2. Dua Remaja Nakal

Rochester's Mansion

Harley menghentikan mobilnya sebelum mereka tiba di mansion. Alisandra yang semula terpejam pun membuka mata dan menoleh heran pada lelaki itu.

"Ada apa?"

Harley tak menjawab. Ia membuka laci dashboard, lalu mengambil sebuah kotak P3K yang memang selalu tersedia di sana. Semua tak lepas dari kesiagaan Harley yang kerap memperhatikan kelengkapan apa pun yang diperlukan sang nona, termasuk dalam mobilnya sekalipun.

Lelaki itu tak bicara. Ia mengambil sebuah salep dan menekannya sedikit pada jarinya.

"Apa yang mau kau lakukan?" tanya Alisandra bingung, saat Harley mengulurkan jari telunjuk yang terdapat salep itu ke arahnya.

Lagi-lagi tanpa bersuara, Harley mengangkat sedikit dagu Alisandra hingga gadis itu mendongak. Harley mengoleskan salep tersebut di sana, membuat Alisandra sedikit meringis merasakan sensasi dingin dan juga perih.

Kenapa Sandra baru sadar ia terluka?

"Aku harus melatihmu lagi, kalau kau masih terluka saat bertarung," ucap Harley.

Namun begitu Sandra tersenyum, karena akhirnya Harley mau melepas bahasa formalnya. Ia menatap Harley setelah lelaki itu selesai mengoleskan obat.

"Bukankah ini hal biasa?"

"Hal biasa yang akan bahaya jika dibiarkan. Harusnya kau sadar, bela dirimu belum matang, tapi dengan percaya diri selalu kabur dari pengawasan. Kau pikir dunia luar tidak bahaya? Apa kau lupa apa yang terjadi pada kakek buyutmu beberapa tahun silam?" cerocos lelaki itu.

Alisandra meringis. Jika Harley sudah bicara panjang seperti ini, itu pertanda bahwa ia serius. Salah, Harley memang selalu serius dalam segala hal.

Sandra menunduk melihat jari-jemarinya yang bertaut. "Maaf. Aku hanya ingin mengajak Bianca mampir ke toko roti. Mereka baru saja buka dua hari lalu. Dan ... kadang kami juga bosan karena terus diikuti," akunya jujur.

Harley membuang nafas. "Terima saja bahwa hidupmu tak seperti orang biasa, karena ayahmu bukan orang biasa. Dia Gibran Wiranata, musuhnya bertebaran di luar sana. Kau pasti paham kenapa aku melatihmu dan Allison sedari kecil."

Alisandra mengangguk. Pun Harley berhenti mengomeli gadis itu. Harley memang seorang pengawal, tapi ia juga merangkap jadi pengasuh anak-anak Gibran. Setidaknya itu yang Harley rasakan, karena sampai mereka sekolah di luar negeri pun, Harley yang harus ikut.

"Lain kali, kalau kau risih diikuti, cukup hubungi aku. Aku yang akan menemanimu ke mana pun kamu ingin pergi."

Sandra menoleh. "Apa kau bicara seperti ini juga pada Allison, Hally?"

"Adikmu ada Dante yang mengurus," cetus Harley memberi tahu, sambil kembali melajukan mobil.

"Ah, Dante, ya. Dia pasti kesulitan mengurus adikku. Allison lebih nakal dariku."

Apa yang dikatakan Alisandra tidak salah. Allison adalah tipe berandal sekolah yang sering membuat masalah. Harley bahkan baru saja mendapat pesan dari Dante, bahwa anak itu mematahkan tangan salah satu temannya, lagi.

Entah sampai kapan Harley harus berkutat dengan kenakalan anak-anak remaja. Tidak bisakah mereka menjadi anak baik dan penurut?

Dibanding Gibran sebagai ayahnya, di sini justru Harley yang lebih sering dibuat pusing.

Mereka tiba di mansion. Harley turun terlebih dulu sebelum ia membukakan pintu untuk Alisandra. Gadis itu keluar dengan santainya sambil memberikan tas sekolahnya pada Harley.

Harley tak keberatan karena itu sudah biasa ia lakukan, bahkan sejak masa Alisandra di Taman Kanak-kanak.

Keduanya berjalan memasuki lobi, dan pemandangan pertama yang dilihat adalah Allison yang sedang menjerit memohon ampun pada seorang wanita.

"Mommy?"

Benar, yang barusan mereka lihat adalah Maria. Wanita itu tengah memukuli pan-tat Allison meski tidak begitu keras.

"Dasar anak pintar! Sampai kapan kamu akan melakukan kekerasan pada teman-temanmu?" Maria kembali memukul pan-tat Allison. "Kamu mematahkan lengan temanmu lagi. Astaga, mana janji yang kamu buat pada Mommy kemarin lalu?"

"Mommy ... dia yang duluan mulai. Aku melakukannya untuk melindungi diri. Siapa yang tahu tulangnya serapuh itu? Tulang Opa Rayan bahkan lebih kuat dari anak manja itu," dengus Allison merengut, mengusap pantatnya yang kini mulai kebas.

"Alasanmu melindungi diri. Bukan tulangnya yang rapuh, tapi kamu yang terlalu kuat memukulnya."

"Mommy tidak percaya padaku? Kalau begitu tanya saja pada Daddy nanti. Tunggu dia pulang, pasti Daddy lihat CCTV di sekolah." Allison mengerucutkan bibir.

Sementara di ambang pintu, Alisandra menoleh pada Harley di sampingnya. "Katamu, mereka masih di Abu Dhabi, Uncle?"

Harley dengan tenang dan santai pun menjawab. "Oh, ternyata mereka pulang lebih cepat dari dugaan."

"Apa kau tidak mendapat informasi itu sebelumnya?" tanya Alisandra aneh.

Harley menoleh datar. "Aku terlalu sibuk mengurusmu yang tidak kalah nakal," ujarnya seolah menyindir.

Sandra hanya mencibir tanpa membalas. Ia menoleh lagi pada mommy-nya dan Allison. Mereka nampaknya belum menyadari kehadiran Sandra dan juga Harley.

"Mommy?" Alisandra mendekat pada wanita cantik berparas oriental itu.

Allison yang mendengar suara Alisandra, sontak berbalik dan berlari cepat untuk bersembunyi di belakang tubuh sang kakak. "Mommy, kau jangan hanya memukulku. Kakak juga nakal. Dia bertarung dengan orang hingga hampir mati."

"Tutup mulutmu, bocah," desis Alisandra mendelik.

Allison mencebik dan menjauhkan tubuhnya dari Alisandra. Ia berakhir berdiri di samping Harley, si manusia datar yang selalu banyak aturan.

"Hey, Uncle, katakanlah sesuatu untuk membantuku," bisik Allison merayu.

Namun Harley hanya melengos memperhatikan Sandra yang kini berhadapan dengan ibunya.

"Cih, dasar pilih kasih. Sudah kuduga kau lebih menyayangi kakakku."

"Apa yang dilakukan ibumu adalah hal yang wajar dan benar, Boy," ucap Harley datar.

Maria menenangkan nafasnya yang sedikit terengah usai memarahi sang putra. Kini ia menatap putrinya yang tak kalah memusingkan karena sering membuat khawatir.

"Oh Tuhan, bagaimana bisa anak-anakku jadi hobi berkelahi? Tidak ada satupun hari yang membuatku tenang karena hal ini." Maria menatap Alisandra dari atas ke bawah, dan berhenti pada rompi seragam gadis itu yang baik-baik saja.

Tapi Maria bisa melihat sebuah titik kecil samar di sana. Hidup dengan Gibran Wiranata membuat Maria bisa langsung membedakan mana noda kotor biasa, dan mana noda yang disebabkan oleh darah. Meski dalam kain tergelap sekalipun, Maria bisa mengenalinya.

Berdecak kecil, wanita itu menatap Alisandra yang berdiri dengan santainya sambil tersenyum.

"Mommy kenapa sudah di sini? Bukankah Daddy masih ada pekerjaan di UEA?" Suara Alisandra-nya yang imut dan manis tak lantas bisa menipu Maria. Ia tahu gadis itu sama sekali tak mengharapkan kehadirannya dan sang suami yang tiba-tiba.

"Kalian tidak senang Mommy di sini?" tuding Maria, membuat Alisandra maupun Allison diam.

Alisandra mencebik. "Aku hanya terkejut, bukan berarti tidak senang dengan kedatanganmu." Ia lalu menarik Maria ke arah sofa dan duduk di sana.

"Mommy, kau bawa dress yang kuminta, kan?" Alisandra bertanya sambil bergelayut manja di lengan sang ibu. Matanya berkedip membuat ekspresi semanis mungkin.

"Hey, kamu bersikap seperti anak anjing yang lucu karena ingin menghindar dari pertanyaan Mommy?" dengus Maria. Ia sama sekali tidak luluh dengan trik putrinya yang terlalu kentara. Tangannya menarik rompi seragam Alisandra dan melihat kembali noda sekecil jarum di sana. "Ini apa? Kamu berkelahi dengan preman mana lagi?"

Alisandra mengerucutkan bibir, menjauhkan tubuhnya dari Maria. Rautnya berubah malas membiarkan Maria meneliti seluruh pakaiannya. "Mommy, aku tidak seperti Allison."

"Tidak sepertiku, apa maksudmu?!" Allison menyela kesal. Dan Sandra hanya mencibir pada adiknya, membuat remaja yang hampir berusia 14 tahun itu semakin merah padam di tempat.

Sementara Harley membuang nafas sabar berada di tengah-tengah mereka.

"Kalian sama-sama nakal, jangan saling menyalahkan," ucap Maria. "Jangan mentang-mentang Harley memberi kalian ilmu bela diri, kalian jadi seenaknya seperti ini. Kalian lupa apa yang pernah Mommy bilang? Bertemanlah sebanyak mungkin, tapi jangan menambah musuh."

Dua anak remaja itu bungkam. Mereka tahu sang mommy tengah khawatir. Meski terkadang galak dan suka berteriak, tapi wanita itu tak pernah memaki mereka dengan kata-kata buruk.

Makian yang keluar dari mulut Maria justru adalah kata-kata yang baik, seperti halnya anak pintar, anak tampan, anak cantik, anak baik, dan segala macam kata yang lebih mirip pujian alih-alih umpatan.

Karena menurut wanita itu, ucapan adalah do'a. Jadi sebisa mungkin ia tidak akan mengeluarkan kata buruk pada keluarganya.

"Kalian membuat Mommy cemas. Berada tinggal jauh dan beda negara, kalian pikir ini tidak berat bagi orang tua?"

Alisandra dan Allison masih terdiam. Hingga Harley yang merasa bertanggung jawab atas mereka pun angkat bicara.

"Nyonya, anda tidak perlu khawatir. Saya selalu memastikan Nona dan Tuan Muda dalam keadaan baik-baik saja. Asal mereka tidak terluka, bukankah kenakalan seperti ini biasa terjadi pada anak-anak?"

Allison bersorak dalam hati. Diam-diam ia memuji Harley, satu-satunya orang yang berani bicara pada mommy serta daddy-nya. Sudah ia duga pria itu tidak akan diam saja melihat mereka terkena omelan. Harley selalu menjadi tameng terdepan untuk membela dan melindunginya dan juga Alisandra.

Alisandra pun turut melirik pengawalnya itu, menatapnya seksama hingga mereka sempat beradu pandang sebentar, sebelum Harley memusatkan kembali perhatiannya pada Maria.

Maria terperangah menatap Harley, si pria triplek jelmaan lain dari suaminya. "Hah, jadi menurutmu ini hal biasa? Yak! Kau belum punya anak, jadi tidak tahu rasanya!"

"Menurutku ini juga hal biasa, Sugarplum."

Sebuah suara menyeruak di ruangan itu. Gibran Wiranata baru saja muncul dari arah pintu, dan sedang berjalan mendekati mereka.

Maria semakin dibuat menganga atas pembelaan suaminya.

"Ini bukan membela, Sayang. Ini memang biasa. Asal bukan mereka yang terluka, membela diri seperti apa pun bisa dibenarkan," lanjutnya, mengetahui apa yang Maria pikirkan.

"Kalian benar-benar ..." bisik Maria samar. "Sudahlah. Semuanya sama saja," rengutnya bersidekap.

Terpopuler

Comments

Wirda Wati

Wirda Wati

Benar juga kata dari ibu itu doa.
ucapkan yg baik...
aku kadang bisa lupa thort klu udah marah 🤣🤣🤣

2023-10-02

0

Hani Ekawati

Hani Ekawati

Kira kira Harley dan Alisandra usianya beda brp tahun Thor 😁 dulu waktu Alisandra masih bayi, usia Harley brp?

2023-09-24

0

Hani Ekawati

Hani Ekawati

Wkwkwk....Harley disebut pria triplek🤣

2023-09-24

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 55 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!