Keempatnya telah tiba di meja makan, dan hendak memulai makan malamnya yang khidmat dan hangat. namun, suara bel yang terdapat di pintu depan mengalihkan atensi mereka berempat.
"ck siapa sih malam malam ganggu aja" decak Nara sebal, sebab perutnya sudah terasa sangat lapar.
"adek, bukain pintunya gih" suruh vina pada Nara, dengan malas gadis itu beranjak dari duduknya dan pergi menuju depan untuk membukakan pintu pada tamu tidak tau waktu itu.
"ADA PERLU APA" bentak Nara kesal, gadis itu bahkan membuka pintu secara tak santai. kelima orang yang berjenis kelamin laki laki di depannya sontak terkaget akan bentakan dan gebrakan pintu yang dilakukan oleh gadis itu.
"santai bro santai" Agil mengelus dadanya mencoba menenangkan Nara yang emosi.
"santai santai palalo, ngapain lo pada ke sini malam malam, mau maling?" omel Nara, matanya melotot garang. Ah tidak tau kah manusia di depannya ini bahwa cacing cacing di dalam perutnya ini sudah meronta ronta minta makan.
"kita udah pada kaya, ngapain mau maling" ujar Agil lagi.
"bodo anjing bodoo" Nara kembali berujar.
"mau ngapain kesini?" sambungnya.
"mau numpang makan" ujar Raka datar, lalu tanpa mengatakan sepatah kata apapun lagi lelaki dengan hoodie putih itu langsung masuk ke dalam rumah milik Nara.
"hehe misi nengg" ujar angkasa dengan cengengesan tak jelasnya, lalu lelaki itu diikuti ketiga temannya berlalu begitu saja masuk ke dalam rumah. Satria yang terakhir masuk ke dalam rumah menyempatkan untuk menarik rambut Nara pelan.
"SAKET BANGS*T" teriakan Nara terdengar menggelegar di penjuru rumah tersebut, satria hanya terkekeh melihat gadis itu yang nampak tambah kesal.
Lalu dengan menghentakkan kakinya kesal Nara menutup pintu rumah dengan tidak santainya lalu berjalan masuk kedalam dan menuju ke ruang makan untuk menyusul yang lainnya.
"adek kenapa teriak teriak" tanya vina ketika mendapati Nara telah duduk di kursi miliknya.
"di jambak setan bun" jawab Nara kesal, dan tanpa ba-bi-bu lagi gadis itu langsung mengambil piring dan mengisinya dengan nasi beserta lauk pauk kemudian melahapnya dengan khidmat tanpa memperdulikan lagi orang orang di sekitarnya.
"yang lain ayo makan, habisin aja anggap rumah sendiri" ujar Mahesa.
"hehe makasi om, kan jadi enak" cengir Agil yang mendapatkan geplakan maut di lengannya dan tentu saja pelakunya adalah Darren, Darren sendiri sungguh merasa tak habis pikir dengan kerandoman sahabat sahabatnya ini, kenapa coba tiba tiba datang ke rumahnya malam malam begini, dan yang paling parahnya lagi mereka datang hanya untuk numpang makan.
vina dan Mahesa hanya geleng geleng kepala melihat kelakuan keenam pemuda di hadapannya ini, sungguh dirinya dan Mahesa sama sekali tidak merasa keberatan dengan kedatangan sahabat dari putranya ini, justru ia merasa senang karena kedatangan mereka bisa membuat suasana rumah menjadi ramai.
Semua manusia yang berada di satu meja makan panjang itu memulai makan malamnya dengan nikmat, suasana malam itu sungguh terasa sangat hangat dengan berbagai candaan yang di ujarkan oleh mereka semua terutama Agil dan angkasa yang tiada capeknya membuat semuanya tertawa. Disela sela kegiatan makan malam mereka yang dipenuhi canda tawa ada Raka yang sedari tadi diam diam menatap Nara yang nampak tak peduli dengan manusia manusia di sekitarnya, gadis itu terlihat sangat menggemaskan dengan mulut yang penuh nasi dan wajahnya yang masih di tekuk kesal.
beberapa menit kemudian makanan yang tadinya penuh kita telah kandas tak tersisa, kelima pemuda somplak itu nampak terduduk lemas karena kekenyangan, vina mulai membersihkan piring kotor bekas semuanya di bantu oleh Nara.
"om, Tante makasih banyak yaa hehe" ujar satria.
"iya sama sama, santai aja. Sering sering main ke sini, Tante suka kalian di sini rumah jadinya rame walau emang selalu rame sih tapi ramenya itu kerena dua bocah ini nih yang berantem mulu" ujar vina dengan senyum manisnya, kini mereka semua sudah berkumpul di ruang tamu. Darren dan Nara yang mendengar ucapan sang bunda mendelik tidak suka, kenapa bundanya ini selalu saja menjelekkan mereka.
"apaan sih Bun, rusuh aja yang ada kalau mereka pada ngumpul di sini" ujar Nara di angguki oleh Darren.
"gapapa bunda suka, daripada harus dengerin kalian berantem tiap hari" vina kembali berucap, di balas dengan decakan kesal dari dua kakak beradik itu.
"emb om, Tan, kita pamit pulang ya, sekali lagi terimakasih banyak" pamit Raka yang di angguki oleh teman temannya.
"eh kok cepet banget, ga mau nginep di sini aja" tanya vina.
"sorry ini rumah bukan panti asuhan" gumam Nara yang di dapat di dengar oleh semuanya, vina yang kesal dengan ucapan putrinya itu mencubit lengan Nara lumayan keras.
"aw ashh sakit bun" keluh gadis itu sembari mengelus elus tangannya yang terasa panas.
"jadi gimana, nginep ya?" vina kembali menanyakan.
"engga deh Tante, takut di makan sama singa" ujar Raka, lelaki itu melirik Nara yang kini menatapnya dengan tatapan membunuh.
"lambe mu" kesal gadis itu, Nara bergerak menjewer telinga Raka "ngeselin banget jadi cowo" dumelnya.
"heh lepasin, anak orang itu" omel vina, dengan tak rela Nara melepaskan jewerannya di telinga Raka, lelaki itu nampak mengelus elus telinganya yang sudah memerah.
"maaf ya rak, anaknya emang suka ngereog" vina menatap Raka dengan sesekali meringis karena melihat telinga lelaki itu yang sangat merah.
"haha iya gapapa Tan, yaudah kita pamit ya" lelaki itu berdiri lalu menyalimi punggung tangan vina dan Mahesa di ikuti oleh Agil, Bevan, angkasa dan satria.
"bro pamit ya" seru satria pada Darren, lelaki itu hanya mengacungkan jempolnya menjawab ucapan satria.
_____________________
Pukul 23.15
Raka baru saja tiba di rumahnya, lelaki itu menghela napas lelah lalu mulai membuka pintu rumah megah itu dan melangkah masuk kedalam. Entah kenapa lelaki itu memilih untuk pulang ke rumahnya kali ini, padahal ia sering kali lebih memilih untuk menetap di apartemen miliknya yang dulu dibelikan oleh sang ibu.
"assalamualaikum" ujarnya ketika sampai di ruang tamu, di sana terdapat dua paruh baya dan seorang lelaki seusianya, ketiganya nampak sangat bahagia.
"waalaikumsalam" ujar ketiganya.
"masih ingat rumah?" pertanyaan itu, pertanyaan yang membuat Raka kesal setengah mati.
"masih lah, orang ini rumah aku" balasnya.
"dari mana saja kamu, jam segini belum pulang" lagi pertanyaan paling membuatnya kesal itu kembali terucap dari mulut seorang pria paruh baya yang berstatus sebagai ayah kandungnya, Abraham.
"bukan urusan papa" ujarnya kesal.
"cih, pasti kamu habis balapan kan? berapa kali papa bilang jangan jadi anak berandalan Raka. Ga bisa apa kamu contoh adik kamu ini, lihat Rafa bahkan sudah memenangkan tiga lomba dalam bulan ini, sedangkan kamu apa yang sudah kamu peroleh?" lagi dan lagii, tidak bisakah sehari saja papanya ini tidak membanding bandingkan dirinya dengan anak tirinya yang menyebalkan itu?.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments