Little Alisandra

Little Alisandra

1. Nona Muda Wiranata

Rochester, New York, Amerika.

Buk!

"Aargh!"

"Sandra!"

Alisandra tak menghiraukan teriakan sahabatnya yang ketakutan. Ia mengayunkan kakinya menendang seorang pria yang hendak mendekat, lalu memutarnya lagi ke arah berlawanan ketika matanya menangkap pergerakan dari arah lain.

Ankle boots yang dipakai Alisandra berhasil menghantam hidung si pria hingga berdarah, pun pria tersebut langsung jatuh dan berteriak lantaran tulang hidungnya kemungkinan patah.

Bruk!

"Aarrghh!!"

Alisandra tak segan untuk memukul, menendang, bahkan mengapit leher lawannya hingga mereka memekik kesulitan bernafas. Setelahnya, ia akan melempar tubuh-tubuh itu dengan mudah, seolah mereka seringan kapas.

"Sandra awaaass!!"

Alisandra menoleh ke belakang, dengan sigap ia menangkap sebuah tangan yang hendak menyerangnya menggunakan pisau, lalu memutar tangan itu hingga si empunya meringis dan berakhir menjerit kesakitan.

Pisau itu jatuh berikut si empunya, dan Alisandra menepuk-nepuk telapak tangannya dengan pandangan remeh. Ia mendengus keras menatap lima pria yang kini tergeletak tak berdaya karena serangannya.

"Hanya segitu kemampuan kalian?" Alisandra mengangkat dagu sombong.

"Sandra ..." Suara mencicit terdengar dari belakang.

Alisandra pun berbalik, melirik seorang gadis yang sejak tadi mengkerut ngeri dengan perasaan was-was melihat pertempuran kalah jumlah yang dilakukan Alisandra seorang diri.

Siapa pun tak akan percaya, bahwa gadis berseragam high school itu baru saja menumbangkan sejumlah lelaki hingga hampir tak bernyawa.

"S-Sandra ... you oke?" Bianca memajukan kakinya berniat mendekat, namun ia menariknya lagi karena takut saat melihat pria-pria yang pingsan dengan tubuh berdarah itu. "Astaga, ini menakutkan." Ia berbisik lirih.

"I'm okey," sahut Alisandra santai. Ia menegakkan tubuh, merapikan seragamnya yang kusut dan berantakan, berikut rambutnya yang tergerai.

Bianca bersyukur sahabatnya tak terluka. Meski ia tahu kemampuan beladiri Alisandra cukup baik, tapi ia tetap khawatir karena gadis itu melawan dengan tangan kosong.

Mereka baru saja pulang sekolah, dan mendadak mendapat serangan dari orang-orang tak dikenal.

Sepertinya orang-orang itu menargetkan Bianca. Bukan hal aneh mengingat gadis itu merupakan putri dari salah satu menteri di Amerika.

"Syukurlah," ucap Bianca. Namun belum ada lima detik, mata Bianca melotot melihat sesuatu di belakang Alisandra.

"Sandraaaa!!!"

Sandra yang sempat lengah, dibuat sedikit bingung oleh teriakan Bianca yang tiba-tiba. Ia pun berbalik cepat dan mendapati seorang pria menyerangnya kembali dengan pisau lipat yang tadi tergeletak.

Rupanya salah satu dari mereka belum sepenuhnya pingsan. Alisandra yang belum siap dengan serangan itu hanya bisa mematung. Tubuhnya mendadak diam tak bisa bergerak karena terkejut, hingga di mana mata pisau hampir mengenai keningnya, sebuah tangan kekar bergerak cepat menahan tangan si penyerang.

Pisau itu berhenti tepat satu inci dari kening Alisandra.

Suasana hening mengiringi setiap mata yang menoleh pada sosok yang melindungi gadis tersebut, dan Alisandra tak bisa menahan pekikan lirihnya memanggil pria itu.

"Haly ..."

Harley menoleh datar. Ia dengan cepat membalik arah pisau hingga menancap di leher pria yang hendak menyerang Alisandra.

Suara henyak terdengar dari Alisandra maupun Bianca. Pria itu jatuh di atas aspal dengan darah memancar dari lehernya. Matanya membelalak menyeramkan dan tentu nyawanya langsung melayang.

Harley melakukan itu seolah hal tersebut bukanlah apa-apa. Pria itu kembali menoleh pada Alisandra, menatap sang nona muda dengan sorot mata tak beriak.

"Lain kali jangan lakukan itu. Diam di tengah serangan sama saja dengan bunuh diri," ucapnya datar.

Sandra meringis, tak tahu harus bilang apa kecuali berterimakasih. "Terima kasih, Uncle."

"Jika saya tidak datang tepat waktu, mungkin anda hanya tinggal nama," lanjutnya terdengar kejam.

Harley lalu melirik Bianca yang turut meringis di belakang Alisandra.

"Kalian selalu nakal dan lari dari pengawasan."

Bianca dan Alisandra sontak saling pandang. Keduanya sama-sama bungkam karena apa yang dikatakan Harley memang benar. Mereka pulang diam-diam tanpa pengawal.

Bianca meminta maaf, sementara Alisandra hanya berdecak. Tak lama kemudian dua mobil hitam melaju mendekati mereka. Pria-pria berpakaian formal keluar, lalu membungkuk dengan segan. Raut mereka terlihat lega ketika melihat Bianca.

"Nona, anda—"

"Aku baik-baik saja," sahut Bianca memotong. Ia lalu melirik Sandra di sampingnya. "Aku pulang."

"Hem." Sandra mengangguk sebagai jawaban.

Setelahnya Bianca pun pergi bersama para pengawalnya yang menjemput. Kini tinggal Alisandra dan Harley, juga sejumlah anak buah pria itu yang sibuk membereskan para korban kekerasan sang nona muda Wiranata.

Harley tak bicara apa-apa. Lelaki itu menghampiri mobil sport putih yang sebelumnya dikendarai Alisandra, lalu membuka pintu penumpang untuk sang nona.

Alisandra sedikit mencebik ketika membuang nafas, ia lalu berjalan pasrah, memasuki mobil dan duduk diam ketika Harley menutup pintu.

Lelaki itu menyusul duduk di kursi kemudi. Alisandra menoleh memperhatikan Harley yang mulai melajukan kendaraan meninggalkan jalanan sepi penuh pepohonan tersebut.

Harley menyentuh earpiece yang terselip di salah satu telinga, kemudian bicara memberikan perintah. "Bereskan semuanya. Mereka musuh yang dikirim untuk menyakiti putri menteri. Kalian cukup laporkan pada pihak keluarga Reese. Selebihnya jangan ikut campur."

Sambungan pun terputus. Harley menatap lurus jalanan di depan, tanpa sekalipun menghiraukan Sandra yang sedari tadi menatapnya.

Sandra sendiri tak berani mengganggu ketenangan lelaki itu. Ia memilin jarinya yang saling bertaut di pangkuan. Tapi sikap diamnya itu tak bertahan lama, karena beberapa menit kemudian Sandra menyuarakan sebuah tanya.

"Apa Daddy masih di UEA?"

Seminggu lalu Gibran memang dikabarkan melakukan perjalanan bisnis ke Uni Emirat Arab. Tentu saja bersama sang istri, tak lain mommy Alisandra.

"Hem. Beliau di Abu Dhabi, dan akan mampir kemari sebelum ke Indonesia," jawab Harley.

"Oh, sial," gumam Alisandra tanpa sadar.

Harley menoleh melirik gadis itu. "Berhenti bertingkah kalau anda tidak mau kehilangan kebebasan di sini," ucapnya datar. "Kita sama-sama tidak lupa dengan kejadian bulan lalu, saat anda terlibat pesta obat-obatan," lanjutnya mengingatkan, supaya Alisandra bisa belajar dari kemarahan Gibran Wiranata waktu itu.

Sandra mencibir. "Berhentilah bicara formal, dasar kaku!"

Dan Harley tidak peduli dengan cibiran itu. Ia hanya melirik sekilas dengan sorot tak berarti seperti biasa.

Cih, lihatlah wajah tua yang sialnya tampan itu. Alisandra benar-benar ingin menarik kulitnya yang mulai menampakkan kerutan halus.

Meski begitu, Sandra akui bahwa Harley adalah pria paling berkarisma setelah daddy-nya.

"Haly, apa kau tengah berkencan dengan seseorang?" tanya Alisandra tiba-tiba. Gadis itu menyandarkan kepalanya di jok mobil sambil memejamkan mata. Tangannya bersidekap santai terlihat nyaman.

Harley menoleh sesaat dengan kening berkerut samar. "I'm sorry. What do you mean?"

Sesaat tak ada suara dari Alisandra, tapi Harley yakin gadis itu tidak tidur. Hingga sedetik kemudian Sandra pun membuka mulut.

"Nothink. Aku hanya bertanya."

Terpopuler

Comments

unique_02

unique_02

ke sini gara2 janu sama cantika🥰🥰🥰

2024-03-08

1

sania

sania

makasih ya kak U udah buatin novel ttg sandra ma harley muah muah

2023-10-27

0

Wirda Wati

Wirda Wati

jangan bilang kamu suka Harley 🤣🤣🤣

2023-10-02

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 55 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!