"WOI" teriakan yang amat menyebalkan yang berasal dari arah belakangnya membuat Nara mendengus kesal, tadi tante tante tanah abang yang datang sekarang siapa lagi????
tanpa memperdulikan siapa yang berdiri di belakangnya, Nara terus melanjutkan acara makannya dengan santai hingga ia merasakan seseorang duduk di kursi sebelahnya. Nara tak menatap seseorang di sebelahnya, ia lebih dulu mengangkat pandangannya dan juga menemukan seseorang duduk tepat di sebelah Darren, menyadari Nara sedang menatapnya orang tersebut tersenyum manis sembari mengedipkan matanya menggoda.
"lo mau gue penggal?" ancam Darren yang menyadari bahwa satria- sahabatnya yang sedang duduk di sebelahnya itu menggoda sang adik.
"galak amat sat" balas satria setelah itu tanpa rasa malu mulai menyantap es krim milik Darren.
Sementara di lain sisi, Nara meneguk air liurnya dengan susah payah, keringat dingin mulai mengalir di dahinya. Dengan perlahan gadis itu menoleh ke arah sampingnya dan mendapati Raka-lelaki yang tadi hampir menciumnya berada di sebelahnya dengan tampang tanpa dosanya memandang gadis itu.
"biasa aja kali natap nya" ucapan yang keluar dari mulut Raka mampu membuat gadis itu tersedak, Nara terbatuk batuk, wajah gadis itu nampak memerah. Dengan segera Raka memberikan sebotol air mineral yang ia ambil dari dalam tas miliknya kepada Nara, gadis itu meminum air tersebut dengan terburu buru akibat tenggorokan nya yang terasa sakit.
"dih keselek sama kegantengan Raka lo?" sambar satria yang memang menyadari bahwa Nara tersedak akibat terkejut dengan ucapan Raka, gadis itu terus memandang wajah raka tanpa mengalihkan tatapannya sedikitpun.
"dih, najis" gumam Nara kesal, kemudian gadis itu mulai melanjutkan acara makan es krimnya tanpa memperdulikan lagi ketiga lelaki di dekatnya ini.
Raka mendekatkan tubuhnya dengan Nara, lelaki itu memposisikan mulutnya di dekat telinga Nara yang terlihat memerah lalu membisikkan sesuatu "gausah gengsi, tinggal akuin aja apa susahnya".
"mimpi" Nara menginjak kaki Raka yang terletak di bawah meja dengan keras membuat sang empu meringis kesakitan.
"lo berdua kalo kesini cuma mau gangguin adek gue mending pergi deh" ujar Darren jengah akan kelakuan kedua sahabatnya yang tidak punya akal itu.
"pede bener lo, Siapa juga yang mau gangguin adek lo yang cengeng itu, ya ga sat?" satria menganggukkan kepalanya menjawab ucapan Raka dengan wajah sombongnya.
"dih najis, yuk dek" Darren bangun dari duduknya dan berjalan menuju kasir untuk membayar pesanan mereka, begitupun dengan Nara yang ikut bangun dari duduknya namun belum sampai selangkah berjalan tangannya di tarik oleh seseorang.
Nara membalikkan badannya dan menatap Raka tajam, dirinya sudah mengetahui bahwa lelaki itulah yang menggenggam pergelangan tangannya dan memang benar.
"lepasin" kesal Nara, semantara Raka lelaki itu tampak santai memainkan ponselnya dengan sebelah tangan yang senantiasa menggenggam tangan Nara.
"ih lepasin gak" Nara yang kelewat kesal itupun menggigit tangan milik Raka cukup keras hingga membuat Raka meringis dan melepaskan genggaman tangannya pada tangan Nara.
Saat mengetahui bahwa lelaki itu telah melepaskan tangannya Nara segera berlari menyusul Darren. Namun sebelum itu ia menyempatkan menginjak kaki Raka dan menjulurkan lidahnya mengejek.
"HAHA RAKA ANJIR, LO DIKERJAIN SAMA BOCIL?" satria tertawa terbahak bahak melihat adegan yang terjadi tadi di tambah menatap wajah Raka yang kini berubah masam.
"bacot" sentak Raka kesal, lalu lelaki itu segera berdiri dari duduknya dan berjalan meninggalkan kedai tersebut meninggalkan satria yang masih terbahak bahak.
_________________________________________________________________________
_____________________
Setibanya Nara dan darren di rumah, keduanya langsung masuk ke dalam dan mendapati kedua orang tuanya yang sedang duduk bersantai di ruang tamu, Nara segera menghampiri keduanya dengan sedikit berlari.
"ayah, bundaaaa" Nara menyalimi punggung tangan Mahesa lalu beralih menyalimi punggung tangan vina dan memeluk wanita paruh baya tersebut dengan erat.
"Nara kangennn" ujar Nara dengan nada manjanya.
"dih kangen apaan baru juga engga ketemu beberapa jam" ujar Darren, lelaki ikut menyalimi punggung tangan kedua orang tuanya lalu duduk di sofa sebelah sang ayah.
"biarin, syirik aja" Nara semakin mengeratkan pelukannya pada sang bunda, vina pun tersenyum geli melihat tingkah sang putrinya yang amat manja ini, wanita itu membalas pelukan Nara sembari mengusap rambut sang putri yang panjang.
"cup cup anak gadis bunda manjanyaaa" ujar vina di sela sela pelukan keduanya.
Setelah beberapa menit memeluk sang bunda, akhirnya Nara melepaskan pelukannya lalu merebahkan tubuhnya di sofa dengan bantalan paha vina.
"bunda elusin" pinta Nara, dengan senang hati vina mengelus pucuk kepala Nara dengan lembut. Nara yang merasakan elusan lembut vina pada kepalanya menjadi mengantuk, gadis itu menguap beberapa kali lalu mulai larut ke alam mimpinya.
"kebiasaan banget" ujar Mahesa geleng geleng kepala melihat kelakuan putrinya yang sama sekali tidak pernah berubah dari dulu.
"kecapekan kayanya, habis dari mana aja kalian berdua bang?" tanya vina pada Darren yang asyik menonton televisi sembari mengemil.
"habis makan es krim, anaknya nangis tadi engga mau berhenti yaudah abang janjiin makan es krim biar berhenti" kata Darren dengan tatapan yang masih fokus pada televisinya.
"loh nangis kenapa? jatoh? atau ada yang jailin dia?" tanya vina.
"di ejek cengeng sama Raka bun, ngambek deh anaknya nangis nangis"
"Raka teman kamu itu?"
"iya" vina hanya menganggukkan kepalanya beberapa kali, dirinya memang mengenal kelima sahabat sang putra karena Darren sering mengajak mereka untuk main ke rumahnya agar ia tak merasa kesepian.
"yah, pindahin ke kamarnya dong. Kasian nanti sakit badannya" suruh vina pada Mahesa untuk memindahkan putrinya yang sedang tertidur lelap ini ke dalam kamar.
"oke Bun" Mahesa bangkit dari duduknya dan hendak menggendong Nara namun pergerakkannya terhenti akibat pertanyaan menyebalkan Darren.
"duh emang sanggup yah? nanti pinggangnya encok nangess" ejek Raka yang mendapatkan lemparan bantal oleh Mahesa.
"kamu pikir ayah setua itu, buat angkat Nara aja sampe encok segala" ujar mahesa.
"dih emang udah tua, ga nyadar" Darren kembali mengejek Mahesa yang memang sangat mudah terpancing.
"durhaka kamu ngejek orang tua" Mahesa mendekati Darren lalu menjawer telinga anak laki lakinya itu dengan kuat.
"awss aw sakit yah, ampun. Bun tolongin bunn" ringis Darren akibat Mahesa menjawernya semakin kuat sehingga membuat telinganya berwarna merah.
"udah udah, kok malah jadi berantem sih, bunda nyuruh pindahin Nara ke kamarnya bukan berantem" ujar vina, wanita itu memukul pantat sang suami lalu beralih memukul bahu sang putra.
Akhirnya Mahesa melepaskan jawerannya di telinga Darren, lelaki paruh baya itu menjulurkan lidahnya mengejek, lalu tanpa memperdulikan Darren yang terlihat kesal kepadanya Mahesa mulai menggendong Nara dan berjalan menaiki tangga menuju kamar sang putri.
"HATI HATI ENCOK YAH, KATANYA IBUN GAMAU URUT" teriak Darren menggema, vina menghela napas lelahnya melihat kelakuan sang putra yang tiada bosannya menjaili sang ayah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments