. Mereka membentuk pusaran energi Aegir dan memberikan tanda kepada seluruh Koloni Kin’Yobi. Cahaya putih menembus langit menuju energi Aegir, dan para Koloni Kunang-Kunang membentuknya menjadi menara yang tinggi membelah langit. Beberapa saat kemudian, cahaya putih tersebut melebur dan menyebar ke sebelah barat Negeri Segara. Mereka masuk ke daerah Koloni Kin’Yobi. Kekuatan Koloni Kunang-Kunang begitu dashyat dan indah, ribuan cahaya bersinar di tengah-tengah daerah kegelapan.
Cahaya putih tersebut masuk satu per satu ke daerah Koloni Kin’Yobi dan memberikan tanda kepada para koloni. Kedua Koloni berhasil mengkombinasikan energi tersebut tanpa halangan. “Banes, aku melihat goa tidak jauh dari sini,” kata Rajas memberitahukan Banes yang sedang berpindah-pindah tempat di dimensi maya.
Banes pun segera berjalan bersama Rajas menuju goa tersebut, Rajas memberitahukan bahwa goa tersebut diketahui setelah energi kedua koloni berhasil terkombinasi. “Aku mendapatkan energi Aegir berada di goa ini,” kata Rajas sambil menunjukkan arah goa tersebut.
“Rajas, bagaimana dengan yang lain? Apakah mereka dapat melihat Gumintang berada?” tanya Banes kepada Rajas.
“Tidak, Banes. Meskipun energi saling berkaitan, kita tidak dapat mengetahuinya begitu saja,” jawab Rajas.
“Tapi mengapa aku dapat melihat begitu banyak energi?” kata Banes kepada Rajas.
“Mungkin Gumintang memberikanmu sinyal, Banes. Aku sendiri tidak melihat energi tersebut, aku hanya mengetahui dari Argogos dari Gunung Iwawa,” kata Rajas.
“Baiklah, Rajas. Sampaikan kepada Argogos bahwa kita perlu memetakan daerah utara Negeri Segara,” kata Banes kepada Rajas.
“Namun, kita memerlukan energimu, Banes,” kata Rajas.
“Aku sudah mampu masuk ke pikiran maya Argogos,” sahut Banes.
“Kalau begitu aku akan menuju Gunung Iwawa, apakah kamu yakin sendirian, Banes?” tanya Rajas kepada Banes.
“Tidak masalah, aku akan kembali setelah perbincanganku dengan Yang Agung selesai,” jawab Banes kepada Rajas. Kemudian, Rajas berteleportasi ke puncak Gunung Iwawa untuk memberitahukan kepada Argogos dan yang lainnya.
Banes Tersengat oleh Energi Aegir
Perjalanan Banes menuju goa tempat Gumintang berada memberikan pemahaman baru padanya tentang mengendalikan cahaya hitam yang ada dalam dirinya. Kemahirannya dalam mengendalikan emosi yang merugikan lambat laun menjadi lebih terkendali. Energi Gumintang yang menyertainya memberikan ketenangan, dan perasaan akan cahaya putih tersebut membantu menenangkan dirinya. "Inikah arti bahwa kegelapan tidak membuatku rendah? Apakah ini pandangan yang berbeda ketika melihat kegelapan? Bahkan diriku yang penuh dengan kegelapan tidak mampu melihat keindahan ini. Yang Agung benar-benar membuka pandanganku tentang kegelapan yang selama ini menyelimuti daerah Kin’Yobi dan diriku sendiri," kata Banes dalam hati.
Dalam perjalanan menuju goa tempat Gumintang berada, Banes tersungkur dan terjatuh karena energi yang sangat besar memasuki dirinya. Pada awalnya, Banes mengira dirinya diserang. "Wahai, Kin’Yobi. Dirimu sungguh berarti, janganlah merasa cemas tentang keberadaanmu. Dirimu adalah bagian dariku, jangan menyesali bentukmu," kata Aegir Segara yang menampakan dirinya kepada Banes dalam wujud cahaya yang menyatu.
"Aegir, tolong maafkan kerendahan hatiku selama ini. Sungguh, aku tidak bermaksud membuatmu marah karena penderitaanku ini. Aku hanya merasa bahwa kegelapanku telah berdampak buruk pada Negeri Segara, dan aku takut tidak mampu menyeimbangkan kehidupan semesta sesuai dengan tujuan penciptaanku," kata Banes penuh penyesalan dan merasa bersalah.
"Keseimbangan memang sangat penting di semesta ini. Namun, aku tidak membiarkanmu terus-menerus merasa gelisah. Bangunlah pertahanan di sebelah barat. Kin’Yobi harus menemukan batas barat Negeri Segara. Kin’Yobi adalah kekuatan Yang Agung, tidakkah dirimu merasakannya?" kata Aegir Segara.
"Baik, Aegir. Yang Agung telah memberikan banyak petunjuk padaku," kata Banes kepada Aegir Segara, dan kemudian Aegir Segara menghilang dari pandangan.
"Dirimu adalah Banes, yang terkuat di semesta ini," kata Aegir Segara.
Rajas Menemukan Batas Negeri Segara Sebelah Barat
Rajas, saat menemani Argogos di puncak Gunung Iwawa untuk memetakan daratan sebelah utara Negeri Segara, menyadari bahwa Banes sedang berada dalam pikiran maya untuk mencari batas daerah barat Negeri Segara. Rajas kemudian berhenti memetakan wilayah utara dan beralih ke dimensi maya sebelah barat. Baginya, wilayah barat sulit dijangkau hingga batas Negeri Segara karena daerah datarannya yang luas. Rajas memutuskan pergi sendiri untuk menemukan batas tersebut. "Apakah Negeri Segara memiliki batas? Dalam pandangan dataran Negeri Segara, aku hanya melihat dataran yang tak berujung," kata Rajas dalam hatinya. Lalu, dia mengingat sesuatu, bahwa dalam dimensi maya, batas hanyalah konstruksi dari energi Aegir. Tanpa ragu, Rajas mengubah dimensi maya tersebut dan bergerak dengan kecepatan ribuan kilometer per detik, memantulkan energi dari pusat kekuatan yang dia pusatkan.
Kekuatan Rajas dalam mengolah energi Aegir membuatnya memantulkan ribuan cahaya yang langsung melesat hingga mencapai batas Negeri Segara yang membentuk seperti bunga Teratai. "Ada dataran di seberang sana, aku harus berpindah," katanya kemudian berpindah tempat ke dimensi maya untuk menuju pulau tersebut. Pulau itu terpisahkan oleh akar pohon yang besar dan membentuk bunga Teratai raksasa yang indah dan harum.
"Indah sekali bunga ini," kata Rajas, terpesona oleh pemandangan Bunga Teratai tersebut. Saat ia mencapai puncak bunga teratai raksasa itu, dia tanpa sengaja melihat keindahan cahaya hijau yang membentang di seluruh alam semesta. Cahaya hijau itu terlihat seperti tali yang menghubungkan beberapa titik. Rajas pun mencari tahu titik-titik tersebut. Titik pertama berada di sebelah utara, titik kedua berada di sebelah barat, titik ketiga berada di sebelah timur, titik keempat berada di sebelah selatan, dan titik kelima berada di luar Negeri Segara. Rajas menyadari bahwa titik di luar tersebut berisi energi Aegir, dan dia memutuskan untuk membangun koneksi dari cahaya-cahaya tersebut dan memberikan pertahanan yang kuat.
Pertahanan Kin’Yobi Sebelah Barat
Rajas berhasil membuat koneksi dengan cahaya-cahaya tersebut, lalu mengambil sehelai daun bunga teratai yang agak tergores. Setelah itu, dia menyebarkannya ke dalam dimensi maya untuk mencapai tempat Banes dengan cepat. Cahaya-cahaya tersebut membentang begitu berkilauan di alam semesta yang luas.
"Banes, aku menemukan daun bunga teratai yang luar biasa di Batas Barat Kin’Yobi. Begitu indah dan menawan," ujar Rajas dengan semangat kepada Banes sambil memperlihatkan daun tersebut. Kin’Yobi belum pernah melihat daun sebesar itu, dan daun bunga teratai ini benar-benar memancarkan kilauan yang menakjubkan.
"Begitu indah, Rajas," ucap Banes sambil memegang daun bunga teratai itu dengan penuh kagum.
"Aku akan membangun pertahanan di sebelah barat. Bagaimana denganmu?" tanya Rajas kepada Banes. Rajas melihat bahwa perjalanan Banes nampaknya belum dapat menemui goa Gumintang yang cukup jauh jika ditempuh menyusuri dataran yang begitu luas.
Banes menjawab, "Aku akan melanjutkan perjalananku, Rajas. Aku akan menyerahkannya kepadamu." Setelah berkata demikian, Banes mencabut empat helai bulu yang ada di tubuhnya. Bulu-bulu tersebut berubah menjadi kristal hitam, yang merupakan energi inti Banes yang berguna sebagai tanda kehidupan Banes. Namun, kristal ini harus diletakkan pada sebuah tempat yang dapat menghubungkan koneksi di bunga teratai. Jika tidak, maka ledakan hebat akan terjadi karena kristal tersebut harus mewujudkan penciptaannya di alam semesta.
“Bawalah kristal ini dan tancapkan di puncak sari bunga teratai tersebut, Rajas. Setelah itu, aku akan menyelesaikan tugas untuk menciptakan pertahanan terakhir bagi batas seluruh Negeri Segara,” imbuh Banes kepada Rajas. Rajas pun bergegas menuju dimensi maya dan berpindah ke puncak Gunung Iwawa, sementara Banes melanjutkan perjalanannya.
Argogos (yang berada di batas Negeri Segara sebelah utara), Or’or (yang berada di batas Negeri Segara sebelah timur), Sile (yang berada di batas Negeri Segara sebelah selatan), Norg (yang berada di batas Negeri Segara sebelah barat), dan Gigel (yang berada di titik pusat semesta) melalui dimensi maya untuk membawa kristal hitam ke puncak sari bunga teratai sesuai dengan perintah Rajas. Rajas sendiri berada di titik pusat Negeri Segara. Sementara itu, Noru, Baldax, Zerab, dan Mogalri menyebarkan cahaya hitam tersebut membentuk pelindung di sekitar puncak Gunung Iwawa.
"Noru, apakah kita melakukan ini karena energi Aegir akan hilang?" tanya Baldax pada Noru.
"Aku hanya tahu bahwa Banes ingin membangun pertahanan di batas barat Negeri Segara," jawab Noru kepada Baldax, yang saat itu tengah berkonsentrasi pada cahaya hitam yang menyebar seperti tali.
"Keseimbangan perlu dijaga dengan membangun perlindungan di setiap batas Negeri Segara, menandakan akan terjadi sesuatu," sahut Zerab kepada keduanya (Noru dan Baldax).
Kristal hitam itu berhasil diletakkan di puncak sari bunga teratai. Rajas dan Gigel menarik energi kristal hitam itu untuk dipertemukan ke titik pusat semesta, di mana Gigel berada saat ini. "Gigel, kamu harus sedikit bertahan dengan daya yang diterima dari miliaran cahaya tersebut sendirian," kata Rajas kepada Gigel yang sedang serius dan fokus menahan energi begitu besar. Para Koloni Kin’Yobi di puncak Gunung Iwawa kemudian bersatu untuk energi Aegir.
Arrrzzggghhhh! Arggggggzzzhhhhk!
Kemudian, Gigel menerima energi dari Kin’Yobi dalam dimensi maya. Pertahanan batas barat Negeri Segara berhasil memperlihatkan perlindungan, di mana satu per satu cahaya menyusun dari bunga teratai ke atas, mencapai tempat Gigel berada, dan menyebar ke beberapa titik arah, yaitu timur, utara, tengah, dan selatan.
Banes Menghantam Cahaya Hitam
Kekuatan Banes yang begitu kuat terkadang sulit untuk dikendalikan. Energi Aegir, yang tercipta dari kemarahan Aegir itu sendiri, kadang memperlihatkan kekuatan yang dahsyat, menggemparkan alam semesta, dan merongrong seluruh penjuru dengan kilatan yang berbahaya. Dalam perjalanan menuju pertemuan dengan Yang Agung, tepat sebelum Banes menembus dimensi cahaya putih, tubuhnya terasa seperti masuk ke poros yang menarik seluruh rasa marahnya. Cahaya hitam yang mengelilingi tubuhnya ditarik keluar dari poros tersebut, membangkitkan kekuatan dari kemarahannya yang kemudian menghantamnya kembali, dan cahaya hitam itu melesat naik ke atas seperti menara.
"Diamkan dirimu, Banes!" kata Gumintang dalam pikiran maya Banes.
Argggggghhh! Graaaghhh!
Banes terus berteriak, seolah-olah ingin menghancurkan dataran Negeri Segara. "Pelajari cara untuk memusatkan cahaya hitam itu pada tempatnya. Aku sudah membantumu melalui pikiran maya ini," kata Gumintang kepada Banes.
"Aku mencoba mengendalikannya, namun tidak bisa, energi ini terlalu besar," ujar Banes, yang kemudian terus menghantam dataran dengan ganas.
Grrrrogghhh! Arghhhh! BRAAGGGGGGHH!!!
Kekuatan itu semakin membesar. Gumintang kemudian menenangkan Banes dengan menyentuh tubuhnya yang diselimuti oleh cahaya hitam itu, dan matanya sudah memerah. Perlahan-lahan, cahaya hitam itu mulai pudar. Gumintang kemudian mengendalikan cahaya hitam tersebut menuju sebuah tempat yang diperolehnya dari sebuah wadah Aegir (tempat Gumintang melakukan perjalanan menuju semesta Aegir Segara).
Wadah itu bernama Murtyaman, suatu wadah yang sangat suci, berisi sebuah zat untuk menetralisir segala bentuk energi negatif. Murtyaman mengubah cahaya itu menjadi seperti partikel gelembung yang kemudian memasuki tubuh Banes kembali. "Banes, pikiranmu yang dipenuhi oleh racun kini dinetralisir kembali oleh Aegir melalui Murtyaman ini. Namun, aku akan terus masuk ke dalam pikiran maya untuk membantumu memahami arti keseimbangan dan kehidupan," kata Gumintang kepada Banes.
"Namun, rasa kemarahan pada Kin’Yobi (rasa marah dari terciptanya Kin’Yobi tidak hanya berhenti pada Banes, perasaan tersebut menyebar ke seluruh Koloni Kin’Yobi) sehingga penting untuk membuat Kin’Yobi memahami begitu banyak kasih agar kekuatannya dapat terkendali," imbuh Gumintang.
"Mengapa rasa marah ini selalu muncul?" tanya Banes kepada Gumintang.
“Terpecahnya energi Aegir begitu sempurna untuk keseimbangan alam semesta. Rasa marah menjadi bagian dari penciptaanmu. Namun, apakah makhluk seperti kita tidak dapat merasakan kemarahan? Rasa marah akan muncul ketika sesuatu tidak dapat kita kendalikan. Sama halnya ketika dirimu diciptakan, Aegir Segara merasa bahwa energi tersebut mendapatkan olokan dari alam semesta sehingga terciptalah Kin’Yobi," kata Gumintang kepada Banes.
“Seiring berjalannya waktu, memahami segalanya akan menjadikan dirimu lebih mengerti rasa marah tersebut," imbuh Gumintang.
Banes kemudian menyatukan energinya dengan Gumintang agar dapat melindungi Yang Agung dari marabahaya. Gumintang dan Banes bersatu untuk menyatukan energi Aegir menjadi kekuatan yang luar biasa, penyatuan ini disebut Arcapo. Arcapo merupakan gabungan dari dua elemen, cahaya putih dan cahaya hitam, yang diciptakan oleh Koloni Kunang-Kunang dan Koloni Kin’Yobi. Arcapo berupa senjata kilat berwarna merah yang berkilauan. Kehadiran Arcapo mampu menghancurkan energi dari makhluk yang terkena dampaknya.
~ Catatan ~
Kemarahan menjadi tidak terkendali ketika pikiran dan rasa menghilang.
Bentuk kemarahan sebuah pengendalian pada pikiran dan rasa.
Tidak mudah mengendalikannya.
Hanya ikatan cinta dari pikiran dan perasaan yang menyadarkan bentuk kemarahan.
Itu mengapa kekuatan cinta dapat membutakan seseorang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Agas
aku ramein juga nih thor biar kayak pasar wkwkwk
2023-09-30
0
Vivi Z
kok disini sepi sih. izin ramein ya kak
2023-09-27
2