"Makasih Farrel sayang" ucap Freya dengan suara yang sedikit diimut-imutkan.
Farrel mengusap surai rambut Freya pelan. Dia menatap wajah pacarnya itu hangat "sama-sama. Masuk kedalam gih" perintahnya.
Freya menggelengkan kepalanya tidak setuju. "Kalau lo udah pergi, baru gue masuk" tolak gadis tersebut.
Dibandingkan menjalankan sepeda motor miliknya, Farrel lebih memilih untuk turun dari sepeda motornya dan berdiri tepat dihadapan pacarnya itu.
"Lo masuk, atau gue gak akan pergi dari sini" ujar Farrel sembari menyilangkan kedua lengannya didepan dada.
"Kok gitu? Gak bisa dong" elak Freya tidak terima.
"Ya, bisa lah" timpal Farrel dengan semakin mencondongkan tubuhnya kearah depan. Secara perlahan, kakinya semakin melangkah mendekati Freya. Membuat gadis itu secara perlahan memundurkan tubuhnya. Sedangkan Farrel, lelaki itu justru semakin mengikis jarak diantara keduanya.
"Lo apaan sih Rel?" Tanya Freya gugup.
"Hmmm?"
"Woy!! Ngapain lo berdua disana?" Teriak seseorang, membuat keduanya kembali memposisikan tubuhnya tegak. "Kalau mau ciuman jangan disini, digerebek warga baru tahu rasa lo berdua!" Lanjut laki-laki itu.
Baik Farrel maupun Freya, secara bersamaan mereka memalingkan wajah masing-masing, pipi mereka yang bersemu merah menandakan bahwa keduanya saat ini sedang salah tingkah. Padahal niatan Farrel hanya ingin sedikit membuat nyali pacarnya itu ciut. Namun, yang terjadi justru malah persepsi yang salah dari orang-orang.
"Gue mau ke taman depan. Lo mau nitip gak Ya?" Tanya laki-laki yang berteriak barusan, dia berjalan menghampiri kedua insan yang saat ini sedang bergelut dengan pikiran masing-masing.
Freya menatap Kafin lekat. Iya, lelaki yang baru saja menghancurkan suasana menegangkan antara dirinya dengan Farrel adalah Kafin sahabatnya. Atau lebih tepatnya, laki-laki yang tinggal disebelah rumahnya yang membuatnya mau tidak mau harus saling berteman satu sama lain.
"Mau nitip gak?" Ulang Kafin karena Freya tidak kunjung menjawab penawarannya.
"Hah? Emm gue nitip sate satu porsi" ujar Freya spontan.
Kafin menganggukkan kepalanya mengerti "oke. Gak pake kacang" ujarnya seraya melangkah pergi meninggalkan keduanya.
"Hari ini gue yang traktir!!" Teriak Kafin dari tempat yang cukup jauh dari tempat Freya dan Farrel berdiri.
Freya menatap kepergian Kafin lekat. Memang sudah menjadi kebiasaan bagi keduanya untuk saling menitip makanan, jika salah satu dari mereka hendak berbelanja kedepan komplek. Walaupun mereka tidak memiliki hubungan yang begitu dekat, tapi karena rumah mereka yang berdekatan dan kedua orang tua mereka yang bersahabat. Membuat mereka mau tidak mau, harus saling mengenal satu sama lain. Dan saling mengandalkan, mungkin?
"Kenapa gak ngomong?" Tanya Farrel serius.
Freya yang awalnya menatap kearah Kafin, seketika mengalihkan atensi matanya kearah Farrel "maksud lo?" Tanya Freya tidak mengerti.
"Udah lah gue pergi dulu" ujar Farrel sedikit kesal. Lelaki itu kembali menaiki sepeda motor miliknya dan pergi begitu saja, tanpa berpamitan ataupun sekedar menatap Freya sebentar saja.
"Kenapa lagi dengan dia?" Monolog Freya tidak mengerti. Setelahnya dengan kedua tangannya, dia membuka pintu pagar kemudian masuk kedalam halaman rumah.
****
Setelah selesai membersihkan diri, Freya berjalan menuju tempat tidurnya sembari memainkan ponsel miliknya. Dia melirik kearah jam dinding yang menunjukkan pukul 8 malam. Siapa yang menduga jika dia akan ketiduran selama itu.
Freya menghembuskan napasnya kecewa, setelah beberapa kali mengecek ponselnya, tidak ada satupun pesan yang masuk dari Farrel. Walaupun pemuda itu bukan termasuk pria yang romantis, tapi biasanya dia selalu mengiriminya pesan good night setiap pukul 8 malam. Tapi, kali ini tidak ada satupun pesan yang masuk kedalam ponselnya. Sungguh miris sekali hidupnya ini.
Sebuah ketukan pintu kamar terdengar pelan, disusul dengan sahutan sang bunda.
"Aya!! Ada Kafin didepan!!"
"Iya bunda!!" Balas Freya dengan sedikit berteriak. Karena terlalu menunggu pesan dari Farrel, dia jadi lupa jika tadi ia sempat memesan satu porsi sate kepada Kafin.
Dengan langkah sedikit berlari, Freya berjalan menuruni anak tangga untuk menuju pintu utama. Dia dengan segera membuka pintu dan sosok Kafin menyambut penglihatannya.
"Thank you" ujar Freya sembari mengambil bungkus kresek dari genggaman Kafin, tanpa permisi terlebih dahulu. Dia membuka bungkus kresek tersebut, untuk memastikan apakah laki-laki itu melaksanakan tugasnya dengan baik atau tidak.
"Beneran sate kok. Gak percayaan banget" kata Kafin.
"Iya deh iya" ledek Freya dengan mulut yang sedikit di jelek-jelekkan.
Freya melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah, hendak meninggalkan Kafin "makasih Kafin ganteng. Harusnya lo ngomong gitu" ujar Kafin tidak terima
"Cih, males"
"Temenin gue lah, gue butuh temen ngobrol nih" pinta Kafin, membuat Freya kembali membalikkan tubuhnya dan menatap kearah kearah lelaki itu.
"Ohh, jadi ini siasat busuk lo. Lo neraktir gue biar bisa nyogok gue" Kafin yang Freya tahu bukanlah orang yang mau mentraktir orang lain. Bahkan pemuda itu, sangat-sangat-sangat perhitungan jika mengenai uang. Pantas saja dia mentraktirnya, karena untuk sogokan ternyata.
"Nah lo tahu, ayo cepet" ujar Kafin, seraya menarik pergelangan tangan Freya, dia membawa gadis itu kearah gazebo.
"Males Fin, beneran. Gue kan mau chattan sama ayang gue" ucap Freya kesal.
"Ayang pala lo" kata Kafin jengah.
Keduanya duduk diatas gazebo dengan berhadap-hadapan. Tentu saja ada beberapa bungkus makanan yang menjadi pemisah diantara keduanya.
"Jadi apa? Mau cerita apa lo? Niat banget pake sogokan segala" tanya Freya to the point.
"Kalau gak pake sogokan, gue yakin lo pasti gak bakal mau duduk disini"
"Nah, lo tahu" ujar Freya bangga. "Jadi ada apa?" Tanyanya lagi.
Freya membuka bungkus kresek yang ia bawa tadi, dan meletakkan sate miliknya diatas plastik tersebut.
"Gue baru putus" perkataan Kafin yang tiba-tiba, mampu membuat Freya tersedak bumbu sate yang baru saja masuk kedalam mulutnya.
"Seriusan lo?" Tanyanya tidak percaya, seraya mengambil minuman yang berada didepannya. Lebih tepatnya, minuman milik Kafin.
"Itu milik gue Freya" ujar Kafin kesal.
"Udah lah itu gak penting. Seriusan lo putus dari pacar lo itu?" Tanya Freya memastikan.
"Iya" jawab Kafin seraya menganggukan kepalanya mengiyakan, kemudian dia pun memakan camilan yang baru saja ia beli tadi.
"Kenapa? Bukannya lo baru jadian sama dia seminggu lalu?"
"Ya, males aja gue. Dia terlalu posesif. Ngatur ini lah, itulah. Lo kan tahu gimana bebasnya hidup gue" curhat laki-laki tersebut. Menceritakan tentang sikap pacar barunya itu, atau lebih tepatnya mantan barunya.
"Cih, lemah banget lo" cibir Freya.
"Nyokap sama bokap gue aja gak ngatur-ngatur gue kayak gitu, emangnya dia siapa berani-beraninya ngatur gue" ujar Kafin mengungkapkan kekesalannya.
"Dia pacar lo kalau lo lupa" kata Freya mengoreksi ucapan Kafin.
"Mantan Freya, mantan. Baru jadi pacar aja udah ngatur gitu. Apalagi kalau naik ke jenjang selanjutnya. Yang ada gue malah serasa dipenjara"
Freya mengambil camilan yang berada didalam kresek milik Kafin. Dia membukanya kemudian memakannya dengan santai "orang kayak lo yah Fin. Mendingan gak usah pacaran aja. Lo kayaknya belum siap buat pacaran, jadi kesannya lo kayak play boy yang hobi gonta-ganti pacar" nasihat Freya.
"Cih, gue gak play boy yah. Mereka nya aja yang gak cocok buat gue" Kafin merasa sangat tidak terima dengan ucapan Freya barusan, gonta-ganti pacar bukan berarti play boy bukan? Kalau gak cocok kan gak bisa dipaksakan.
"Menurut lo mungkin enggak, tapi menurut mantan-mantan lo pasti beda lagi ceritanya" ucap Freya mengingatkan "mending lo belajar sama gue deh. Gue pinter banget kalau soal mempertahankan sebuah hubungan"
"Belajar sama lo? Ogah banget. Lo itu bodoh Freya. Mau aja lo dikibulin sama tuh anak. Hubungan lo itu toxic relationship"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments