KADS 4.

Rendy menatap Renata gusar. Ia tak menyangka jika Renata bisa bicara seperti itu malam ini. Rendy yang awalnya sangat mengebu ingin pisah tempat tinggal, kini berubah menjadi dilema.

Lantaran terbukti jika Renata tak berselingkuh. Namun gengsinya terlalu besar untuk meminta maaf terlebih dulu dan mengakui jika dirinya telah salah.

"Okeh, besok pagi aku akan keluar dari sini!" putus Rendy dengan gurat wajah yang tak bisa di artikan.

Renata pun memilih untuk kembali masuk ke dalam kamar. Ia ingin menumpahkan segala keluh kesahnya pada sang pencipta. Karena untuk curhat ke orang lain, Renata tak berani. Yang ada di pikirannya, belum tentu orang yang dia ajak curhat itu nanti benar-benar tulus. Takutnya justru semakin memperkeruh keadaan rumah tangganya.

Hampir semalaman Renata menangisi nasib pernikahannya. Ia tak tau kenapa suaminya berubah dan menjadi curiga terhadapnya. Padahal Renata selalu terbuka soal apapun. Semua akun media sosial Renata, Rendy tau kata sandinya. Ponsel juga tak pernah Renata beri sandi.

Namun terlepas dari itu semua Renata mulai memikirkan apa yang harus ia lakukan setelah kepergian Rendy nanti. Karena jika hanya mengandalkan hasil dari menulis saja, itu sepertinya tak akan bisa. Apalagi mengingat jika Renata baru saja mulai menekuni dunia literasi.

...----------------...

Keesokan paginya, Renata bagun sekitar pukul 07.00. Udara pagi hari yang biasanya terasa sejuk, kali ini hawanya sungguh berbeda. Namun tak berlaku bagi, Keyra. Gadis mungil itu masih terlelap sambil memeluk bantal kesayangannya. Mungkin karena semalam ia tidur pukul 01.00.

Perlahan Renata turun dari tempat tidur, apapun yang terjadi sudah ia coba ikhlaskan. Ia tak mau terlalu terpuruk oleh keadaan. Dan berharap akan ada suatu kebahgiaan setelahnya.

Pertama-tama yang Renata tuju adalah lemari pakaian di mana biasanya baju Rendy tersimpan. Ia ingin memastikan, apakah Rendy benar-benar akan meninggalkannya? Ternyata benar, sebagian baju Rendy sudah tak ada di sana.

"Baiklah, Mas! Jika memang ini yang kamu pilih. Semoga Tuhan segera menyadarkan segala kekeliruan yang telah kamu perbuat," gumam Renata. Kali ini tak ada air mata yang mengalir. Sepertinya Renata sudah benar-benar menyiapkan hatinya semalam.

Tepat pukul 10.00, semua pekerjaan Renata telah selesai. Keyra juga sudah mandi dan sedang makan. Kebetulan Keyra juga sudah bisa makan sendiri, jadi Renata bisa mengetik novel sambil menemani Keyra makan.

Saat sedang fokus mengetik, tiba-tiba ada satu notifikasi pesan masuk dari Kiran. Dia adalah adiknya Rendy. Jantung Renata berdegup tak beraturan. Ia takut jika adik iparnya itu telah menerima aduan dari Kakaknya perihal pertengkaran dalam rumah tangganya. Dengan perasaan takut, Renata akhirnya memberanikan diri membacanya. Siapa tau, Kiran hanya ingin menyapanya seperti biasa.

[Mbak, lagi di mana? Keyra bagaimana kabarnya? Kapan nih pulang? Dena sama Tari sudah kangen sama Keyra.] bunyi pesan itu.

Renata bernafas lega. Sepertinya Rendy tak bercerita pada adiknya. Tapi siapa tau ini hanya berupa jebakan betmen?

[Lagi di rumah. Kabar Keyra baik. Gimana kabar Dena sama Tari? Keyra juga kangen nih, tapi maaf ya kami belum sempat pulang. Mas Rendy masih sibuk kerja soalnya.] balas Renata. Ia terpaksa berbohong demi menutupi masalah rumah tangganya.

[Mbak yakin? Boleh aku video call, Mbak?]

Namun belum sempat Renata membalas pesan itu, Kiran sudah menelponnya. Terpaksa Renata menerima panggilan itu agar Kiran tak berpikiran aneh-aneh.

"Loh kok mata Mbak Renata sembab gitu? Apa habis menangis? Mas Rendy bikin ulah apa lagi? Cerita sama aku, Mbak. Biar aku nanti yang marahin Mas Rendy," cecar Kiran penasaran.

Renata mengalihkan wajahnya menghadap cermin. Bisa-bisanya ia lupa jika matanya masih terlihat sembab akibat terlalu banyak menangis.

"Mas Rendy nggak bikin ulah apa-apa kok, Ran. Ini mata Mbak sembab karena tadi abis ngupas bawang banyak banget. Hehehe," bohong Renata.

Tapi memang dasarnya Renata tak ahli berbohong. Jadi ya mana mungkin Kiran percaya.

"Ngapain Mbak ngupas bawang banyak? Memangnya Mbak mau bikin hajatan?" dengus Kiran. "Sudah, Mbak cerita aja sama aku. Aku bukan tipikal adik ipar yang resek kok. Kalau memang Mas Rendy yang salah, ya nggak bakal aku bela."

Renata terlihat menimbang-nimbang. Ia tak mau sampai menyesal di kemudian hari.

"Em, Kemarin Mas Rendy menuduh Mbak punya selingkuhan, Ran. Hanya karena Mas Rendy sering lihat Mbak main ponsel setiap malam." sengaja Renata tak memperjelas alasan kenapa ia sering pegang ponsel. Karena ia belum percaya diri jika menyebutkan soal dirinya kini telah menjadi penulis novel online. Takutnya Kiran ikut membaca novel yang ia tulis. Apalagi Kiran memang suka baca novel online.

"Astaga! Cetek banged sih pikiran Mas ku itu? Masa gara-gara sering main ponsel, terus di bilang selingkuh? Ntar deh Mbak, biar aku telpon itu Mas Rendy. Sepertinya dia memang butuh siraman rohani dari adiknya ini.

Ya sudah kalau gitu nanti aku telpon lagi ya, Mbak. Mbak Renata jangan sedih lagi ya. Selama ada aku, Mbak Renata jangan takut nggak ada yang bela."

Renata tersenyum haru. Bagaimana tidak, ia mempunyai adik ipar yang begitu pro dengannya. Hal itulah yang membuat Renata bertahan hingga detik ini dengan Rendy.

"Makasih banyak ya, Ran. Kamu selalu bela Mbak. Padahal Mbak ini kan hanya orang lain yang kebetulan jadi kakak iparmu," suara Renata tedengar bergetar.

"Ish, jangan bilang gitu Mbak. Mbak Renata itu juga Mbakku. Bukan orang lain lagi. Sudah ya, aku tutup dulu. Bye!"

......................

Pukul 20.00 malam, terdengar suara motor Rendy parkir di halaman. Renata yakin jika dirinya datang ke kontrakan hanya untuk marah-marah lagi.

Ceklek!

"Kamu cerita apa aja sama Kiran? Kenapa Kiran sama Mama sampai telpon aku dan marah-marah?" omelnya sambil berjalan masuk. Tak ada senyum ramah sedikit pun di wajahnya.

"Hah?" mata Renata membulat sempurna. Pasalnya tadi siang dia kan hanya cerita sama adik iparnya. Lalu kenapa yang telpon Rendy, itu Kiran dan Mama mertuanya?

"Mana aku tau! Aku nggak ada cerita apa-apa tuh sama mama." sahut Renata cuek.

Rendy duduk di sofa menghampiri Keyra yang sedang asik menonton televisi. "Papa punya sate ayam buat Keyra. Keyra makan yuk, Papa yang suapin mau?" tawar Rendy begitu lembut pada putri cantiknya itu.

Tapi ternyata Keyra lebih memilih untuk makan sendiri. Ia tak mau di suapi Rendy. Entah karena sedang ikut kesal atau bagaimana.

Akhirnya, Rendy kembali menatap Renata. "Mereka bukan cenayang, Ren! Jadi nggak mungkin mereka tau masalah kita, kalau kamu nggak cerita? Segitunya ya kamu? Padahal aku sudah berusaha menutupi masalah rumah tangga kita agar keluarga besar tak ada yang tau. Lah ini kamu malah cerita! Kamu mau bikin orang tuaku kepikiran sama pertengkaran kita?" ucap Rendy santai tapi menyakitkan bagi Renata.

Tapi saat Renata belum menjawab ucapan Rendy, ponselnya sudah berdering. Dan itu panggilan dari Bu Sinar, mama mertuanya.

"Mama telpon! Di angkat apa nggak?" tanya Renata datar.

"Angkat lah! Toh juga sudah terlanjur mama tau kalau kita sedang berantem!" sinis Rendy.

Renata menggeser tombol hijau di layar ponselnya.

"Halo, Ma. Bagaimana kabarnya?" sapa Renata ramah.

Terpopuler

Comments

Uthie

Uthie

lanjut nii 👍

2023-10-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!