Jika memang cinta tidak dapat dibeli, jika memang perasaan tidak dapat dipaksakan. Lalu kenapa banyak sekali orang yang memilih menyakiti pasangannya sendiri? Lalu kenapa mereka memilih berpacaran, dengan seseorang yang tidak mereka cintai?
Freya menatap nanar sebuah foto pada ponselnya, beberapa detik yang lalu Farrel mengaploud sebuah foto pada akun instagramnya. Foto dia dengan sahabatnya, Zyva gadis cantik yang selalu saja berada disamping kekasihnya itu. Bisa dibilang, dia adalah benalu dalam hubungannya dengan Farrel.
Caption yang digunakan oleh Farrel, membuat Freya jengah sekaligus kesal Zyva sayang cepat sembuh. Padahal selama hubungannya dengan Farrel berlangsung, dapat dihitung jari berapa kali pemuda itu memanggilnya sayang. Iya, Freya juga tahu, dia juga sadar diri bahwa hubungannya dengan Farrel belum berlangsung lama dan lebih lama hubungan yang terjalin antara Farrel dengan Zyva, tapi tetap saja.
Padahal Farrel bisa saja mengungkapkan rasa sayangnya itu secara langsung, bukan melalui media sosial seperti itu. Setidaknya, jangan sampai Freya tahu, jangan sampai dia sadar bahwa cinta yang dimiliki oleh kekasihnya itu, sangat besar kepada sahabatnya, dibandingkan kepada dirinya yang notabene nya adalah pacarnya sendiri.
Freya gak akan marah, dia gak akan merasa keberatan asalkan dia tidak tahu. Itu saja, dan itu bukan hal yang sangat sulit bukan?
Freya menghembuskan napasnya lelah, dia memilih memasukkan ponselnya kedalam tas dan berjalan keluar dari kamar. Dia tidak mau hari-hari nya berjalan dengan sangat menyebalkan, hanya karena ulah dari pacarnya itu.
"Kak Darpa gak kerja?" Tanya Freya heran. Padahal biasanya kakaknya itu sudah berangkat kerja sejak pagi buta. Tapi saat ini, yang dia lihat justru sosok kak Darpa yang sedang duduk disofa dengan koran ditangannya. Mirip kakek-kakek, itu yang dipikirkan Freya ketika melihat penampilan kakaknya saat ini. Bagaimana tidak, kacamata yang menggantung pada hidungnya, baju kaos oblong dan juga sarung yang digunakan oleh kakaknya itu, benar-benar mirip dengan kakek-kakek.
"Libur" jawab Darpa cepat. Dia melirik Freya sekilas "kamu mau kakak antar?" Tanyanya.
Freya menggelengkan kepalanya cepat "gak usah, hari ini aku berangkat bareng Kafin" tolaknya.
"Yaudah, bagus. Bilangin sama Kafin, jangan ngebut-ngebut bawa motornya" nasihat Darpa, dia kembali fokus membaca koran yang berada dihadapannya.
"Iya-iya. Aya berangkat dulu" pamitnya, sebelum itu, dia sempatkan diri untuk mencium tangan kakak kesayangannya itu, kemudian berjalan keluar dari rumah.
"Bunda, Aya berangkat dulu" pamit Freya kepada bundanya yang saat ini sedang menyiram tanaman.
"Udah makan?" Tanya sang bunda, dia menghentikan kegiatan menyiram tanaman kesayangannya kemudian menghampiri putrinya yang saat ini sedang memakai sepatu.
"Belum, gak keburu" jawab Freya cepat. Dia berdiri dari duduknya dan mengambil tangan sang bunda untuk menciumnya.
"Aya berangkat, Assalamu'alaikum" pamitnya dan kemudian berlari kearah rumah Kafin.
"Awas, jangan makan sembarangan lagi kayak kemarin" teriak bunda cukup keras. Freya mengangkat tangannya sebagai balasan.
Dengan sedikit keras, Freya mengetuk pintu rumah Kafin "Kafin!!!fin!!!" Teriaknya.
Beberapa detik kemudian suara kenop pintu terdengar, disusul dengan kemunculan seorang wanita paruh baya seumuran bundanya "tante, Kafinnya ada?" Tanya Freya sopan.
"Loh? Baru aja Kafin berangkat. Katanya mau ngejemput pacarnya. Emangnya dia gak ngasih tahu kamu dulu?"
Freya menggelengkan kepalanya cepat, "enggak tante" jawabnya.
"Anak itu! Kebiasaan" ujar Tante Mawar jengkel.
"Gak papa tante, Aya berangkat dulu ya, Assalamu'alaikum" pamitnya.
Selalu saja seperti itu, jika Kafin memiliki kekasih. Sahabatnya itu pasti akan meninggalkannya sendirian ketika berangkat sekolah. Padahal sudah kesepakatan sedari dulu, kalau berangkat sekolah harus bersama. Dan yang membuat kesepatan itu adalah Kafin, tapi dia sendiri yang melanggarnya.
Dengan berat hati, Freya meminta kak Darpa untuk mengantarnya ke sekolah. Walaupun kakaknya itu tidak merasa keberatan, tapi tetap saja rasanya tidak enak. Selama ini kak Darpa selalu sibuk dengan pekerjaannya, dia berangkat pagi pulang malam untuk mencari nafkah.
Mau bagaimana lagi, kak Darpa adalah tulang punggung keluarga, walaupun mereka masih memiliki seorang ayah. Tapi ayahnya itu tidak pernah memberikan uang bulanan kepada bunda, bahkan untuk pulang kerumah saja sepertinya dia lupa.
Karena itu, Freya merasa tidak enak karena harus mengganggu kegiatan kakaknya dihari libur. Dia tidak mau mengganggu waktu istirahat kakaknya itu.
Dengan motor vespa kesayangannya, Darpa mengantarkan Freya kesekolahnya. Karena terlalu terburu-buru, dia bahkan tidak sempat berganti pakaian dan hanya memakai jaket saja.
"Kakak gak dingin?" Tanya Freya khawatir. Bagaimana tidak merasa khawatir, saat ini Darpa mengantarnya ke sekolah hanya menggunakan sarung. Freya takut sekali kakaknya itu masuk angin.
"Enggak" jawab Darpa sedikit berteriak.
Mendengar jawaban Darpa, Freya akhirnya menempelkan tubuhnya pada pundak kakak laki-lakinya itu. Dia memeluk tubuh Darpa erat. Aroma mint menyeruak masuk kedalam indra penciumannya. Aroma khas dari tubuh kak Darpa, bahkan kamar kakak nya itu juga memiliki aroma yang sama. Aroma yang sangat khas akan laki-laki.
Walaupun Darpa jarang sekali ada di rumah, tapi Freya tidak pernah merasa kekurangan kasih sayang dari kakak laki-lakinya itu. Kakaknya itu akan senantiasa menyempatkan waktunya untuk mengobrol dengannya dikala senggang, atau sekedar mengajaknya berkeliling kota menaiki motor vespa kesayangannya itu, yang pasti akan selalu berakhir di alun-alun kota. Lebih tepatnya, berhenti di warung sate mang Kasim, warung sate langganan mereka.
Ada sedikit perasaan bersalah yang dirasakan oleh Freya terhadap kakaknya itu. Kak Darpa yang seharusnya menikmati masa mudanya diumur 20-an, justru harus banting tulang demi keluarga. Bahkan terkadang Freya selalu merasa tidak enak dengan mbak Rania, karena menjadi tulang punggung keluarga, akhirnya kak Darpa harus menunda rencana pernikahan mereka.
Setiap kali kak Darpa berantem dengan Mbak Rania karena masalah pernikahan, kakak nya itu pasti akan selalu termenung duduk di gazebo. Seandainya Freya bisa membaca pikiran manusia, pasti orang pertama yang akan dia baca pikirannya adalah kak Darpa. Gadis itu sangat penasaran dengan isi pikiran kakaknya itu, setiap kali Freya bertanya tentang masalah yang dihadapi oleh laki-laki itu, kak Darpa pasti akan selalu mengatakan jangan terlalu dipikirin, sekolah yang bener. Ini urusan kakak dan mbak Rania, jadi kamu tidak perlu khawatir. Mbak Rania pasti akan mengerti.
Setiap kali mendengar ucapan itu, Freya selalu merasa takut. Dia takut kakaknya akan kehilangan mbak Rania. Bagaimana pun, tekanan yang mereka terima sangat besar, keluarga mbak Rania terus saja meminta kepastian dari kak Darpa dan kak Darpa tidak mungkin selalu meminta mbak Rania dan keluarganya untuk mengerti.
Freya semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang Darpa, punggung ini, punggung yang menyimpan tanggung jawab yang begitu besar, punggung yang selalu tegar dan punggung yang selalu menerima caci maki dari orang-orang. Punggung laki-laki pekerja keras.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments