Dibandara, mereka cukup lama berdiri menanti kedatangan Dimas beserta keluarga kecilnya sampai-sampai berkali-kali Adam mengalami muntah namun setiap kali Alia meminta adam untuk kembali kerumah sakit bersama dokter Fahri,tetapi tetap saja Adam bersikeras untuk menunggu kedatangan papanya itu disana.
Hingga akhirnya penantian panjang mereka terkabulkan saat melihat sosok lelaki tampan berparas menawan dengan setelan kemeja rapi dan rambut kecoklatan yang sangat mirip dengan Adam datang menghampiri mereka ditemani oleh seorang wanita ayng sedikit lebih muda dari Alia dengan perut yang telah membesar untuk kehamilan anak pertamanya.
Alia hanya bisa tersenyum kaku saja menatap mereka, tetapi tak bisa disembunyikan kalau Alia sedikit terluka saat melihat kembali sosok laki-laki yang dulu sangat dicintainya berapa tepat didepan matanya saat ini.
ia berusaha untuk tetap kuat dengan mengesampingkan semua perasaan abu-abunya itu yang tak terbalaskan dan berusaha untuk bersikap ramah pada istri barunya Dimas.
"Hai, kamu pasti Alia ya?" Tanya wanita itu dengan senyuman manisnya yang memiliki darah campuran Arab, ia menggenggam erat tangan Alia seakan ia ingin menjadi lebih akrab pada mantan istri suaminya itu.
"Aku Angela, kuharap kita bisa jadi lebih dekat" Ucapnya, alia tak banyak bereaksi selain hanya membalas semua perkataan Angela dengan senyuman tipis.
Setelah ia mengenalkan dirinya pada Alia kini ia langsung menatap hangat kepada Adam yang sedikit menjauh darinya layaknya watak anak yang baru saja pubertas menatap jijik pada istri baru ayahnya itu.
"Bisakah Tante tidak terlalu sok akrab!" ketus kesal adam yang langsung ditegur lembut oleh Alia.
"gak apa-apa, mungkin Adam belum akrab denganku" ucap Angela yang sedari tadi terus memeluk pinggang Dimas.
"Ahh..kupikir kita bisa langsung pergi dari sini dan aku minta tolong samamu untuk menemani Angela berbenah diapartemen ini!" Ucap Dimas yang langsung mengambil alih percakapan sembari menyodorkan sebuah kartu yang bertuliskan alamat kepada Alia yang kebetulan baru saja dibelinya beberapa hari yang lalu sebelum pulang ke Indonesia.
"Kamu mau kemana mas?" Tanya alia lagi.
"Aku akan berjalan-jalan bersama Fahri dan Adam hari ini, bukannya aku adalah ayahnya Adam jadi seharusnya aku menghabiskan waktu dengannya" Ucap lembut Dimas pada Alia, ia sebenarnya tak pernah sekalipun membenci Alia hanya saja sampah detik ini ia tak bisa mencintai gadis itu makanya pernikahan mereka berakhir memilukan tapa rasa cinta.
"Aku takkan kemana-mana tanpa bunda, jadi lupakan saja rencanamu!" ketus adam.
"Adam, kamu gak boleh ngomong gitu" Sekali lagi Alia menasehati anaknya itu.
"Ya sudah gini aja, aku akan menemani Angela sedangkan kalian bisa pergi jalan-jalan seharian demi Adam" Ucap Fahri yang sebenarnya sudah memahami apa yang tengah dipikirkan Adam, tentu saja Adam ingin ditemani oleh kedua orang tua kandungnya dan dengan segala berat hati ia mengalah untuk membiarkan Adam lebih mengenal ayahnya dan melepaskan rasa cemburunya terhadap Alia.
"Bagaimana Angela?" Tanya Dimas pada istrinya itu, awalnya Angela ragu namun saat ia melihat wajah pucat Adam yang perlahan-lahan membuatnya mengalah dan menyetujui ide Fahri.
"Baiklah, kuharap kalian bisa memberikan kesenangan pada Adam ya" ucap Angela yang membuat sebuah senyuman mengambang diwajah anak laki-laki itu.
"Ya sudah ayo kita bergerak!" Ucap Fahri yang membantu membawa tas dan koper Milik Angela begitu juga dengan Dimas yang membantu istrinya melangkah masuk kedalam mobil.
"Nanti kalau ada apa-apa, kamu bisa hubungi aku ya sayang" ucap Dimas yang memberikan ciuman hangat dikening Angela.
Angela hanya mengangguk saja dan memberikan lambaian tangan kepada mereka bersamaan dengan roda mobil gang bergerak menjauh dari bandara.
Saat ini hanya menyisakan Sepasang mantan suami istri itu saja bersama dengan putra mereka, tak ada dialog yang keluar dari bibir ketiganya selain bunyi langkah kaki yang berjalan menghampiri taksi.
"Kita akan kemana?" Tanya Dimas yang merasa sangat canggung berada diantara dua orang dari masa lalunya.
"Taman hiburan saja, Adam sangat menyukainya dan kuharap kau tak lupa kalau dulu kita sering membawanya ke taman hiburan" Ucap Alia yang mencoba merespon pertanyaan Dimas berbeda dengan Adam yang masih fokus pada handphonenya.
"Maaf.. aku gak ingat!! tapi sepertinya idemu menarik!"
"Bagaimana kalau pergi ketempat pertama kali kalian berkencan?" Usul Adam, tentu saja Alia dan Dimas merasa kaget atas usulan putranya itu dan keduanya saling menatap kikuk tanpa bisa berkata-kata.
"Ah..iya maafkan aku, bunda dan kau sama sekali tidak pernah berkencan karena kalian kan dijodohkan"
"Tidak apa-apa nak, tapi bisakah kau memanggilku papa?"
"kalau begitu aku juga perlu mengatakan dokter Fahri sebagai papa juga kalau sampai aku memanggilmu dengan sebutan papa" sindirnya tajam sampai-sampai membuat alia harus berkali-kali meminta maaf pada Dimas karena ulah anaknya.
"Tidak apa-apa, ya sudah kalau gitu kita bisa pergi ke taman hiburan" ia menggenggam tangan Adam tetapi buru-buru ditepis oleh remaja itu yang malah memilih menggandeng tangan bundanya.
"maafkan Adam, kalau gitu ayo kita naik taksi itu!" Ajak Alia sembari menghentikan taksi dan berjalan menuju taksi tersebut sedangkan Dimas hanya bisa menghela nafas panjang sembari mengikuti langkah mereka dari kejauhan.
"Pak, tolong antarkan kami ketaman hiburan ya!" Ujar Alia pada supir taksi dengan senyuman ramahnya, sekilas ia mendapati Dimas yang melihat kearahnya tetapi dengan cepat Dimas kembali mengalihkan pandangannya kearah telepon genggam miliknya sedangkan Alia sibuk menggenggam tangan Adam yang sedari tadi selama diperjalanan menatap keluar jendela.
"Lain kali harusnya kamu menghabiskan waktu dengan papamu tanpa bunda ikut!" Ucap Alia, Adam hanya tersenyum saja dan mengeluarkan handphone dari sakunya.
"kita pikirkan lain kali Bun, lagian kalau memang ia ingin akrab padaku pastinya Instagramku difollback olehnya" Sindiran Adam membuat Dimas sedikit kaget dan langsung membuka Instagramnya kemudian tanpa pikir panjang Dimas langsung mengefollow putranya itu.
"Aku sudah mengefollowmu kembali" Ucap Dimas dikursi depan dengan penuh kikuk.
"Terimakasih banyak!" Ketus Adam pada ayahnya itu, Alia yang melihat reaksi kikuk diantara keduanya hanya bisa menjadi penonton saja begitu halnya dengan supir taksi yang sedari tadi hanya tersenyum saja seakan ini terasa lucu baginya.
"Maaf ya pak, saya bukannya mau ikut campur tapi kalau kalian bertengkar begini kan jadi kasihan istri anda!" Tegur supir taksi yang merasa kasihan melihat ekspresi Alia yang kebingungan sedari tadi seakan ada persekutuan antara dua orang disisinya dimana si anak yang tak pernah berhenti menyindir ayahnya begitu juga dengan ayah yang hanya membalas kikuk perbuatan sianak.
"dia bukan suami saya pak, tapi makasih buat nasihatnya dan keprihatinannya pak" Ucap Alia pada supir taksi, ia merasa sedikit tersentuh saja akan perkataan si supir taksi tersebut .
"Bukan suami istri ya? aduh kok saya jadi merasa gak enak ini tapi kalau boleh tahu kok bisa adeknya memanggil kalian ayah dan ibu?" Tanya supir taksi.
"Saya juga bingung mau jelasinnya pak tapi saya harap bapak jangan salah sangka karena Adam memang anak kami, jadi gini.." Saat Alia akan menjelaskan hal tersebut mendadak Dimas langsung menyanggahnya.
"Kami mantan suami istri pak, jadi tolong jangan bertanya apa-apa lagi" Ucap sinis Dimas yang sedikit tidak nyaman akan pembahasan ini.
"Maafin saya ya, habisnya saya juga pernah berumahtangga dulu jadi sedikit kasihan sama adeknya kan masih kecil apalagi masa puber pasti butuh perhatian orang tuanya. Lalu kenapa tidak menikah lagi saja?" Pertanyaan supir taksi kali ini membuat kesal Dimas sampai-sampai ia meminta taksi tersebut berhenti di tengah jalan padahal perjalanan masih cukup jauh.
"Berhentilah pak, cukup sampai sini saja!"
"loh kan masih jauh?" Tanya supir taksi keheranan, Alia mencoba menengahi kejadian ini dengan memberikan alasan yang sopan sehubungan supir taksinya sudah cukup tua jadi tak enak rasanya membiarkan Dimas meledakkan amarahnya pada supir taksi.
Dikala Dimas akan turun dari mobil seusai membayar agro taksi mendadak suara jeritan kekhawatiran dari alia mengalihkan perhatian semua orang dimana hidung Adam meneteskan banyak darah yang membuat semua jadi panik .
Dengan sigap Alia mengambil tisu taksi dan membersihkan darah tersebut dari hidung Adam sambil menyuruh Adam mencupit hidungnya dengan kepala menunduk.
"kita kerumah sakit sekarang ya?"
"Gak perlu, Hari ini kita akan tetap jalan-jalan ke taman hiburan!" Bantah Adam yang sangat keras kepala sampai-sampai Alia terlalu takut membantah putranya itu.
"Aduh pak, bawa anaknya saja kerumah sakit kasihan adeknya!" Ucap supir taksi yang juga ikut panik.
"Saya gak apa-apa kok pak, tolong antar kami ketaman hiburan ya nanti biar bunda saya yang bayar ongkosnya!" perintah Adam secara sepihak yang membuat Dimas hanya geleng-geleng kepala saja tanpa sempat membantah.
Ia kembali duduk tenang dijok kursi depan sembari melihat keluar jendela dengan penuh kebosanan sedangkan Alia sibuk membersihkan sisa-sisa darah dihidung Adam.
"Sudah bersih kok bunda, jadi gak usah khawatir lagi! jangan mau merasa khawatir sendirian sedangkan yang seharusnya bertanggung jawab mendidikku saja merasa santai" Sindirnya lagi.
"Dek, kau bawa air gak?" Tanya Dimas pada Alia, wanita itu hanya mengangguk saja dan memberikan botol airnya pada dimas yang langsung diteguk habis oleh lelaki itu.
"Huftt.. Bersikaplah sopan padaku, kasihan bundamu lelah menasehatimu yang cukup nakal sampai-sampai membuat wajahnya sekarang tidak secantik dulu karena jarang berdandan" ucap Dimas yang membuat alia sedikit memperlihatkan senyuman manisnya setelah mendengarkan pujian dari mantan suaminya itu untuk pertamakali.
"Tatap mata bunda kalau ingin memujinya" respon Adam yang langsung mengenakan kembali headset ditelinganya sampai-sampai Dimas tak sempat menjawab pernyataan anaknya itu.
"Berhentilah bertengkar dengan Adam, mas! " Ucap Alia pada mantan suaminya itu sambil memegang pundak Dimas, tentunya Dimas langsung tersobtak kaget saat pundaknya dipegang sampai membuat alia langsung menarik kembali tangannya itu .
"Ahh..Pak berhenti diujung sana saja soalnya kami mau makan!" Ucap Dimas yang merasa tak enak pada Alia, ia tahu maksudnya Alia hanya ingin berteman akrab dengannya cuman entah kenapa ia merasa sangat canggung sekaligus berdebar-debar berada didekat mantan istrinya itu padahal setahu dirinya kalau ia sama sekali tidak mempunyai perasaan apapun pada Alia.
Dengan jantung yang masih berdetak kencang, Dimas langsung berjalan dahulu menuju sebuah cafe yang berada beberapa meter dari taman hiburan sembari berkali-kali membalikkan badannya melihat Alia yang berusaha menopang tubuh Adam yang mulai lemas.
Dimas sebenarnya ingin membantu Adam hanya saja ia terlalu takut mengenal lebih jauh tentang putranya itu, ia takut suatu hari nanti bila ia telah nyaman pada putranya itu bisa saja akan menjadi sebuah masalah yang lebih besar termasuk masalah hak pengasuhan anak apalagi Angela kini sedang mengandung anaknya jadi lebih baik biarkan semua tetap seperti ini sampai Adam dinyatakan sembuh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments