"Kabar Mama baik, Ren. Keyra lagi apa? Mama kangen sama dia. Kapan kalian pulang?" sahut Bu Sinar berbasa-basi.
Hubungan Renata dan keluarga suaminya selalu baik. Selama 3 tahun pernikahan, tak ada yang namanya drama antara mertua dan ipar di dalam rumah tangganya. Hanya selalu drama antara dirinya dan Rendy suaminya.
"Syukurlah kalau kabar Mama baik. Keyra lagi nonton televisi. Doakan semoga kami bisa pulang akhir tahun nanti ya, Ma. Oh iya, kabar Papa bagaimana? Apakah masih suka sakit kakinya, Ma?" Renata mencoba sesantai mungkin ketika sedang berbicara dengan mama mertuanya.
Sedangkan Rendy sudah gusar menatap ke arah Renata.
"Papa sudah mendingan sekarang."
Hening, tapi terdengar Bu Sinar seperti sedang menghela nafas panjang.
"Rendy apakah ada di rumah? Karena dari tadi mama telpon tapi nggak di angkat sama sekali."
"Ada kok, Ma. Apa mama mau bicara sama Mas Rendy?" tawar Renata, namun dengan cepat Bu Sinar menyela.
"Nggak perlu, Ren. Mama tadi hanya khawatir aja, karena Rendy mama telpon kok nggak di angkat. Tapi sekarang mama sudah lega, karena ternyata Rendy sedang ada di rumah bersama kalian.
Mama berdoa semoga rumah tangga kalian selalu akur hingga maut memisahkan. Bertengkar boleh, namanya juga dua kepala yang tinggal seatap. Pasti sesekali ada yang namanya beda pendapat dan salah paham. Tapi tolong di ingat ini, jangan pernah sampai ada kata cerai yang terucap di antara kalian berdua. Karena semua yang di persatukan Tuhan, tidak bisa di ceraikan oleh manusia." tegas Bu Sinar, tapi dengan suara lembut.
Bu Sinar memang selalu mengingatkan hal itu, jika mendengar ada anak-anaknya sedang bertengkar dengan pasangannya.
"Iya, Ma!" sahut Rendy malas. Kebetulan mereka memang sedang melakukan video call.
"Kamu juga Rendy, mama bukan mau ikut campur sama urusan rumah tangga kalian. Tapi mama hanya ingin berpesan sama kamu, sayangi anak istrimu. Jangan kamu berbuat hal yang bisa menyakiti hati istrimu. Tuhan bisa marah nanti sama kamu. Istrimu itu pemberian Tuhan. Dengar kamu, Nak?"
"Iya, Ma. Rendy dengar kok. Lagian Rendy sama Renata juga nggak ada masalah apa-apa," sahut Rendy lalu tangannya merangkul bahu Renata. "Iya kan, Sayang?"
Renata terpaksa memasang senyum palsu di depan mama mertuanya. Mungkin lebih baik saat ini dia memang harus berpura-pura jika semua sudah baik-baik saja. Agar kedua mertuanya di sana tak sampai kepikiran lagi. Dan untuk kedepannya sepertinya Renata tak akan bercerita lagi dengan Kiran soal rumah tangganya.
"Iya, Ma. Kami berdua tadi hanya salah paham saja kok," ucap Renata seraya tersenyum.
"Ya sudah, kalau gitu mama tutup dulu telponnya ya. Kalian jangan sampai lupa berdoa. Biar Tuhan tetap memberkati rumah tangga kalian berdua."
Setelahnya panggilanpun di akhiri. Renata segera menepis tangan Rendy yang masih melingkar di bahunya. Kemudian ia pindah tempat duduk.
"Ingat ucapan mama tadi!" ketus Rendy saat Renata menepis tangannya.
"Iya aku ingat kok! Tapi aku harap kamu juga ingat sama ucapanmu sendiri! Kalau kamu nggak bakal balik ke sini sebelum kamu menganggap aku berarti kan buat kamu?"
"Sombong sekali kamu sekarang? Emangnya kamu pikir, kamu bisa hidup tanpa aku? Aku kesini juga terpaksa! Males aku tuh udahan sama kamu."
Renata menyunggingkan bibirnya. "Tcih! Yang sombong itu kamu! Apa maksudmu bilang kalau aku nggak bisa hidup tanpa kamu? Memangnya kamu siapa? Tuhan? Bukan kan?
Lagian aku kan hanya mengingatkan kamu soal ucapanmu kemarin! Jadi jangan sampai kamu menjilat ludahmu sendiri. Dan bukan aku sombong, tapi aku punya Tuhan. Jadi aku yakin, aku bisa hidup tanpa kamu! Lagian kalau kamu dah males sama aku, ngapain lama-lama di sini? Kan mama sudah selesai telponnya?"
"Kamu menantang untuk kita bercerai?" Geram Rendy dengan mata melotot nyaris keluar dari sarangnya.
"Nggak juga! Tapi kalau memang itu maumu, ya silahkan! Siapa tau kamu sudah menemukan sosok perempuan yang jauh lebih baik dari aku? Silahkan kamu yang urus segala sesuatunya. Dan silahkan kamu juga yang jelaskan ke orang tuamu nanti!" sahut Renata santai, tapi mampu membuat Rendy terpana.
Rendy tak menyangka jika Renata akan berubah dalam sekejap. Padahal sebelumnya Renata akan memilih diam jika mereka sedang bertengkar. Tapi kali ini? Apakah sesakit itu Renata di tuduh selingkuh? Atau memang bom kemarahan yang selama ini Renata simpan telah meledak?
"Asal kamu tau ya, Ren. Aku tipikal orang yang bisa dengan mudah menganti segala sesuatu yang menurutku tak bagus, dengan yang baru jika aku mau! Kamu tau kan, kalau aku dari dulu sering pindah tempat kerja lantaran aku nggak suka sama bosnya. Bahkan orang tuaku pun dulu aku tinggalin karena mereka tak pernah menghargai aku! Jadi_"
"Jadi sekarang kamu mau bilang kalau kamu mau ganti istri kalau kamu sudah bosan sama aku, gitu kan maksudmu? Huh! Silahkan lakukan jika memang itu bisa bikin kamu puas! Tapi aku yakin, sampai kamu matipun, kamu nggak akan pernah bisa puas dengan pasanganmu! Mau sebaik apapun pasanganmu nanti, pasti kamu bakal bilang kalau dia kurang ini lah, kurang itu lah! Sifatmu itu sok sempurna, tapi kamu lupa kalau di dunia ini nggak ada manusia yang sempurna!
Ingat pepatah ini 'Jangan mencubit kalau tak ingin di cubit'. Itu sama halnya, hargai orang lain, kalau kamu juga ingin di hargai!" ungkap Renata panjang lebar. Ia sedikit merasa puas karena sudah mengeluarkan sedikit uneg-unegnya.
"Kurang menghargai apa aku sama kamu, Ren?"
"Tanyakan ke dirimu sendiri!" ketus Renata, lalu ia menggendong Keyra untuk di ajak masuk ke dalam kamar.
Sudah cukup lelah Renata meladeni ocehan tak bermutu dari Rendy. Rasa kecewanya semakin membesar, lantaran Rendy masih tetap kekeh dengan sikap arogannya.
Andai saja Rendy mau minta maaf karena sudah menuduh Renata selingkuh, mungkin Renata akan memaafkannya, dan mereka bisa hidup bersama lagi. Tapi yang di lakukan Rendy justru bersikap seperti Renata lah yang harus memohon padanya.
Beberapa menit kemudian, Renata mendengar pintu ruang tamu di tutup sedikit keras. Tak lama setelahnya suara motor Rendy juga terdengar.
"Pergilah, Mas. Carilah apapun yang ingin kamu cari di luar sana. Aku janji, aku bakal buktiin ke kamu jika aku bisa hidup tanpamu. Dan aku juga bakal buktiin ke kamu kalau kamulah sebenarnya yang tak cukup dengan satu pasangan." gumam Renata sambil menatap kepergian motor Rendy.
Malam semakin larut, suara hewan malam juga sayup-sayup mulai terdengar. Keyra, putri kesayangannya juga sudah terlelap di sampingnya.
Namun Renata sendiri, masih saja terus berkutat dengan ponselnya untuk mengetik lanjutan cerita di novelnya. Ya, untuk sementara ini dia akan mengandalkan gaji dari menulis novelnya untuk modal berjualan kue.
Tepat pukul 01.00 dini hari, akhirnya Renata telah selesai mengetik. Kini ini juga bersiap menyusul Keyra yang semakin pulas. Tapi tiba-tiba ada satu notifikasi yang masuk ke ponselnya. Dengan mata yang mulai berat Renata meraih ponselnya kembali dan membaca notifikasi tersebut.
"Loh?" netranya membulat diiringi dengan mulut yang terbuka lebar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Uthie
ada notifikasi apa yaa?
2023-10-17
0