"Aku harap setelah aku menjelaskan semuanya, kamu akan tetap dengan keputusanmu agar kita pisah tempat tinggal, Mas! Karena aku juga sudah di fase yang sangat lelah!" tutur Renata dengan suara bergetar. Sebab ia berusaha menahan tangisnya.
"Tentu! Karena aku yakin jika feelingku nggak pernah salah!" angkuhnya menatap tajam Renata.
"Okeh! Untuk alasan pertamamu yg bilang soal kamu pernah dengar Keyra nyebut nama 'om ganteng'. Apa kamu lupa saat ponakanmu main kesini? Dia selalu menyebut dirinya sebagai om ganteng di depan Keyra! Jadi yang di maksud Keyra om ganteng itu ya keponakanmu sendiri. Terus apakah kamu pikir aku akan berselingkuh dengan ponakanmu, Mas? Selama ini aku keluar kemana-mana juga selalu sama kamu kan? Mana pernah aku keluar berdua aja sama Keyra? Uang di dompetku kan nggak pernah terisi lagi!"
Rendy hanya bergeming, ia sama sekali tak menunjukkan ekspresi apapun. Hanya tatapan datar yang ia perlihatkan pada Renata.
"Yang kedua, kamu bilang ibu-ibu di sini sering bilang kalau aku nggak mau berbaur sama mereka? Ya jelas lah, Mas! Kalau aku berbaur sama mereka, dikit-dikit bakal keluar uang buat di ajak rujakan lah, rekreasi lah, dan lain sebagainya. Kamu tau kan gimana kebiasaan ibu-ibu di sini? Uang dari mana aku, Mas? Apa kamu mau kalau aku bilang ke ibu-ibu aku nggak berani kumpul karena nggak punya uang? Nggak mau kan? Jadi lebih baik kamu jangan protes soal ini.
Kalau soal aku sering main ponsel, itu karena aku lagi buka youtube. Aku ingin belajar beberapa resep masakan. Siapa tau nanti aku punya modal, aku mau jualan kue dari rumah aja. Biar bisa sambil ngerawat Keyra! Dan nggak perlu ngemis uang jajan dari kamu lagi!" Renata sengaja menekan kalimat terakhirnya soal uang jajan. Berharap ada respon dari Rendy. Tapi ternyata nihil.
"Yang ketiga, kamu mau tau apa yang aku lakuin setiap malam?" tanya Renata sambil meletakkan ponselnya di atas meja. "Coba kamu lihat kesini dengan seksama! Aku nggak mau kamu fitnah aku lagi."
Rendy mencondongkan badannya agar lebih dekat ke meja. Perlahan ia memperhatikan jari lentik Renata yang menari di atas layar ponselnya.
"Aku tiap malam itu ngetik novel! Nih buktinya!" Renata menunjukkan bukti ketikannya. "Dan voice note yang kamu dengar itu, mungkin pas aku lagi males ngetik. Jadi aku pakai voice note! Bukan aku lagi chatingan sama orang lain!" tandas Renata.
"Sejak kapan kamu nulis novel?" alis Rendy berkerut. Rendy sedikit tak percaya dengan kemampuan Renata yang berani menulis novel.
"Yang jelas sejak kamu semakin pelit sama aku!" balas Renata cepat.
"Aku bukan pelit, Ren! Kamu tau kan kalau kerjaanku sekarang lagi sepi. Toh yang penting kamu kan sudah aku sediain beras, telur, dan minyak." kilah Rendy yang tak mau salah.
"Iya, aku tau. Tapi aku juga sesekali pengen jajan, Mas! Aku juga pengen jalan-jalan keluar sama kamu dan Keyra. Meskipun nanti hanya sekedar jajan gorengan, nggak masalah. Tapi nyatanya? Kamu selalu sibuk sampai nggak punya waktu buat aku dan Keyra!
Sebenarnya aku nggak masalah sih Mas kalau kamu sibuk kerja, tapi yang jadi pertanyaanku, kemana uang hasil kerjamu selama ini? Masa semenjak kamu nggak pernah kasih aku pegang uang penghasilanmu lagi, kita sudah nggak bisa nabung sedikit pun? Bahkan semua tabungan dan perhiasanku juga sudah habis buat nombokin kita bayar kos dan cicilan tiap bulannya."
Lagi-lagi Rendy hanya bergeming. Entah apa yang sedang ia pikirkan.
"Kalau seperti ini, harusnya aku yang curiga dong sama kamu! Jawab jujur kemana uangmu selama ini, Mas?" Renata menyipitkan kedua matanya. Ia mencoba mencari titik kebohongan di mata Rendy.
"Ngapain kamu curiga sama aku? Uangku ya habis untuk mencukupi kebutuhan keluarga ini! Nggak bersyukur banged jadi istri! Hargai aku sebagai suamimu!" sunggut Rendy tak terima.
"Apa kamu bilang? Aku nggak bersyukur dan nggak ngehargai kamu, Mas? Harusnya aku yang bilang begitu! Kamu jadi suami kenapa nggak bersyukur punya istri aku? Kamu juga nggak pernah menghargai saran yang aku beri!
Aku selama nggak kamu kasih pegang uang lagi, apa aku pernah nuntut yang aneh-aneh sama kamu? Paling aku cuma minta di ajak jalan-jalan muter-muter sekitar komplek sini aja kan? Masalah tiap hari kita hanya makan lauk telur, tahu, tempe, aku juga nggak protes!
Soal skincare aku juga udah lama nggak pakai. Bahkan sekedar bedak aja aku rela pakai bedak bayinya Keyra!
Sedangkan kamu? Tiap hari bisanya nuntut aku harus bisa ini, harus bisa itu! Jadi kamu sekarang sudah tau kan siapa yang nggak bersyukur? Yang harusnya instrospeksi itu kamu, Mas!"
Renata menjeda omelannya. Ia butuh waktu sekian detik untuk mengatur nafasnya yang memburu saking kesalnya.
"Terus kalau soal hamil, jujur aku memang belum siap jika harus punya anak lagi. Aku trauma, soal mengurus bayi seorang diri. Aku takut gila, Mas! Mungkin nanti kalau Keyra sudah usia 5 tahun lebih, aku bisa memikirkan soal ingin hamil lagi atau tidak."
"Berarti kamu mau ngatur Tuhan! Soal kamu hamil sekarang atau nanti, itu semua terserah Tuhan! Siap nggak siap, kalau Tuhan sudah kasih kamu hamil, ya kamu harus mau!" sela Rendy lantang.
"Iya kalau Tuhan memang mengijinkan aku hamil sebentar lagi ya aku terima! Tapi yang jelas, aku tetap berdoa agar jangan hamil dulu dalam waktu dekat ini. Apalagi melihat sikapmu yang seperti ini. Semakin malas aku buat hamil lagi! Jadi sudah jelas ya, soal hamil itu nggak ada hubungannya sama orang lain. Tapi dari diri kamu sendiri yang bikin aku takut untuk hamil lagi!
Dan tadi kamu bilang aku dulu suka gonta-ganti pasangan? Terus nggak pernah bisa berhubungan hanya dengan satu laki-laki? Kamu pikir aku perempuan murahan?
Tapi aneh juga sih, kamu sudah berpikir kalau aku ini perempuan murahan, terus buat apa kamu nikahin aku, Mas? Bukankah dulu sebelum nikah kamu sendiri juga yang bilang kalau kamu siap nerima baik burukku? Lalu ini apa maksudmu? Kamu mau merendahkan aku?
Sadar, Mas! Dulu yang ngebet biar kita nikah itu ya kamu! Kalau sekarang kamu ngebahas masa laluku, itu kayak salah wktu kamu!" ungkap Renata panjang lebar. Dadanya naik turun seiring dengan emosinya yang meluap.
"Dengar, ya Mas! Aku akuin, dulu aku memang nakal. Tapi setelah kita menikah, dan aku mengucap janji suci di altar, aku sudah berubah, Mas! Aku sudah janji di hadapan Tuhan untuk setia sama kamu sampai maut memisahkan kita!
Benar katamu, sepertinya kita memang harus pisah tempat tinggal! Aku butuh waktu untuk sendiri. Silahkan kamu aja yang keluar dari kontrakan ini, Mas! Untuk masalah bayar bulanannya, kamu juga nggak perlu pusing. Aku bakal usahain untuk bisa membayarnya sendiri.
Dan masalah pasang AC plus WIFI, kamu lupakan! Nggak perlu kamu membual, karena kenyataannya sampai saat ini aja kamu masih belum bisa mengembalikan semua uang tabunganku yang katanya kamu pinjam!"
"Kamu punya uang dari mana untuk membayarnya? Kamu kan nggak kerja? Atau begini aja, aku akan kasih kamu kesempatan lagi.
Misal dalam jangka waktu 6 bulan ke depan kamu bisa hamil, maka aku nggak akan ninggalin kamu dan Keyra. Tapi jika dalam waktu 6 bulan ke depan kamu nggak hamil juga, ya aku bakal tinggalin kamu sampai aku benar-benar yakin kalau kamu itu berarti buat aku!"
Renta bangkit berdiri, tangannya menggepal kuat. "Nggak perlu nunggu waktu 6 bulan! Sekarang juga kamu bisa tinggalin aku dan Keyra! Karena aku pun sudah sangat kecewa sama kamu, Mas! Percuma kita masih bersama jika kamu sudah tak ada rasa percaya padaku.
Satu lagi, jika kamu ingin kita bercerai juga nggak masalah. Jangan kamu pakai alasan kalau aku yang ingin cari laki-laki yang jauh lebih baik darimu, tapi yang benar adalah kamu yang ingin cari perempuan yang jauh lebih baik dari aku kan, Mas?" ujar Renata cukup tegas.
Meski air mata telah membasahi pipinya, dan hatinya terasa sakit, namun ia sangat yakin dengan keputusan yang diambilnya malam ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Uthie
Good.. jadi wanita harus tegas dan jangan lemah 💪😡
2023-10-17
0