KADS 2.

Renata membulatkan matanya. Ingin ia menjawab, tapi Renata mencoba menunggu hingga Rendy selesai bicara. Sesuai dengan permintaan Rendy di awal.

"Aku ingin kita pisah tempat tinggal, karena aku pikir mungkin ini yang terbaik buat kita berdua. Sebelumnya aku tak ada niat buruk sama kamu. Aku hanya mencoba mencari jalan tengahnya saja. Ada beberapa alasan yang membuat aku ambil keputusan ini.

Yang pertama, aku pernah mendapati Keyra menyebut 'om ganteng' saat sedang bicara berdua sama kamu. Entah itu hanya kebetulan aja, atau memang benar Keyra pernah kamu ajak bertemu dengan laki-laki itu. Hanya kamu yang tau jawabannya.

Yang kedua, aku sering mendapatkan kabar dari ibu-ibu sini kalau kamu sering pegang ponsel saat aku lagi kerja. Kata mereka kamu jarang berbaur dengan ibu-ibu di kampung ini. Bahkan pernah saat mereka lewat dan ingin menyapamu, kamu sampai tak dengar. Mungkin itu karena kamu lagi asik chatingan sama laki-laki itu.

Yang ketiga, soal semalam saat aku ingin melihat ponselmu. Tapi kamu justru nggak mau kasih lihat sama aku kan? Itu sudah sangat membuktikan kalau kamu memang sedang menyembunyikan sesuatu dariku di dalam ponselmu. Apalagi aku juga pernah dengar kamu sedang mengirim voice note. Entah dengan siapa, yang jelas saat itu juga malam hari. Tapi saat itu aku belum terlalu curiga sama kamu. Jadi aku mengabaikannya.

Yang keempat, aku merasa kalau kamu itu nggak bersyukur sama sekali punya suami sepertiku. Padahal aku sudah kasih segalanya buat kamu. Kamu hanya tinggal diam saja di rumah. Urusan belanja sudah aku yang penuhi. Makanya agar kamu bisa bersyukur, aku ingin kamu instrospeksi diri dengan cara kita pisah tempat tinggal.

Yang kelima, pantas aja kamu nggak mau hamil lagi. Dengan alasan Keyra masih kecil. Padahal banyak kok anak seumuran Keyra tapi sudah punya adik bayi lagi. Mungkin itu hanya alasanmu, karena kamu takut jika hamil lagi, kamu nggak akan bisa selingkuh!

Oh iya satu lagi, dulu sebelum kita menikah kamu kan sering banged gonta ganti pasangan. Bahkan kamu sering pacaran dengan lebih dari satu laki-laki. Kata orang seperti itu tuh sebuah penyakit yang bisa menjadi kebiasaan. Susah di hilangkan sampai kapanpun. Jadi aku curiganya saat ini penyakitmu itu sedang kambuh! Jadi kamu nggak bisa cukup dengan satu laki-laki!" cibirnya dengan wajah mencemooh.

Renata melirik sinis. Tangannya mengepal kuat. Ingin melempar mulut Rendy yang sudah seperti emak-emak itu dengan mainan Keyra, tapi Renata takut jika itu nanti akan di tiru oleh Keyra.

"Kamu juga tenang aja, kalau kita pisah tempat tinggal, kamu bisa pilih kok. Kamu mau tetap tinggal di kontrakan ini, atau mau pindah? Kalau kamu mau tetap tinggal di sini silahkan, berarti aku yang akan cari kos lain. Dan untuk uang kontrakan di sini, aku akan tetap tanggung jawab untuk membayarnya. Kebutuhan dapurmu juga akan tetap aku penuhi termasuk uang jajan Keyra. Tapi nggak untuk uang jajanmu!

Dan jika kamu mau pilih pindah dari kontrakan ini juga silahkan. Mungkin kamu mau pilih kontrakan yang jauh lebih bagus. Tetap aku juga yang akan bayarin kontrakan barumu itu kok. Terus kalau kamu nanti mau pasang AC dan WIFI lagi, akan aku kabulkan. Asal kita pisah tempat tinggal."

Rendy membuang nafas kasar, seraya mengusap wajahnya.

"Sudah ngomongnya?" tanya Renata yang mulai geram mendengar kalimat demi kalimat yang menuduhnya tanpa bukti yang jelas.

"Belum! Nanti kalau sudah aku bakal bilang!" sahut Rendy sinis.

"Sekarang gini aja deh, aku juga kasih kamu pilihan lain. Aku bakal kasih kamu kesempatan buat cari laki-laki yang jauh lebih baik dari aku. Nanti kalau kamu sudah dapat, silahkan kalau kamu mau cerai sama aku.

Kamu juga boleh bawa Keyra, tapi kalau nanti kamu hamil lagi sama suami barumu itu, kasih Keyra balik sama aku. Biar aku yang rawat Keyra. Aku nggak mau kalau Keyra tetap sama kamu, tapi dia bakal kurang kasih sayang. Tapi kalau kamu belum hamil lagi, kamu boleh rawat Keyra sampai kapanpun kamu mau."

Namun tiba-tiba ucapan Rendy terhenti lantaran Keyra mulai merengek minta tidur, mungkin karena sudah cukup lelah bermain. Apalagi jam juga sudah menunjukkan pukul 01.30 dini hari.

"Sudah ngomongnya? Kalau belum silahkan di lanjutkan nanti! Karena aku mau nemenin Keyra tidur dulu. Kamu tunggu aku di ruang tamu. Nanti aku nyusul kesana setelah Keyra tidur!" tegas Renata. Rendy pun menuruti.

Tiga puluh menit kemudian, Keyra sudah tertidur. Renata menatap wajah teduh putri mungilnya itu. "Nak, apapun yang akan terjadi nanti, Mama janji kalau kita akan tetap bersama. Mama juga janji bakal bikin kamu selalu bahagia tak kurang kasih sayang sedikitpun," lirih Renata seraya membelai lembut pipi Keyra.

Netranya kembali terasa memanas, ingin rasanya ia berteriak sekencang-kencangnya malam ini. Pernikahan yang baru ia bagun 3 tahun belakangan ini, kemungkinan besar akan segera berakhir begitu saja. Semua yang telah ia lakukan dan berikan di dalam rumah tangga ini, ternyata tak berharga sama sekali di mata Rendy, suaminya.

Renata mengusap kasar pipinya yang telah basah oleh air mata. Dengan langkah berat, ia berjalan keluar kamar. Rendy juga telah menunggunya di ruang tamu sambil meminkan ponselnya.

"Keyra sudah tidur?" tanya Rendy datar. Raut wajahnya sudah tak semarah tadi. Kini ia jauh lebih tenang.

Renata duduk tepat di hadapan Rendy. "Sudah!" sahut Renata sedikit ketus.

"Baguslah. Aku juga sudah selesai bicara. Sekarang kalau kamu mau bicara, silahkan. Aku akan dengarkan semua ucapanmu."

Renata kembali menghela nafas panjang sebelum memulai bicara. "Okeh, makasih sebelumnya. Di sini aku bukan mau melakukan pembelaan. Tapi aku hanya bicara tentang apa yang sudah terjadi. Dan jujur, aku sangat kecewa sama kamu, Mas!"

Rendy menatap Renata dengan alis terangkat satu.

"Aku akan jawab tuduhanmu satu per satu. Tapi sebelumnya, ayo kita berdoa dulu. Aku nggak mau, ada setan yang menghasut otak dan hati kita," pinta Renata.

Tanpa menunggu jawaban dari Rendy, Renata pun sudah mulai melipat tangannya dan berdoa. Renata berharap Tuhan bisa membimbingnya dalam setiap ucapan yang akan keluar dari mulutnya. Agar ia tak salah berucap dan bisa mengambil keputusan yang tepat.

Selesai berdoa, Renata menatap nanar ke arah Rendy. Laki-laki yang sangat ia cintai, hormati dan selalu ia banggakan di depan semua orang ternyata begitu mudahnya terhasut oleh ucapan orang lain dan pikirannya sendiri. Sikap saling percaya ternyata hanya omong kosong.

Terpopuler

Comments

kalea rizuky

kalea rizuky

tolol minta cerai istri beres

2024-11-24

0

Uthie

Uthie

seru 👍

2023-10-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!