Oke, deal!

Wira benar-benar kesal dengan sikap Ajeng. Meskipun pernah gagal berumah tangga, tapi ia belum pernah ditolak mentah-mentah oleh cewek seangkuh Ajeng. Terlebih lagi, fakta bahwa ia adalah duda dambaan semua wanita di kotanya.

Wira melemparkan jasnya dengan kasar ke tempat tidur. Ia membuka tirai jendela kaca dan melihat kilatan cahaya petir di langit yang mulai bergemuruh. Hujan pasti akan segera turun dan tiba-tiba saja Wira teringat pada Ajeng yang pergi menggunakan kursi roda tanpa uang sepeserpun di tangannya.

Petir kembali bergemuruh dan Wira bergegas keluar untuk mencari Ajeng. Karena yakin bahwa gadis itu tidak dapat berjalan jauh, Wira memilih untuk berjalan kaki daripada menggunakan kendaraan. Ia keluar dari hotel menyusuri jalan raya yang mulai sepi ditambah angin yang mulai bertiup kencang hingga menusuk tulang.

Dari kejauhan Wira melihat sebuah mobil berhenti dan seorang pria tengah mengayunkan balok kayu kepada seorang gadis yang berdiri tidak jauh dari kursi rodanya.

“Ajeng?” gumam Wira ketika menyadari bahwa gadis berambut panjang itu adalah Ajeng. Wira berlari menghampiri mereka dan menendang tubuh pria itu sebelum sempat mengayunkan balok kayunya ke tubuh Ajeng.

Buk!

“Aaaaaa!” Ajeng berteriak katakutan.

Pria berpakaian hitam itu tumbang. Wira langsung menerkamnya lalu menghajarnya habis-habisan. Kacamata pria itu terlepas tapi Ajeng sama sekali tidak mengenali pemilik wajah itu. Merasa terdesak dan tidak bisa mengalahkan Wira, pria itu berlari masuk ke dalam mobilnya dan menghilang di tengah kegelapan malam.

“Kamu ngga papa?” tanya Wira.

“Ngga papa. Tapi siapa mereka?”

Wira membantu Ajeng kembali ke kursi rodanya. “Kamu ngga kenal sama orang itu?”

Ajeng menggeleng. “Papa ngga mungkin nyuruh orang buat nyelakain aku. Itu pasti bukan orang-orangnya papa.”

Wira memutar arah kursi roda Ajeng dan membawanya kembali ke hotel.

“Jadi ini cara kamu bertahan?” sindir Wira.

Ajeng menghentikan roda kursinya. “Kalau kamu nolongin aku cuma buat ngehina aku, lupain aja! Aku ngga butuh bantuan kamu. Aku bisa jaga diri sendiri.”

Wira menyingkirkan tangan Ajeng dari roda kursinya lalu kembali mendorongnya masuk ke dalam lobi hotel. “Sebentar lagi hujan dan mereka bisa saja kembali untuk memukul kamu dengan balok kayu yang lebih besar.”

Ajeng bersengut-sengut kesal.

"Sekarang kamu tidak punya banyak pilihan. Ada banyak bahaya yang menunggu kamu di luar sana. Entah ayah kamu atau bukan, faktanya ada orang yang ingin mencelakai kamu. Kamu tidak punya tempat tinggal, tujuan dan uang. Parahnya lagi, kamu sakit dan tidak bisa melarikan diri.” imbuh Wira.

“Kamu pikir aku bakal berubah pikiran hanya karena itu? Nggak!” Ajeng memutar arah kursi rodanya menuju pintu keluar dari lobi. Tapi belum sempat ia berjalan jauh, hujan sudah lebih dulu turun dengan derasnya.

Wira menghampiri Ajeng sambil berbisik, “Sepertinya tidur di bawah hujan di pinggir jalan tidak terlalu buruk.”

“Tunggu!”

Wira menghentikan langkahnya. “Oke. Mari kita bicarakan lagi!”

Wira tersenyum, menghampiri kursi roda Ajeng lalu mendorongnya menuju meja resepsionis. “Saya mau pesan satu kamar lagi.”

“Maaf, Pak. Tapi semua kamar sudah terisi penuh.”

“Sial.” Gumam Wira dalam hati. Ia terpaksa membawa Ajeng menuju kamarnya.

Ia kemudian menyodorkan kembali kontrak pernikahan yang sempat mereka bicarakan sebelumnya. Ajeng membacanya dengan seksama dan yang Wira katakan ada benarnya. Untuk saat ini, ia butuh tempat yang aman untuk bersembunyi karena orang-orang suruhan papanya pasti sedang mencari-carinya di luaran sana. Ia juga tidak punya sepeserpun uang untuk bersenang-senang dan menikmati pelariannya. Lagipula pekerjaan menjadi ibu walikota tidaklah sulit baginya.

“Bagaimana cara kamu melindungi aku?” tanya Ajeng.

Wira mengambil sebuah peta dengan judul Kota Carang Sewu lalu meletakkannya di atas meja. “Carang Sewu adalah sebuah kota kecil yang berbatasan dengan pantai disisi utara, kota Sido Bener di sisi barat dan selatan, juga Kabupaten Sumber Arum di sisi timur. Ini adalah tiga jalan masuk utama menuju Carang Sewu. Meskipun kecil, kota kami terkenal dengan sistem pengamanannya yang terkoordinir dengan sangat baik. Kami memiliki tiga pos penjagaan utama yang memiliki catatan lengkap tentang keluar masuknya warga dari dan ke kota kami. Jika ada orang asing yang mencurigakan, mereka akan langsung memberi tahu saya sehingga kamu memiliki waktu untuk melarikan diri melalui jakur rahasia ini.”

“Wah!” sahut Ajeng terpesona oleh penjelasan Wira. "Cukup menakjubkan untuk kota seukuran Carang Sewu dan walikota sekelas.... Kamu."

“Tapi kamu masih punya kesempatan untuk menolak dan pergi dari sini sekarang juga.” Sindir Wira membalikkan cibiran Ajeng.

“Hanya jam delapan sampai empat aja kan?”

Ajeng langsung menarik kertas yang ditulis Wira, menggarisbawahi jam kerjanya, menambahkan beberapa klausul tentang menjaga privasi dan jaminan perlindungan lalu membubuhkan nama dan tanda tangannya.

“Untuk meyakinkan orang-orang dan menghindari kecurigaan, kita harus menggelar pernikahan sungguhan.”

“Kapan kita akan menikah?”

“Besok setelah tiba di rumah.”

*********************

“Malam ini saya akan tidur di sini bersama kalian. Karena kamar sebelah akan digunakan Ajeng.” Ujar Wira kepada teman-temannya yang tidur di kamar sebelah.

“Maaf, Pak. tapi tempat tidur di sini sudah penuh dan kami tidak bisa menampung lebih banyak orang lagi.” Sahut Akbar, pegawai Dinas Perdagangan dan Industri.

“Bukannya kalian suami istri?” imbuh Heri, Kabid Kerjasama Pemkot Carang Sewu.

“Sekali lagi kami maaf.” Sahut Abdi sambil mendorong Wira keluar dan mengunci pintunya dari dalam.

Wira terpaksa kembali ke kamarnya. “Ngga ada cara lain. Malam ini kita akan berbagi kamar.”

“Apa?!”

“Jangan berharap macam-macam. Saya bukan pria murahan yang suka menyentuh wanita sembarangan.” Ujar Wira sambil membawa bantal ke sofa.

“Apa? Wanita sembarangan?” sahut Ajeng tak terima diremehkan. Tapi karena tidak punya pilihan lain, ia memilih untuk menarik selimut lalu masuk ke dalamnya dan tidur memunggungi Wira yang tertidur di sofa. Meskipun berusaha tidur, tapi ia masih tidak nyaman karena balutan kakinya kotor gara-gara insiden balok kayu tadi.

***********************

Ketika bangun keesokan paginya, Ajeng melihat Wira sudah siap dengan pakaian rapinya dan koper yang tertata di depan pintu.

“Buruan mandi! Kita harus pulang sekarang.” Ujar Wira sambil melempar setelan jumper Ajeng yang sudah dicuci bersih ke atas ranjang lalu menyeret kopernya keluar kamar.

Pria itu kemudian turun untuk sarapan dan meninggalkan Ajeng seorang diri di kamar. Ketika menurunkan kakinya ke lantai, Ajeng melihat balutan kaki kirinya sudah diganti dengan yang baru dan kaki kotoran di kaki kanannya juga sudah bersih.

********************

Karena sudah merasa lebih baik, setelah mandi Ajeng turun dengan berjalan kaki menuju kantin hotel. Di sana Wira dan teman-temannya sudah siap menunggu Ajeng sarapan lalu pulang kembali ke kota mereka, Carang Sewu.

“Turun!” titah Wira ketika Abdi sudah siap duduk di kursi kemudi.

Abdi yang masih bingung terpaksa turun lalu pindah ke kursi belakang bersama Akbar dan Heri. Wira kemudian membukakan pintu penumpang depan untuk Ajeng lalu ia sendiri duduk di kursi kemudi.

Merasa mendapatkan kesempatan langka bisa bersantai-santai selama perjalanan, Abdi meregangkan otot-ototnya dengan menggeliat sepuasnya di kursi belakang dan besiap tidur demi menghindari lirikan tajam mata Wira dari kaca spion.

“Pak, kok lewat sini? Pak Wira kan paling ngga suka lewat sini? Bapak bilang jalannya jelek dan memutar jauh.” Tanya Abdi ketika Wira mengambil jalur yang berbeda dari biasanya.

“Jangan banyak protes! Kan saya yang mengemudi?”

“Maaf, Pak Bos.”

“Mulai sekarang, kamu harus melewati jalur ini ketika membawa Bu Ajeng. Dan kamu juga harus selalu memantau pos perbatasan di semua titik. Kalau ada orang asing yang gerak-geriknya mencurigakan, segera lapor saya! Jangan sampai kecolongan!"

“Baik, Pak. Akan saya koordinasikan.”

*****************************************

Episodes
1 Pertemuan
2 Persinggahan
3 Bahaya
4 Oke, deal!
5 Pernikahan Kontrak
6 Status & Tugas
7 Jam Kerja
8 Kekerasan
9 Overtime
10 Kopi
11 Sabotase Pasar Wisata
12 Jam Bebas
13 Curiga
14 Orang Kepercayaan
15 Ditikung
16 Cara Kerja Wira
17 Gelagat Tegar
18 Tamu
19 Kepo
20 Timbangan
21 Atas Nama
22 Tugas Akhir Pekan
23 Pengawalan Khusus
24 Obsesi
25 Sunset
26 Dito
27 Sekamar
28 Surat Rahasia
29 Gosip
30 Masa Lalu
31 Publikasi vs Privasi
32 Kerja! Kerja!
33 Kiriman Makan Siang
34 Hari H
35 Lanjut?
36 DPO
37 Makan Malam (1)
38 Makan Malam (2)
39 Rasa Penasaran Monica
40 Pengunduran Diri Abdi
41 Pisah Rumah
42 Diam-Diam Perhatian
43 Surat Balasan
44 Si Licik
45 Terpojok
46 Main Api
47 Bukan Cinta Biasa
48 Keluarga Wira
49 Mertua vs Orang Tua
50 Dilema
51 Jebakan Rega
52 Cinta Sepihak
53 Penyerangan
54 Sang Penolong
55 Pilihan Ajeng
56 Si Kembar
57 Touch Me, please!
58 Nyonya
59 Tamu Agung
60 Aspri Baru
61 Serangan Balik
62 Berita Utama
63 Wait and See
64 Jati Diri
65 Pilihan Nyonya
66 Hanya Seorang Ajeng
67 Pengorbanan
68 Pria Terlemah
69 Korban dan Pelaku
70 Kambing Hitam
71 Kenangan yang Tersisa
72 Cinta yang Salah
73 Secinta Itu
74 Pria Dungu
75 Pasangan Putus Asa
76 Rasa Ingin Tahu
77 Informasi Valid
78 Kenangan yang Membekas
79 Perang Terbuka
80 Kunjungan Calon Keluarga
81 Cinta atau Obsesi?
82 D-Day
83 Efek Jatuh Cinta
84 1 x 24 jam
85 Nusa Beringin
86 Bimbang
87 Awal Baru
88 Cacar
89 Rencana Selanjutnya
90 Resmi Bercerai
91 Kebakaran
92 Bencana Membawa Berkah
93 Awal Yang Baru
94 Desa Baru
95 Aku Maunya Kamu
96 Teman Lama
97 Menguak Tabir
98 Kabar dari Desa
99 Ada Seolah Tiada
100 Black Campaign
101 Like Father Like Daughter
102 Lingkaran Setan
103 Keluarga
104 Memilih Hukuman
105 Pasang Surut
106 Tugas Baru
107 Berkelana
108 Novel Baru : "MY FAKE NYONYA"
109 Novel Baru : CASSANOVA PENCABUT NYAWA
Episodes

Updated 109 Episodes

1
Pertemuan
2
Persinggahan
3
Bahaya
4
Oke, deal!
5
Pernikahan Kontrak
6
Status & Tugas
7
Jam Kerja
8
Kekerasan
9
Overtime
10
Kopi
11
Sabotase Pasar Wisata
12
Jam Bebas
13
Curiga
14
Orang Kepercayaan
15
Ditikung
16
Cara Kerja Wira
17
Gelagat Tegar
18
Tamu
19
Kepo
20
Timbangan
21
Atas Nama
22
Tugas Akhir Pekan
23
Pengawalan Khusus
24
Obsesi
25
Sunset
26
Dito
27
Sekamar
28
Surat Rahasia
29
Gosip
30
Masa Lalu
31
Publikasi vs Privasi
32
Kerja! Kerja!
33
Kiriman Makan Siang
34
Hari H
35
Lanjut?
36
DPO
37
Makan Malam (1)
38
Makan Malam (2)
39
Rasa Penasaran Monica
40
Pengunduran Diri Abdi
41
Pisah Rumah
42
Diam-Diam Perhatian
43
Surat Balasan
44
Si Licik
45
Terpojok
46
Main Api
47
Bukan Cinta Biasa
48
Keluarga Wira
49
Mertua vs Orang Tua
50
Dilema
51
Jebakan Rega
52
Cinta Sepihak
53
Penyerangan
54
Sang Penolong
55
Pilihan Ajeng
56
Si Kembar
57
Touch Me, please!
58
Nyonya
59
Tamu Agung
60
Aspri Baru
61
Serangan Balik
62
Berita Utama
63
Wait and See
64
Jati Diri
65
Pilihan Nyonya
66
Hanya Seorang Ajeng
67
Pengorbanan
68
Pria Terlemah
69
Korban dan Pelaku
70
Kambing Hitam
71
Kenangan yang Tersisa
72
Cinta yang Salah
73
Secinta Itu
74
Pria Dungu
75
Pasangan Putus Asa
76
Rasa Ingin Tahu
77
Informasi Valid
78
Kenangan yang Membekas
79
Perang Terbuka
80
Kunjungan Calon Keluarga
81
Cinta atau Obsesi?
82
D-Day
83
Efek Jatuh Cinta
84
1 x 24 jam
85
Nusa Beringin
86
Bimbang
87
Awal Baru
88
Cacar
89
Rencana Selanjutnya
90
Resmi Bercerai
91
Kebakaran
92
Bencana Membawa Berkah
93
Awal Yang Baru
94
Desa Baru
95
Aku Maunya Kamu
96
Teman Lama
97
Menguak Tabir
98
Kabar dari Desa
99
Ada Seolah Tiada
100
Black Campaign
101
Like Father Like Daughter
102
Lingkaran Setan
103
Keluarga
104
Memilih Hukuman
105
Pasang Surut
106
Tugas Baru
107
Berkelana
108
Novel Baru : "MY FAKE NYONYA"
109
Novel Baru : CASSANOVA PENCABUT NYAWA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!