4

"Kamu masih suka ayam goreng sambal hijau kan, mas?" Tanya Alia pada Dimas sembari menuliskan pesanan mereka disebuah kertas menu, lelaki itu hanya mengangguk saja mengiyakan ucapan Alia yang masih mengingat makanan kesukaannya sampai saat ini.

"Kamu masih mengingatnya, dek?" Tanya balik Dimas dengan sedikit ragu, Alia hanya mengangguk dengan percaya diri meskipun kedua pandangannya lebih tertuju pada kertas tersebut.

"Kau kan dulu pernah menjadi suami saya" ucap Alia.

"Masih cinta sama aku?" Tanya Dimas yang membuat alia menghentikan jemarinya untuk menulis.

"Harusnya yang kamu tanyakan itu keadaan anak kita bukannya perasaanku yang jelas-jelas udah hilang, aduh Adam kok lama banget ditoiletnya" Ujar Alia yang berusaha menghindari suasana canggung ini bersama Dimas, namun bukannya ikut panik lelaki itu malah tersenyum geli saja seakan ia merasa lucu melihat Alia yang begitu salah Tingkah.

"Hufftt..sama sekali gak berubah ya, masih aja deg-degan kalau berduaan samaku"

"Aku gak suka lagi sama kamu kok dinas, jadi lebih baik sekarang kamu lihat kondisi Adam soalnya ia gak balek dari tadi" Ucapnya polos tanpa wanita itu sadari bahwa kedua telinganya mulai memerah setiap kali ia salah tingkah.

"Baguslah kalau kamu gak suka lagi, aku pikir kamu gak bisa move on dariku" Ucap Dimas yang langsung berdiri dari kursinya.

"Oh iya aku bangga padamu dek, makasih ya udah jadi ibu yang baik dan membesarkan Adam dengan penuh cinta" Puji lelaki itu pada Alia sebelum akhirnya meninggalkan Alia sendirian dimeja cafe.

"Tenanglah Alia, Dimas sudah bukan milikmu dan lagipula ia telah mempunyai istri!" Lirih pelan Alia didalam hatinya, ia tak bisa menunjukkan dadanya yang terasa deg-degan dan perasaan cintanya yang serupa seperti dulu dikala mereka masih berstatus single, kini ia harus menjaga perasaan Angela yang telah resmi memiliki Dimas sepenuhnya meskipun hatinya masih setia menunggu Dimas entah sampai kapan itu berbeda dengan Dimas yang terdiam kaku saat melangkahkan kaki didepan toilet tatkala saat ia mendengar suara jeritan kesakitan dari balik salah satu barisan toilet WC.

Dari warna suaranya Dimas langsung menyadari kalau itu adalah teriakan Adam yang terus-menerus berusaha menahan kesakitan dan membuat Dimas langsung berjalan mendekati pintu toilet tersebut.

"Adam???" Tanya Dimas sambil mengetuk pintu toilet tersebut.

"Aku baik-baik saja, pergilah!!!" lirih Adam pelan meskipun suara hembusan nafas rintihannya masih cukup terdengar.

"Berhentilah berbohong, keluar sekarang!!!" Perintah Dimas dengan nada bicara yang lembut namun cukup antusias.

"Pergilah, apa kau seorang ayah yang baik sampai menyuruhku berhenti berbohong? Pikirkan saja istri dan anak bayimu itu jadi tak usah perdulikanku "

"Kau bisa membuat alia khawatir jadi keluarlah sekarang, kalau kau tak keluar maka aku akan memberitahu bundamu kalau kau kesakitan seperti ini agar acara liburan kita hari ini batal" pertegas Dimas dengan ancaman kecilnya yang membuat anaknya itu langsung membuka pintu toilet dengan ruam yang semakin membaca menutupi lengannya dengan wajah pucat yang tidak bisa disembunyikan.

"Aku hanya ingin merasakan keluarga yang lengkap, tolong jangan merusaknya dan berikan kebahagiaan sehari saja pada bunda!" pinta Adam dengan wajah memelasnya yang membuat dimas merasa bimbang sambil melepaskan sweater Hoodie coklatnya.

"Pakailah untuk menutupi ruammu, aku juga gak mau buat Alia merasa menderita karena mengkhawatirkanmu" Ia memberikan sweater tersebut pada Adam yang langsung diterima Adam tanpa ragu.

"Terimakasih banyak" Ucapnya singkat yang membuat Dimas terkejut bangga pada ucapan putranya.

"Alia benar-benar ibu yang baik , syukurlah ia mengajarkanmu untuk mengucapkan terimakasih"

"Dan bunda juga mengajarkanku untuk tidak membencimu" Sambungnya dengan nada sindiran lalu ia mencuci wajahnya diwastafel.

"Jadi maukah kau memberikan perhatian kepada bunda untuk sehari saja? ah iya aku sudah berpikir keras selama ditoilet dan rencanaku ialah kau hanya perlu berpura-pura menganggap dirimu sebagai keluarga kecilmu dan kita bisa bersandiwara menjadi sepasang keluarga yang utuh untuk hari ini saja lalu hadiahnya aku akan menuruti perintahmu atau aku juga bisa membatalkan keinginanku untuk ditemani olehmu selama masa pengobatan jadi kau bisa pulang ke amerika dan menantikan kelahiran bayi itu"

"Aku tidak bisa, itu sama saja seperti memberikan harapan pada bundamu" Ucap Dimas yang langsung menolak tawaran perjanjian dengan adam.

"Kau juga pasti tak ingin menghabiskan masa kelahiran bayimu hanya untuk menemaniku pengobatan kan? pikirkanlah lagi tawaranku" Ucap Adam yang tak berhenti melakukan persuasif pada dimas, awalnya Dimas ragu tetapi saat ia melihat wallpaper istrinya diponsel yang tengah mengandung bayi mereka barulah ia mengangguk setuju atas permintaan Adam.

"baiklah, kalau satu hari rasaku itu tidak masalah dan kupikir Alia bukanlah tipe wanita yang mudah baperan"

"oke kalau kau setuju" ia berjalan pergi tetapi tangannya langsung ditahan oleh Dimas.

"jangan lupa panggil aku papa!" Tukas Dimas pada Adam, anak laki-laki itu hanya mengangguk ragu saja lalu membuka bibirnya.

"Ayo kita makan, papa!" Ucapnya yang menyebut Dimas sebagai papa untuk pertama kalinya sampai tanpa sadar se yah senyuman tulus tampak diwajah dimas, hanya saja sampai saat ini ia tak menyadari bahwa ia sangat mencintai anaknya itu layaknya seorang ayah dan kenyataannya didunia ini pasti seorang ayah akan sangat senang dipanggil dengan sebutan papa oleh anaknya sendiri.

"Oke! Istriku pasti merasa bosan karena menunggu kita yang terlalu lama"

Dimas langsung merangkul anaknya itu dan keduanya berjalan bersama menuju Alia dengan penuh percaya diri tanpa rasa Canggung sedikitpun.

Alia yang melihat keakraban mantan suami dan anaknya itu mulai merasa kebingungan padahal sebelumnya mereka hanyalah seperti dua orang asing yang saling bermusuhan satu sama lain.

"Kalian akhirnya bisa akrab juga" Ucap Alia yang tak lagi bisa berkata-kata.

"Tentu dong, walau bagaimanapun Adam ini kan anakku dan kuharap hari ini kita sekeluarga bisa merasa liburan sehari ini terasa bahagia"

"kita? apa aku tak salah dengar?" Tanyanya lagi, Dimas hanya mengangguk mengiyakan Alia dan menyantap makanannya.

"Yaudah ayo makan nak!" ucap Alia yang kedua pandangannya masih fokus pada dinas sampai teh hangat yang ada didekatnya menjadi tumpah mengenai lengan Alia.

Dimas yang cukup sigap langsung menyiram air putih kesapu tangannya lalu membaluti tangan Alia dengan sapu tangan yang sudah diperas itu.

"Tenanglah, untung saja airnya tidak terlalu panas jadi kau akan baik-baik saja!"ucap Dimas yang terlalu fokus menggenggam jemari Alia tanpa menatap kearah wnaita itu tatkala saat ia berbicara.

"Aku tidak kesakitan ataupun terluka kok dimas, jadi kamu bisa melanjutkan makan siangmu" Ucap Alia yang sedikit canggung akan sifat baik Dimas sepulang dari toilet, ia sampai menatap putranya dengan ekspresi yang memberikan pernyataan mengenai yang terjadi pada Dimas saat ditoilet namun adam hanya membalas dengan senyuman saja seakan ia bangga pada kepedulian ayahnya yang mau menepati janji"

"tanganmu biarkan saja seperti itu, aku yang akan menyulangimu" Ucap Dimas yang langsung membuat wanita itu terkejut.

"sudah gak apa-apa, lagian anak kita tak masalah melihat ayah dan ibunya bermesraan" ucapnya santai dengan kesan yang sangat perhatian sampai membuat suasana cafe ini membuat mereka merasa kan kebahagiaan walaupun sementara.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!