Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Kini usia kandungan Ayra menginjak 5 bulan dan perutnyapun sudah terlihat buncit.
Saat ini Ayra sedang berdiri didepan cermin, dia mengamati perutnya yang terlihat gendut. Rama yang sedari tadi memperhatikan tingkah istrinya, hanya bisa tersenyum menyaksikan tingkah sang istri
Tak tahan hanya memandangi. Rama beranjak dari tempat duduknya, lalu memeluk Ayra dari belakang! seraya mengelus perut buncit itu dengan lembut.
"Kenapa, diliatin terus? kamu tetap cantik walaupun gendut," bisik Rama lalu mencium daun telinga Ayra.
Ayra memutar badannya! Hingga kini dia menghadap suaminya, dia mengalungkan kedua tangannya dipundak Rama lalu bergelayut manja.
"Aku mandangin perutku bukan karena aku takut jadi jelek, tapi aku lagi mandangin anak yang ada di dalam perutku," ucap Ayra.
******
Ditempat sel tahanan. Lisa sudah bebas dia mulai bisa lagi menghirup udara segar.
"Ayra, kamu adalah orang pertama yang akan aku cari," lirih Lisa membari mengepalkan tangannya.
*******
Seminggu berlalu. Kini Lisa mulai menjalankan rencananya. Dia mulai memata-matai kehidupan Rama dan keluarganya.
Di salahsatu mall ternama di jakarta. Rama dan Ayra sedang berbelanja kebutuhan bayi. Mereka terlihat sangat mesra.
"Lihat, Sayang peralatan bayi ini lucu-lucu sekali," ucap Rama sembari memilih perlengkapan bayi berupa pakaian.
"Iya, rasanya aku ingin membeli semuanya," ucap Ayra.
"Bayi kitakita perempuan atau laki-laki?" tanya Rama sembari menatap perut buncit milik Ayra.
"Manaku tahu, kita belum melakukan USG," sahut Ayra.
"Kalau gitu kita USG dulu biar kita bisa beli kebutuhan sesuai jenis kelamin anak kita," ucap Rama lagi.
Disatu tempat Lisa sedang mengamati gerak-gerik Rama dan Ayra, perempuan itu terlihat sangat marah dan begitu panas karena terbakar api cemburu.
Dulu Lisa memang tidak mencintai Rama sepenuhnya karena dirinya memiliki laki-laki idaman lain tetapi itu tidak berlangsung lama, laki-laki itu pergi setelah dirinya tak bisa memoroti Rama lagi karena dia ketahuan mencuri uang perusahaan Rama. Setelah laki-laki idamannyaidamannya pergi, Lisa pun baru menyadari bahwa dirinya mulai mencintai Rama. Namun, sayang, Rama sudah mempunyai perempuan lain bahkan sudah dinikahi oleh Rama tanpa sepengetahuannya.
"Sialan ternyata perempuan itu sudah hamil," lirih Lisa sembari mengepalkan tangannya.
Tak lama senyuman licikpun terukir dari bibir Lisa. Wanita berusia dua puluh lima tahun itu tiba-tiba berpikiran jahat pada Ayra demi merebut Rama kembali.
Selesai hampir setengah hari menghabiskan waktu untuk berkeliling di Mall itu, Ayra dan Rama pun sudah puas berbelanja dan kini mulai meninggalkan tempat perbelanjaan itu.
Ayra dan Rama tak langsung pulang, mereka memilih pergi ke suatu tempat yang disukai Ayra. Tempat yang sengaja Rama beli untuk istri tercintanya itu.
Setelah berkendara selama sepuluh menit, mereka pun tiba di lahan luas yang disekelilingnya dihiasi oleh bunga dan pepohonan yang tumbuh subur. Dengan senyuman yang terus membingkai di wajahnya, Ayra langsung berjalan ke tengah-tengah lahan kosong nan indah itu.
"Mas, kok kita ke sini?" tanya Ayra sembari mengedarkan pandangannya ke semua arah.
Rama tersenyum lalu menggenggam tangan Ayra. "Sayang ..., " Rama menggantung ucapannya karena sedikit ragu dengan apa yang ingin dia bicarakan.
"Apa," sahut Ayra sembari menatap Rama.
"Gimana kalo kita bangun Villa di sini?" tanya Rama.
"Jangan menghambur-hamburkan uang untuk hal-hal yang gak penting. Mending uangnya di tabung aja," sahut Ayra sembari terus berjalan.
"Ayra, sayang. Uangku banyak gak akan habis sekali pun dipakai buat beli pegunungan," ucap Rama penuh keyakinan.
Ayra menatap Rama dengan tatapan misterius lalu mencubit perut Rama dengan sedikit keras. Ayra merasa tidak suka dengan kesombongan suaminya itu.
"Sombong," ketus Ayra.
"Aww! ... aww! sakit Ay," ringis Rama sembari menegangi perutnya yang terasa panas akibat terkena cubit dari sang istri.
"Makannya jangan sombong, Sayang. Lagian buat apa bikin Villa?"
"Buat kita, buat anak kita juga," ucap Rama. "Aku pengen punya banyak anak. Nanti kita bikin tim sepak bola," sambung Rama.
Ayra terkejut dengan ucapan Rama. Dia bersiap menghujani Rama dengan pukulan atau cubitan. Namun, sebelum itu terjadi Rama segera berlari.
"Mas! sini kamu. Awas ya!"
Ayra bejalan menghampiri Rama! tak mungkin dia berlari karena kini dirinya sedang mengandung anak pertama mereka.
Bruk!
Ayra pura-pura terjatuh, agar Rama menghampirinya.
"Ahh, Mas tolong!" teriak Ayra.
"Ayra!" seru Rama.
Merasa khawatir pada sang istri. Rama segera berlari menghampiri istrinya yang saat itu masih duduk di atas hamparan rerumputan hijau itu.
"Sayang, maaf tadi aku cuma bercanda. Kamu gak apa-apa 'kan?" tanya Rama penuh kekhawatiran.
"Tidak. Aku hanya ingin mencubit kamu," ucap Ayra lalu mencubit pipi Rama.
"Ah, aduh! Aduh! Ampun, Sayang," ucap Rama yang mengaduh kesakitan.
"Lagian kamu pengen punya anak banyak, memang melahirkan gak sakit apa," ucap Ayra kesal.
"Aku cuma bercanda, Sayang."
Asyik bermain dan bercanda, tidak teras hari sudah sore. Mereka pun langsung bersiap pulang karena tak ingin kemalaman di tempat itu.
*******
Malam semakin larut, Ayra sudah tidur dengan nyenyaknya mungkin karena dia kelelahan karena seharian tidak beristirahat tapi Rama, tak seperti biasanya. Malam ini dia tak dapat tertidur. Entah kenapa perasaannya tak enak, dia juga merasa gelisah hingga pagi sudah tiba, sedikit pun Rama tak memejamkan matanya.
Pagi hari sudah tiba dan Rama pun mulai merasa mengantuk. Dia menutup matanya dan mulai tertidur.
"Pagi. Sayang," ucap Ayra lalu mencium pipi Rama lembut.
Rama yang baru menutup mata, dapat merasakan ciuman lembut Ayra tapi karena terlalu mengantuk, Rama tidak membuka matanya sedikit pun.
Rama malah menarik Ayra kedalam pelukannya! "Peluk aku, sebentar saja," ucapnya sambil mendekap Ayra kencang.
"Sayang. Sudah pagi aku mau mandi," ucap Ayra.
"Sebentar, saja. Ku mohon," pinta Rama.
Karena Ayra tak dapat menolak suaminya. Akhirnya dia membalas pelukan sang suami dan membiarkannya memeluknya sesuka hatinya.
"Sayang ... kamu kenapa?" tanya Ayra saat mendapati detak jantung Rama berdetak sangat kencang dan tak beraturan.
"Aku, nggak apa-apa, Sayang," ucap Rana menyembunyikan kegelisahannya.
"Mas, ayo bangun! Kamu mau ke kantor nggak?" tanya Ayra setelah sepuluh menit mereka hanya diam dalam posisi saling memeluk.
Rama membuka matanya lalu duduk di tepi tempat tidurnya. Setelah rasa pusingnya hilang, dia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badan.
Selesai dengan urusan mandi Rama segera berpakaian ala kantor dan setelah itu langsung menyantap sarapan yang sudah disiapkan oleh istrinya itu.
Setelah selesai sarapan, Rama langsung berpamitan pada Ayra karena dirinya sudah sedikit terlambat berangkat ke kantornya.
"Ay, aku ke kantor dulu. Kamu hati-hati, jangan keluar rumah sendirian ya!" titah Rama pada Ayra. Entah mengapa dia begitu khawatir dengan keselamatan Ayra padahal dirinya tahu rumahnya sangat aman dan selama ini tidak pernah ada orang asing yang masuk ke dalam rumahnya itu.
"Sayang. Aku di rumah ngga sendirian, jangan khawatir gitu," ucap Ayra.
Rana hanya tersenyum lalu mengecup kening Ayra. Entah kenapa dari semalam dia merasa takut kehilangan istrinya.
Rama pun mulai melajukan mobilnya menuju kantor, meski dalam hatinya ada rasa kekhawatiran yang luar biasa tapi dirinya mencoba untuk menepis prasangka buruknya.
"Mungkin ini hanya perasaanku saja," batin Rama.
Kini di rumah hanya ada Ayra dan para pelayan wanita dengan 4 bodyguard yang berjaga di halaman.
Diseberang jalan.
Lima mobil terparkir di sana, mereka sedang mengintai Rumah Rama.
Setelah Rama sudah tak terlihat lagi barulah mereka turun dari mobilnya dan menyerang bodyguard yang berjaga di luar rumah itu tanpa ampun.
Empat orang bodyguard Rama itu tak dapat melawan mereka karena jumlah mereka yang banyak dan juga bersenjata.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Uneh Wee
pirasat buat rama
2023-10-11
0
Widya
lanjuut
2023-09-16
1