BAB 5 : Tawaran Guru Pembimbing Privat

Setelah menunggu Adam di rumah sakit, Febi dan Adi pulang sebentar untuk mandi dan berganti baju. Mereka sarapan sebelum berangkat kerja.

"Kak Febi, minta sedikit, ya? " Kikan mengambil satu sendok nasi goreng. Dehaman keras sang mama diabaikan. Sendok diujung mulut bergetar karena suara sang mama.

"Kikan taruh!" Martha memelototi anaknya. "Taruh Mama bilang!"

Martha menyembunyikan kegelisahan. Makanan itu telah ditaburi obat yang dapat mengakibatkan kandungan kering lalu mandul. Dia berharap Febi tidak memiliki keturunan lagi dan semua harta suaminya hanya untuk Kikan.

"Pah, boleh ya cuma sedikit ..... " Kikan menatap mata papa untuk meminta pembelaan.

"Kikan!"

"Iya, iya, Mama!" Kikan menyerah dan menaruh sesendok nasi goreng ke piring Febi. Tumben papanya tidak membela. Padahal, dia sangat menyukai nasi goreng. Kakaknya juga cuma melirik aja. "Papa, kenapa diam, terus Kaka juga? Apa si belakangan pada hobi diam!"

"Papa mikirin kerjaan," kata Adi dengan asal, sebenarnya dia malas menjawab. Ini masih pagi halo?

"Kaka juga," timpal Febi singkat. Pikirannya seperti tertinggal di rumah sakit.

Adi Bagaskara melirik Febi. Dia sedang galau menunggu kabar. Betapa penasarannya kepala keluarga itu dengan hasil tes DNA antara Mike dan si kembar, setelah tadi pagi mengirimkan sampel itu ke kota tetangga tanpa diketahui Febi.

*

Begitu orang-orang pergi, Martha membaca surat yang disita dari kepala pelayan. Tangannya terkepal, merangsek dan menguwes-uwes surat yang ditujukan untuk Febi.

Kamu mau pergi, Mike? Pergi saja! Karena sebentar lagi Mas Adi juga akan menendangnya. Sempurnalah tidak ada yang membela Febi lagi. Batinnya dengan penuh kebencian.

Seharusnya, Mike langsung membenci febi, kan! Kenapa pakai acara kirim surat! Takkan kubiarkan kalian bersatu lagi, ya!

"Mama, Kikan ke butik dulu." Kikan melihat gumpalan kertas yang baru dibuang mama ke tong sampah.

"Apa nanti siang kamu ada waktu? Mama mau kenalin anak Tante Nay. Dis seorang CEO dari market place online itu loh, masih muda, cerdas, tinggi, tampan-"

"Ma, walaupun umur Kikan 26, tapi aku belum ingin menikah!" katanya dengan singkat.

"Lalu kapan? Hey, kakakmu itu saja sudah memiliki dua anak!"

"Nah, apa hubungannya dengan Kikan?"

"Bodoh, kamu juga harus cepat punya anak!" kata Martha dengan jengkel dan dijitak kening sang putri.

"Menikah?" Teriak Kikan lalu tertawa terbahak-bahak. Dia berjalan menjauh. "Kikan belum berminat!"

"Dengar dulu, Mama mau ngomong!" Martha mengepalkan tangan dengan kesal karena anaknya melambaikan tangan pertanda tidak setuju.

*

Di Aurora Montessori School, Mia turun dari mobil. Dia melihat mobil sang mama yang entah pergi kemana. Pasti bukan karena ke toko buku, seperti apa yang mama bilang

Febi menghentikan mobil di lobi kantor Xanders Tech Corporation. Pada saat yang sama Michael keluar dari mobil, diikuti Tuan Xander. Febi lekas menyusul. "Mike!"

Semua orang mengenali suara wanita itu, lalu berhenti melangkah dan memperhatikan Febi dan Mike yang saling pandang dari kejauhan.

"Apa dia sudah membaca suratku? Jadi, dia langsung ke sini?" batin Mike yang tak bisa berbuat apa-apa, selain menatap wajah pucat istrinya.

"Mike jalan lebih cepat," titah Tuan Xanders yang hanya didengar Michael dan dua pengawal di belakangnya.

"Mike, tunggu! Kita perlu bicara!"

Mike melangkah sambil melihat dari ekor matanya, saat Febi dihalang-halangi masuk lobi.

"Aku bisa sendiri!" bentak Febi pada dua orang security yang mau mengusirnya. Dia kembali ke sekolah dengan putus asa karena Mike tidak mau memberi kesempatan padanya untuk berdua.

*

Nyanyian anak-anak menggema di ruangan 5x5 meter. Suasana begitu riuh dan menyenangkan. Mereka melambaikan tangan ke atas, kecuali Mia yang cuma menggerakkan kaki dengan enggan ke kanan dan kiri, dengan wajah murung.

"Febi, kamu dipanggil kepala sekolah," kata Tasya yang baru masuk ke dalam ruangan.

"Jangan-jangan kamu mendapatkan masalah," kata Tasya lagi sambil mengejek dengan senyumannya.

Febi bersikap tenang setiap kali menghadapi keusilan pengajar senior ini. "Baik Ms. Tasya, saya akan segera ke sana."

"Kalau aku jadi kamu, mending aku si mengundurkan diri dari pada menanggung malu!" celetuk Tasya sedikit keras sehingga dua pengajar di ruangan itu bisa mendengarnya dan membuat mereka melirik Febi dengan wajah penasaran.

Febi mengabaikan ucapan barusan, dia melirik ke arah Mia sebentar. Kasian pada putrinya yang melamun dan tidak memperhatikan sekitarnya. Dengan berat hati, Febi keluar dari kelas.

Aroma jeruk menyambut hidungnya di ruang kepala sekolah. Febi mengetuk pintu yang terbuka. "Pak Toha, anda memanggil saya?"

"Iya, Mrs. Febi." Pak Toha bangkit dari duduknya. "Silahkan masuk." Pria itu mengambil sesuatu di meja kerja.

"Jadi, ada apa sebenarnya ya, Pak Toha?" Febi duduk dengan sopan. "Kenapa sampai Febi dipanggil, apa Febi melakukan kesalahan?"

"Saya tidak tahu, Feb, kenapa baru kali ini pemilik yayasan memanggil seorang pengajar secara pribadi. Huft, sudahlah lebih baik kamu segera ke kantor pusat."

Pak Toha duduk di kursi panjang, menyerahkan sebuah kartu nama di meja tamu. "Di sini ada alamatnya. Pergilah, Mrs. Febi sedang ditunggu."

Berpikir sebentar, Febi melihat waktu ke belakang. Sepertinya, dia tidak melakukan kesalahan.

"Kalau begitu, Febi akan pergi sekarang." Dia dengan gelisah meninggalkan ruangan. Rasanya, bisa mati penasaran mengetahui dirinya menjadi tenaga pengajar pertama yang dipanggil ke kantor pusat!

*

.

Sekertaris Li keluar dari lift. Dia memperhatikan perempuan dengan mantel coklat dan rambut yang disanggul ala Korea. "Mrs. Febyan Ananta Bagaskara?"

"Ya benar itu saya." Febi lekas berdiri dan mengangguk dengan hormat.

"Please, ikuti saya."

Febi terpaku pada pintu yang dilewati dan membaca lempengan emas bertulis 'Direktur Utama Aurora Group : Jordan Reyes'.

Di ruangan itu, Febi kira akan menjumpai bos dari segala bos. Nyatanya, tidak ada siapapun di sini. Dia duduk di sofa mahal dan empuk sambil melirik meja direktur. Melihat kursinya saja sudah penuh aura. Apalagi sang empu?

"Perkenalkan Saya Li Shaw, selaku sekertaris Tuan Jordan." Sekertaris Li menyerahkan map dan wanita itu meraihnya.

"Karena beliau tidak bisa meninggalkan rapat dan anda sudah di sini. Jadi, saya persilakan Anda membaca dengan teliti." Sekertaris Li memperhatikan Febi yang tampak tenang. Dia seperti pernah melihat wanita serupa, tetapi di mana?

Febi menggigit pipi bagian dalam begitu membaca judulnya. Wow. "Guru Pembimbing Privat?" Febi mendongak dengan rasa penasaran.

"Ya, itulah penawaran tuan kepada Anda, untuk anak kesayangan Tuan Jordan. Saya kira Anda sudah mengenalnya. Dia adalah Even Reyes. Saya mendengar bila anak-anak anda juga cukup dekat, ya?"

Febi berpikir dalam, siapa yang tidak kenal putra dari pemilik yayasan? Mia menyanjung anak emas itu. Semua orang juga memuja Evan Reyes. "Apa jadinya kalau saya menolak tawaran ini?"

"Jangan bilang Anda mau menolaknya?" Sekertaris Li mengerutkan kening dengan heran. Lalu, terdiam lama untuk berpikir, sebelum berkata. "Anda akan kehilangan banyak kesempatan baik. Ya!"

Sekertaris Li menarik napas panjang. Kenapa dirinya merasa sesak. " Anda bisa dipecat dari Aurora Montessori School."

Febi menimbang. "Cuma itu?"

Masih ringan sepertinya, batin Li Shaw dengan tercengang. Bisa-bisa dia mendapat potongan gaji. "Yang terberat ... semua keluarga anda dilarang memasuki lingkungan Aurora Grup. Baik dari fasilitas sekolah maupun rumah sakit."

Sekretaris Li tertawa dalam hati, tetapi hatinya masih tidak tenang dan makin sesak.

Sudut bibir Febi mengejang. Rumah sakit tempat Adam dirawat adalah bagian dari Aurora Grup. Ini kebetulan, kan.

"Semua anggota keluarga Bagaskara akan diblokir dari fasilitas kami. Bukan hanya anda, tetapi semua yang ada sangkut pautnya dengan Nyonya Feby."

Sekertaris Li mengangkat dua sudut bibirnya, tetapi percaya dirinya lalu turun perlahan karena lirikan tajam Febi.

"Berapa lama saya diberi waktu untuk memutuskan?" Alis Febi sedikit terangkat, justru membuat Sekertaris Li berdebar.

"Tuan Jordan hanya memberi waktu anda dua hari." Li Shaw menghapus keringat di kening. Sial, darimana aura kuat ini!

Sebelumnya, lelaki itu sudah mengecek background keluarga Febi, masih jauh di bawah keluarga Reyes. Namun, tatapan wanita itu begitu tenang dan tidak ada ketakutan. Itu justru membuatnya merasa terintimidasi tanpa sebab yang jelas.

"Mrs. Febi, tolong perhatikan keuntungannya. Ada potongan 20% di setiap penggunaan fasilitas atas nama anda, di rumah sakit dan sekolah kami. Anda bisa menyekolahkan anak-anak anda. Bahkan sampai kuliah. Potongan sebesar 20 % itu bukanlah sesuatu yang sedikit, loh Nona? Saya rasa ini sangat menguntungkan. Bukankah biaya pendidikan akan selalu mengalami peningkatan setiap tahun?

Sekertaris membuang napas kasar . Rasanya, luar biasa lega setelah menyelesaikan kalimat panjangnya.

Tawaran ini jelas menggiurkan, tapi Febi kesulitan membagi waktu. "Apakah saya bisa membawa kedua anak saya, ketika mengajar Evan? Karena sejujurnya, anak-anak saya tidak dapat ditinggal."

Oh, jadi ini alasannya? Kupikir dia mau menolak. Huft, bikin tegang saja! Batin Sekretaris Li, sambil melonggarkan dasi. Entah mengapa ruangan besar ini terasa sesak.

"Baik, saya akan melaporkan kepada Tuan Jordan.

Sepertinya ini juga bukan masalah besar." Sekretaris Li memberikan kartu nama miliknya. "Hubungi saya di nomor ini. Saya akan memberi tahu, informasi lebih lanjut nanti sore, ya."

Febi membawa map itu dan melangkah keluar. Di depan pintu dia tertegun pada perkataan Sekertaris Li sebelum menutup pintu.

"Saya berharap kesembuhan atas penyakit yang menimpa Adam Argantara. Semoga Adam cepat sembuh, ya."

Febi berbalik dan mengangguk, lalu tersenyum. "Terimakasih."

Ternyata mereka tahu putranya sedang sakit. Ya masuk akal, karena itu rumah sakit mereka!

*

Jordan Reyes melamun dan tidak terlalu memperhatikan rapat pemegang saham. Dia sedang pusing memikirkan dimana bisa menemukan si poni karena wanita itu setiap membayar buku selalu menggunakan uang cash. Perempuan itu adalah pelanggan tetap dari di toko buku itu, tetapi si poni juga tidak mendaftarkan diri sebagai membeli.

Dia tidak bisa mengambil gambar si poni, karena cctv toko buku rusak. Sedangkan, di rumah sakit milik rekanan, tidak ada yang menjangkau mobil merah antik itu.

Hanya keberuntungan yang akan membawa wanita itu padaku. Bahkan, namanya saja aku tak tahu! Jadi, bagaimana aku menemukan wanita itu ? Siapapun katakan padaku, Oh Damn it!

Episodes
1 Bab 1 Jordan Reyes - Febi Ananta Bagaskara
2 BAB 2 : Adam Argantara - Mia Calista Argantara
3 BAB 3 : ensefalomielitis diseminata akut atau ADEM
4 BAB 4 : Jordan, William dan Sam.
5 BAB 5 : Tawaran Guru Pembimbing Privat
6 Bab 6. Tatapan 3 detik
7 BAB 7 : DEMI EVANS
8 BAB 8 : Disuruh memilih
9 Bab 9 : Bioskop
10 BAB 10 : Ruang ganti
11 BAB 11 : Tidak adakah kelonggaran dari hati manusia?
12 BAB 12 : Malaikat Keci di tengah Nestapa
13 Bab 13 Pindah Apartment
14 BAB 14 : Limfohistiositosis hemofagositik (HLH)
15 BAB 15 : Permintaan Adam
16 BAB 16 : Cringe
17 BAB 17 : Berteman
18 bab 18 : BUKAN ANAKKU
19 BAB 19 : Chat Adam
20 BAB 20 : Logan Howard
21 BAB 21 : Roys Smith-Adik Tiri Jordan
22 BAB 22 : Orchid
23 BAB 23 : Rumah Warisan Kakek Meyer untuk Jordan
24 Bab 24 : Berkuda dengan sang putri
25 Bab 25 : Brian Hamilton
26 Bab 26 : Menikahi
27 BAB 27 : Pengakuan Jordan di Helikopter
28 BAB 28 : KOTAK CINCIN
29 BAB 29 : Tuan Meyers -Raysha Ananta.
30 BAB 30 : Kapal Pesiar Mickey
31 BAB 31 : Matahari terbenam
32 BAB 32 : Logan
33 BAB 33: TANGIS PILU
34 BAB 34 : Putraku dengan Febi
35 BAB 35 : pertolongan
36 bab 36 : Pernikahan mendadak?
37 BAB 37 : Pernikahan
38 BAB 38 : Pesta Pernikahan
39 BAB 39 : Anak yang mirip Febi
40 BAB 40 : Kedatangan Michael
41 BAB 41 : Logan dengan siapa?
42 BAB 42 Mengompol
43 BAB 43 : Balap
44 BAB 44 : Dikunci dilemari kaca
45 Bab 45 : Kepergian Logan dari rumah
46 Bab 46 : Memenjarakan ayah Jeslyn
47 Bab 47 : Saling mengawasi
48 bab 48 : Logan menangisi Febi
49 bab 49 : Ambang Maut
50 BAB 50 : Ini darah dagingku
51 BAB 51 : Gigitan Stevan
52 Bab 52 : Adalah Mama yang kita cari
53 Bab 53 : Kekecewaan Febi
54 Hari baru Febi
55 bab 55: Usaha Logan
56 BAB 56 : Anak -anak
57 Diwali
58 Bab 58 : Tuntutan
59 Bab 59 Kepergian Reyes
60 Oki William Sam
61 Kelahiran
62 Sam William
63 Bab 63 : Surat Donna
64 Ke kebun binatang dengan Sam
65 Sesakit ini?
66 Sudah bilang aku akan datang
67 Berenang
68 Hujan
69 Bab 69
70 bab 70
71 Bebasnya Logan
72 Pernikahan dua sahabat Jordan
73 Donna Sam
74 Bab 74 : Paranormal
75 Voli di pantai
76 Bab 76 : Aku putramu
77 bab 77 : Mari Bercerai
78 Bab 78. : Pernikahan Levi
79 Bab 79 : Warisan
80 bab 80 : Nikah yuk?
81 Bab 81 Ciuman Sam
82 Bab 82 : Oki Waras?
83 Bab 83 Sunat
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Bab 1 Jordan Reyes - Febi Ananta Bagaskara
2
BAB 2 : Adam Argantara - Mia Calista Argantara
3
BAB 3 : ensefalomielitis diseminata akut atau ADEM
4
BAB 4 : Jordan, William dan Sam.
5
BAB 5 : Tawaran Guru Pembimbing Privat
6
Bab 6. Tatapan 3 detik
7
BAB 7 : DEMI EVANS
8
BAB 8 : Disuruh memilih
9
Bab 9 : Bioskop
10
BAB 10 : Ruang ganti
11
BAB 11 : Tidak adakah kelonggaran dari hati manusia?
12
BAB 12 : Malaikat Keci di tengah Nestapa
13
Bab 13 Pindah Apartment
14
BAB 14 : Limfohistiositosis hemofagositik (HLH)
15
BAB 15 : Permintaan Adam
16
BAB 16 : Cringe
17
BAB 17 : Berteman
18
bab 18 : BUKAN ANAKKU
19
BAB 19 : Chat Adam
20
BAB 20 : Logan Howard
21
BAB 21 : Roys Smith-Adik Tiri Jordan
22
BAB 22 : Orchid
23
BAB 23 : Rumah Warisan Kakek Meyer untuk Jordan
24
Bab 24 : Berkuda dengan sang putri
25
Bab 25 : Brian Hamilton
26
Bab 26 : Menikahi
27
BAB 27 : Pengakuan Jordan di Helikopter
28
BAB 28 : KOTAK CINCIN
29
BAB 29 : Tuan Meyers -Raysha Ananta.
30
BAB 30 : Kapal Pesiar Mickey
31
BAB 31 : Matahari terbenam
32
BAB 32 : Logan
33
BAB 33: TANGIS PILU
34
BAB 34 : Putraku dengan Febi
35
BAB 35 : pertolongan
36
bab 36 : Pernikahan mendadak?
37
BAB 37 : Pernikahan
38
BAB 38 : Pesta Pernikahan
39
BAB 39 : Anak yang mirip Febi
40
BAB 40 : Kedatangan Michael
41
BAB 41 : Logan dengan siapa?
42
BAB 42 Mengompol
43
BAB 43 : Balap
44
BAB 44 : Dikunci dilemari kaca
45
Bab 45 : Kepergian Logan dari rumah
46
Bab 46 : Memenjarakan ayah Jeslyn
47
Bab 47 : Saling mengawasi
48
bab 48 : Logan menangisi Febi
49
bab 49 : Ambang Maut
50
BAB 50 : Ini darah dagingku
51
BAB 51 : Gigitan Stevan
52
Bab 52 : Adalah Mama yang kita cari
53
Bab 53 : Kekecewaan Febi
54
Hari baru Febi
55
bab 55: Usaha Logan
56
BAB 56 : Anak -anak
57
Diwali
58
Bab 58 : Tuntutan
59
Bab 59 Kepergian Reyes
60
Oki William Sam
61
Kelahiran
62
Sam William
63
Bab 63 : Surat Donna
64
Ke kebun binatang dengan Sam
65
Sesakit ini?
66
Sudah bilang aku akan datang
67
Berenang
68
Hujan
69
Bab 69
70
bab 70
71
Bebasnya Logan
72
Pernikahan dua sahabat Jordan
73
Donna Sam
74
Bab 74 : Paranormal
75
Voli di pantai
76
Bab 76 : Aku putramu
77
bab 77 : Mari Bercerai
78
Bab 78. : Pernikahan Levi
79
Bab 79 : Warisan
80
bab 80 : Nikah yuk?
81
Bab 81 Ciuman Sam
82
Bab 82 : Oki Waras?
83
Bab 83 Sunat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!