bab 5

Selama perjalanan, Rama terus mengelus kepala Ayra sambil sesekali mencium tangannya. Betapa dirinya sangat khawatir pada sosok istri yang sangat dia cintai.

"Cepatlah, Jhon. Jangan sampai kita terlambat membawa Ayra ke rumah sakit," ucap Rama pada Jhon.

Tanpa menjawab perkataan sang bos. Jhon langsung menaikan kecepatan laju mobilnya hingga mencapai batas kecepatan maksimal. Meski begitu, keselamatan berkendara masih menjadi prioritas utamanya, dia akan memelankan kecepatan mobilnya saat situasi jalan tak memungkinkan untuk mengebut.

Tak lama mereka sampai di rumah sakit. Rama segera turun dari mobil lalu memangku tubuh Ayra yang sudah terkulai lemah!l, dia langsung membawa Ayra berlari memasuki rumah sakit tersebut!

"Rama! apa yang terjadi dengan Ayra?" tanya Dokter Sonya pada Rama.

Dokter Sonya adalah teman sekaligus dokter pribadi Rama. Selama ini Dokter Sonya lah yang memantau kesehatan keluarga Rama.

Rama tak langsung menjawab, dia menaikkan Ayra ke atas tandu berjalan lalu mendorongnya menuju ruang IGD. Dengan dibantu oleh petugas rumah sakit, Rama dan Sonya terus berjalan cepat menuju ruangan penanganan.

"Nanti aku jelaskan. Dokter, tolong selamatkan istriku," ucap Rama saat tiba di pintu ruangan itu.

"Baik. Tolong kamu tunggu di luar!" pinta Dokter Sonya.

Rama menurut saja pada dokter karena tak ingin membuang waktu lebih lama lagi. Kini dia sedang cemas menunggu kabar dari Dokter Sonya.

"Jhon ... perketat penjagaan! saya tidak mau wanita iblis itu mencelakai Ayra untuk yang kedua kalinya!" titah Rama pada asistennya.

"Siap, Pak," saut Jhon.

Setelah menunggu hampir dua jam, akhirnya Dokter Sonya keluar dari ruangan itu. Dia berjalan mendekati Rama lalu mengajak Rama bicara.

Dokter itu menatap Rama dengan tatapan sendu, tersirat kesedihan diwajah dokter cantik itu. Sebagai seorang teman, dirinya merasa iba dan ikut merasakan sakit yang diderita oleh istri temannya itu.

"Rama!" panggil dokter Sonya.

"Iya, Dokter. Gimana keadaan Ayra?" tanya Rama tanpa menunggu lama.

"Kita bicara di ruangan saya!" Dokter Sonya berjalan ke arah ruangan pribadinya dengan diikuti oleh Rama di belakangnya.

Setibanya di ruangan Dokter Sonya. Dokter Sonya langsung mempersilahkan Rama untuk dudu, setelah itu dia meletakkan satu lembar berkas di atas meja kerjanya. Sebenarnya Dokter Sonya tidak tega mengabarkan kabar buruk itu tapi dia tetap harus membicarakan itu pada Rama.

"Rama ...." Dokter Sonya menggantung ucapannya. Ada rasa ragu dalam dirinya untuk mengatakan apa yang terjadi pada Ayra saat itu.

"Kenapa? Istriku selamat 'kan?" tanya Rama dengan tatapan penuh harap.

Dokter Sonya menghela napasnya panjang dan mulai berbicara. "Ayra selamat tapi dia mengalami benturan keras dibagian perutnya, kami tidak bisa menyelamatkan kandungannya dan ada luka yang sudah membusuk di bagian rahimnya jadi, kami harus mengangkat rahim Ayra demi keselamatannya," jelas Dokter Sonya.

"Dokter, apa tak ada jalan lain? aku belum punya keturunan dan aku juga–"

"Tida ada jalan lain Rama. Jika ini tidak dilakukan maka nyawa istrimu yang jadi taruhannya," ucap dokter, memotong perkataan Rama.

Seketika Rama tak dapat berucap lagi, dia merasa seperti ada yang menghantam jantungnya hingga menyebabkan rasa sakit yang amat sangat. Laki-laki itu sudah kehilangan bayinya dan kini dia juga harus kehilangan rahim istrinya yang artinya sampai kapan pun Ayra tidak akan pernah bisa memiliki keturunan.

"Selamatkan istriku, Dokter! lakukan apapun yang penting istriku selamat," ucap Rama dengan suara bergetar.

"Baiklah. Tandatangani berkas ini dan kami akan melaksanakan operasi sekarang juga."

Waktu terus berputar sebagaimana mestinya, sudah hampir semalaman Rama menunggu di tempat itu. Dia setia menunggu selesainya proses operasi pengangkatan rahim Ayra.

"Pak, sebaiknya, Anda pulang saja dulu. Beristirahatlah walau sebentar," ucap Jhon yang sedari tadi setia menemani Rama di depan ruang operasi itu.

"Saya tidak bisa pergi sebelum tahu kondisi Ayra," sahut Rama dengan tanpa menatap Jhon sedikit pun.

Setelah lama menunggu akhirnya proses operasi pun selesai dan berjalan dengan lancar. Kini Ayra sudah dipindahkan ke ruangan pemulihan.

Rana setia menunggu Ayra tersadar, Bu Santi dan Bu Tika pun sudah tiba di rumah sakit itu dan kini sedang berada Rama di depan ruangan pemulihan itu.

Bu Santi adalah mama kandungnya Rama sedangkan Bu Tika adalah ibunya Ayra. Mereka dikabari oleh Jhon bahwa Ayra mengalami kecelakaan dan saat ini sudah berada di rumah sakit dan sudah mendapatkan penanganan dokter.

"Rama, kenapa bisa gini, Nak?" tanya Bu Santi sembari menatap Ayra dari kaca yang terdapat di dinding ruangan itu.

"Ini salahku, Ma," ucap Rama dengan nada lemah.

"Tidak, ini sudah takdir, Nak. Kamu yang sabar ya, semua akan baik-baik saja," ucap Bu Tika, menguatkan menantunya.

Beberapa jam mereka menunggu di luar ruangan itu, akhirnya Ayra pun tersadar. Ayra menggerakan jarinya dan perlahan membuka matanya.

Rama segera masuk ke dalam ruangan itu karena melihat Ayra menggerakkan jarinya.

"Ayra ... Sayang, kamu sudah sadar?" ucap Rama penuh kegembiraan. Rama langsung meraih tangan Ayra lalu menggenggamnya, sesekali dia menciumi tangan istri tercintanya dengan lembut.

"Alhamdulillah," ucap Bu Santi dan Bu Tika bersamaan.

"Awh! ... ahh sakit," lirih Ayra yang masih merasakan sakit di sekujur tubuhnya.

"Sayang, jangan banyak gerak dulu," ucap Rama.

"Aku dimana?"

"Kamu di rumah sakit, Sayang," ucap Santi.

"Rumah sakit?" ucap Ayra kebingungan lalu dia meraba perutnya dan dia sadar bahwa perutnya sudah tidak buncit lagi.

"Bayiku ... dimana bayiku?" tanya Ayra pada semua orang tapi tak seorangpun yang menjawab pertanyaannya.

"Sayang, kamu tenang dulu," ucap Rama pelan. Sebisa mungkin dia membuat Ayra tidak panik.

"Mas, mana bayi kita?" ucap Ayra seraya meneteskan air mata. Dalam hatinya, dia sudah tahu bahwa bayinya sudah tidak ada lagi dalam perutnya tapi dia berusaha bertanya pada sang suami berharap suaminya mengatakan bahwa bayi mereka masih ada dalam kandungannya.

"Sayang, bayi kita ... bayi kita tidak selamat," lirih Rama.

"Tidak! Bayiku. Aku mau bayiku, tidak mungkin dia tidak selamat. Mas, kamu jangan bercanda, bayi kita masih ada 'kan?" tanya Ayra dengan sedikit berteriak, air matanya sudah tak tertahankan lagi. Dia, menangis sejadi-jadinya tanpa menghiraukan semua yang ada di ruangan itu.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Uneh Wee

Uneh Wee

ya allah masih mending ayra selamet walau pun cacad ..

2023-10-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!