Sudah tiga hari Aro tinggal di rumah Aeris dan dalam tiga hari itu pula pemuda itu berangsur angsur mulai membaik juga mulai akrab dengan para tetangga bundanya. Banyak yg menyukai Aro selama tinggal bersama Aeris, Selain wajahnya yg rupawan,dia juga sopan dan loyal dengan mereka.
Hari ini, Aro berniat untuk pulang ke mansion setelah mendapatkan teror dari kembaranya. Nasib soal itu dia dapat setelah Arsen memberi tau jika hari ini Ai sudah pulang dan itu tandanya masa liburanya bersama bundanya segera berakhir.
"Kamu udah mau pulang?" Tanya Aeris setelah mereka selesai sarapan pagi.
Aro mengangguk lesu dengan senyum tipisnya. "Iya, Bun. Udah di teror sama Arsen dari kemarin." Balasnya.
Aro berdiri dari duduknya dan menghampiri Aeris dan memeluk wanita itu dari samping. "Bun, ikut aja ya ke rumah Aro," pintanya sambil memasang wajah memelasnya membuat Aeris gemas sendiri.
Aeris mengelus pelan rambut Aro. Memikirkan pemikiran putranya, Aeris rasa dia tidak bisa menuruti permintaan Aro untuk yg satu ini. Kembali pada siapa dirinya, dia hanya orang asing yg tidak sengaja membantu Aro saat kecelakaan dan berakhir di anggap ibu oleh pemuda yg kini masih memeluknya.
"Sayang, Bunda gak bisa." perlahan senyum aro memuda. "Bunda hanya orang asing yg gak sengaja ketemu kamu. Jangan sedih, Rumah bunda selalu terbuka untuk kamu." Jelasnya.
"Bunda bukan orang asing, Bunda itu bundanya Aro." Nada aro terdengar lirih dengan pelukannya pada Aeris yg mulai mengendur.
Aeris mulai bingung. Dengan cara apa lagi dia menjelaskan pada Aro jika dia bukan siapa-siapa pemuda itu.
"Bunda tetep bundanya Aro. Dan kamu tetep anaknya bunda. Gak boleh sedih, Cowok tuh harus kuat. Kalau ada waktu, Bunda mampir deh ke rumah kamu." Kata Aeris dan berhasil mengembalikan senyum cerah putranya.
"Bener ya, Bun. Gak boleh bohong loh." Kata Aro memastikan.
Aeris mengangguk. "Iya, Bunda janji."
"Yes." Aro teramat senang hingga tak sadar memeluk erat Aeris dan mengecup kedua pipi wanitu itu.
Tin....tin...
Suara klakson mobil aro yg di kenal kembali membuat pemuda itu lemas, Tandanya dia akan terpisah dengan bundanya.
Disana, terdapat sebuah mobil hitam dan seorang pria bertubuh kekar yg merupakan bodyguard suruhan Arsen untuk menjemput kembaranya.
"Bun." Aro memperlihatkan wajah memelasnya, berharap agar Aeris luluh dan menahanya agar tidak pulang.
Aeris yg pada dasarnya tidak peka hanya tersenyum lembut kearah Aro dan bodyguard yg menatap mereka berdua.
"Tuan, Satu jam lagi nona Ai sudah berada di rumah." Perkataan bodyguardnya membuat Aro menghela nafas kasar.
"Aro." Panggil Aeris. Lantas Aro menoleh dengan wajah masamnya, "Gak usah gitu mukanya. Anak bunda itu ganteng,gak kaya gini jelek kalo cemberut . Besok kalo kamu mau kesini pergi aja, Rumah bunda terbuka untuk kamu." katanya menenangkan.
Aro mengangguk lesu kemudian memeluk Aeris sebelum dia pergi. "Bunda jaga diri baik-baik, kalo ada apa-apa teriak aja panggil bu asih."
Aeris tertawa pelan, Memang anaknya ini sudah bestie-an sama bu asih. "Iya, sana, masuk, Si om udah nungguin dari tadi."
"Bunda ngusir aku?" Tanya nya dengan mata berkaca-kaca.
Aeris lantas gelagapan saat melihat Aro hendak menangis. Sedangkan bisma, Suruhan Arsen itu diam-diam tercengang melihat perubahan tuan muda nya yg dia kenal nya itu dingin dan irit bicara, bukan manja dan mudah menangis seperti saat ini.
"Enggak,Sayang. Udah gak usah nangis gak malu di liat orang?" Aeris berusaha membujur Aro yg mulai menangis dalam pelukanya. Dia menatap tak enak pada bodyguard yg dia tidak tau namanya.
"Maaf ya om, Pasti nunggu lama." Aeris merasa tidak enak pada bodyguard itu.
Bisma mengangguk kaku dan sedikit tersenyum. "Tidak apa-apa nona." Ujarnya.
"Udah ya sayang,Tuh kamu udah di tungguin." Aeris menghapus air mata yg terus mengalir dari mata Aro.
"Iya, Bun." Pemuda itu mengangguk dan memeluk aeris kembali sebelum benar-benar memasuki mobil.
"kami permisi, nona. Dan terima kasih sudah merawat tuan muda Aro." Kata bisma dengan tulus.
Aeris tersenyum menanggapi perkataan bodyguard itu kemudian mengangguk. "Sama-sama , Om."
Aeris melambaikan tanganya saat mobil yg di tumpangi Aro sudah berjalan dan perlahan menghilang di perempatan perumahan.
3pwl
Aeris tersenyum sendu, Kembali, rumahnya sepi tanpa sosok Aro. Sedangkan di dalam mobil, Aro menatap datar jalanan yg mereka lewati dari kaca mobil.
Bisma tersenyum tipis melihat tuan mudanya yg satu itu. "Tuan muda sangat menyayangi wanita itu sepertinya."
Aro menghela nafas pelan. "Banget, Om. Aro akhirnya bisa ngerasain sosok ibu yg Aro inginkan selama ini." Ujarnya.
"Dia wanita yg sangat tulus dan baik. Saya bisa melihat dari matanya kalau dia sangat menyayangi anda "
Perkataan bisa yg satu ini berhasil membuat Aro menatap tajam bodyguard nya itu. "Kubunuh kau jika menyukai bunda ku." Ucapnya datar dan juga mengubah gaya bicaranya.
Bisma tertawa pelan. "Tidak akan, Tuan muda. Saya sudah punya istri dan tiga orang anak."
Aro bernafas lega. Jangan harap dia akan tinggal diam jika ada laki-laki yg menyukai bundanya. Mereka harus melewati Aro terlebih dulu sebelum bertemu bundanya.
****
Malam hari,
Aeris duduk di ruang tengah dengan tatapan kosong, dengan di tangan nya terdapat buku tabungan yg di tinggalkan ibu nya untuknya. Dia bingung, atidak mungkin dia terus bergantung pada tabungan itu karena setiap hari pasti berkurang.
Dia harus cari kerja!.
"Tapi kerja apa?" Aeris kembali bingung. "Apa coba lamar kerja ke perusahaan kali ya?"
ingin segera mengakhiri rasa pusing dan bingungnya, Aeris berjalan mengambil laptop nya yg berada di kamar. Beruntung dia masih bisa mengambil laptop dan beberapa barang pentingnya saat di usir paksa waktu itu.
Lama berkutat mencari pekerjaan, dia akhirnya mendapatkan beberapa perusahaan dengan lowongan pekerjaan yg sesuai dengan minat dan jurusanya. Ada lima perusahaan yg dia pilih dan semoga saja dia dapat di terima oleh salah satu perusahaan itu.
"Ma, Pa. Doain Aeris dari atas sana ya." Monolognya.
Saat sendirian seperti ini, Tidak jarang Aeris menangis sendiri. Tidak tahan dengan masalah yg tiba-tiba saja datang padanya di tambah kedua orang tuanya sudah tidak ada. Tidak ada lagi sosok tempat untuk bercerita dan berkeluh kesah juga tidak ada lagi lengan kokoh yg memeluknya hangat.
Dia merindukan semua kenangan bersama kedua orang tua ny sebelum kepergian mamanya dan kedatangan ibu dan saudara tirinya. Semua berubah setelah kedatangan dua sosok mengerikan itu. Rasanya Aeris hidup di neraka saat masih tinggal seatap dengan mereka.
Saat mengingat perlakuan ibu dan saudara tirinya dulu, Sungguh benar-benar mengerikan. Tetapi Aeris tidak dendam dan benci kepada mereka walau rasa marah itu ada.
Sekarang yg ada di pikiranya adalah gimana caranya bertahan hidup setelah keluar dari neraka dunia itu.
Tidak ada waktu untuk membalas perbuatan keluarga tirinya itu, biar itu menjadi urusan yg di atas. Dia percaya karma itu akan datang di waktu yg tepat dan sesuai dengan apa yg mereka telah lakukan padanya dulu.
"Semoga hidup gue kembali tenang setelah keluar dari neraka itu." Harapnya.
Tapi tidak ada yg tau apa yg akan tetjadi kedepanya bukan?
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments