Tak terasa hubungan pasangan kekasih ini sudah berjalan 8 (delapan) bulan.
Perlahan keduanya mulai saling memahami sifat dan karakter masing-masing.
Bastian yang berasal dari golongan terpandang, terlahir dengan sendok perak dimulutnya dan hidup selalu diselimuti oleh kemewahan, namun setelah mengenal Airin mulai membawa diri menjadi seseorang yang lebih sederhana.
Dahulu Bastian kemana-kemana biasa dianter sopir, sekarang Bastian membawa sendiri mobilnya, bahkan mobilnya di ganti dengan ukuran yang lebih kecil agar tidak terlalu mencolok dan menghalangi jalan yang lain saat mau masuk ke gang rumah Airin.
Bastian tak sungkan makan dirumah Airin, dengan lauk seadanya yang dimasak oleh Bu Santoso, jalan kaki menemani Airin belanja bahan makan ke pasar, bahkan turut membantu mendorong mobil tetangga Airin sampai ke bengkel terdekat.
Setelah menjadi lebih dekat, ada keinginan Bastian yang lebih besar yaitu mencintai Airin dan ingin memiliki Airin seutuhnya, setelah memendam sekian lama akhirnya setelah makan malam bertiga dirumah Airin, di depan Airin dan Mamanya, Bastian memberanikan diri untuk melamar Airin.
"Nak Bastian yakin ini mau melamar Airin? Tanya Bu Santoso.
"iya Bu, saya sangat yakin...saya ingin Airin selalu ada di sisi ya Bu. Mohon restui kami" jawab Bastian.
"Ibu selalu berharap yang terbaik untuk putri Ibu, Airin.. Namun, apakah Nak Bastian, telah memberitahukan niatan melamar Airin kepada kedua orang tua Nak Bastian"?
"Belum Bu, sekarang Papa Bastian lagi nemenin Mama yang sedang dirawat di Singapura, tapi Bastian yakin mereka berdua pasti setuju"
"Sebaiknya kasih tahu dulu orang tua Nak Bastian ya.. Nak Bastian tahu sendiri, Ibu hanyalah seorang janda yang membesarkan Airin seorang diri, Ibu yakin hal ini perlu Nak Bastian sampaikan kepada kedua orangtua Nak Bastian". Sahut Ibu Santoso
Airin yang mendengar ucapan Mamanya, dalam hati membenarkan, namun Airin yang sudah terlanjur sayang dengan Bastian, agak kecewa dengan penolakan Mamanya ini.
Bastian ternyata belum memberitahukan kepada kedua orangtuanya perihal lamarannya ke Airin, ketika Pak Wibi Papa Bastian yang baru saja pulang dari singapura menjenguk Mama Bastian yang sedang sakit tentu saja marah-marah mendengar rencana Bastian yang akan menikahi Airin.
"Kamu pikir bisa seenaknya menentukan jodoh kamu sendiri, Papa sudah punya niatan menjodohkanmu dengan anak rekan bisnis Papa!
" Pa, Bastian sayang sama Airin, hanya dia yang mampu memahami dan menenangkan Bastian, jadi mohon Papa restui hubungan kami, lagi pula waktu terakhir Bastian mengunjungi Mama, Mama juga sudah lepas tentang urusan jodoh Bastian"
"Mama sudah serahkan semua ke Bastian" jawab Bastian.
Pak Wibi sangat marah mendengarkan bantahan Bastian.
"izinkan Bastian membawa Airin untuk menemui Papa dan Mama ya" lanjut Bastian sambil memohon
Yura adik satu-satunya Bastian yang saat itu ada dirumah sangat membenci sikap Kakaknya ini, dan ikutan mengancam,
"jangan harap aku mau menyambut dia sebagai kakak ipar disini".
"liat saja wanita itu cuma mau hartanya Mas Tian saja, apa yang Mas Tian lihat dari wanita kampungan macam itu"
"kurang apa pacar-pacar Mas Tian yang dulu..apa jangan-jangan Mas Tian di pelet ama wanita itu?" Tanya Yura kesal.
"jangan fitnah yang macam-macam kamu, ujar Bastian, "Airin bukan wanita yang mau harta, walaupun dia tahu aku ini punya semua, dia tidak pernah minta, bahkan hadiah dari ku saja selalu ditolak sama dia".
"kamu jangan samakan Airin dengan mantan kakak yang dulu" jawab Bastian dengan penuh amarah.
"Cukup! Silahkan saja kalo kamu mau menikahi wanita itu, tapi jangan harap Papa akan merestuimu, Wanita itu hanya akan membawa bencana untukmu.
dan jangan berani kamu bawa wanita itu ke Papa" Ancam Pak Wibi, dan langsung berbalik masuk kamarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Viva/Vivian
Jangan berhenti menulis!
2023-09-15
1