Pembantu?

Alga jadi heran karena sudah tiga hari ini nomor ponsel milik Zarina tidak pernah aktif pada hal orangnya tidak pernah alpa datang ke kantor. Ia semakin kesal dan penasaran karena gadis itu selalu menghindar ketika hendak berpapasan dengan dirinya. Kira-kira apa yang salah?

Hari ini adalah hari ke-empat setelah acara makan bareng di ruang kerja miliknya. Alga sengaja datang lebih awal ke kantor dan berharap dapat menemui Zarina di ruang kerjanya.

"Selamat pagi, Pak!" sapa Erni yang juga datang pagi-pagi ke kantor.

"Selamat pagi!" sahut Alga dengan wajah datar.

Alga berlalu meninggalkan Erni dan masuk ke ruangannya. Tampaknya ia sangat kecewa karena harapannya pagi ini untuk bertemu dengan Zarina tidak terkabul.

Untuk mengisi kegalauan hatinya ia berjalan-jalan ke taman sambil mengisap sebatang rokok. Sebenarnya Alga bukanlah pecandu rokok tapi jika sedang ada masalah rokok adalah pelariannya.

"Tumben yah, Pak Alga datang ke kantor sepagi ini?" tanya Novi kepada Erni yang baru pulang dari toilet.

"Nggak tahu juga, tapi keliahatannya Bos kita itu ada masalah," sahut Erni.

"Apa jangan-jangan karena peristiwa itu hari?"

"Maksud kamu?"

"Itu, siapa lagi kalau bukan si sombong yang menghina Zarina karena tahu bahwa gadis itu masuk ke ruangan Bos padahal menurut pengakuan Zarina ia masuk karena dipanggil,"

Erni dan Novi tidak menyadari bahwa percakapannya didengar oleh Pak Alga. Keduanya terus saja bergosip panjang lebar hingga bel berbunyi tanda mulai untuk bekerja.

Pak Alga juga kembali ke ruangannya. Sekarang ia sudah tahu alasan yang yang membuat Zarina menghindar darinya. "Saya akan cari cara lain agar bisa bertemu dengan gadis itu," gumamnya dalam hati.

Ia pun mencari informasi di mana tempat tinggal Zarina melalui beberapa orang terdekatnya dan sore hari ia bersiap-siap untuk bertamu ke alamat yang sudah ia peroleh.

"Tok, tok, tok!" Alga mengetuk pintu dengan sopan.

Mendengar suara ketukan di pintu, Ibu Elis yang asik menonton berita dari TV bergegas menuju pintu dan membuka.

"Selamat sore Tante! Ada Zarina?"

Ibu Elis tidak langsung menjawab tapi ia memperhatikan pria tampan yang ada di hadapannya mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki. "Ini bukan orang sembarang, penampilannya waoww dan datang dengan mengendarai mobil mewah," batin Ibu Elis.

"Ehh... Selamat sore! Maaf, siapanya Zarina, yah?"

"Teman kantor, Tante,"

"Tunggu sebentar, Tante panggil Zarina dulu!"

Ibu Elis masuk ke dapur untuk menemui Zarina yang sedang bergelut dengan cucian pakaian. Namun tiba-tiba ada ide yang muncul dalam benaknya. Ibu Elis masuk ke kamar Tini dan memberitahu agar dia berpakaian yang bagus dan seksi kemudian menemui pria tampan yang ada di ruang tamu.

"Tapi gimana Bu, kalau dia bertanya tentang Zarina?" tanya Tini dengan ragu.

"Bilang aja kalau Zarina itu adalah pembantu kita, jadi dia masih sibuk di dapur," sahut Ibu Elis.

"Oke, Bu, sippp," ucap Tini sambil berputar-putar di cermin. Rok mini yang dikenakan sebatas pertengahan paha ikut berputar. Setelah yakin dengan penampilannya ia pun keluar untuk menemui pria tampan yang dimaksud oleh ibunya.

Tini terpana dengan penampilan pria yang sedang duduk di ruang tamu itu. Dari pakaian yang dikenakan, menandakakan bahwa ia adalah orang kaya.

"Hayy, selamat sore dan salam kenal," sapa Tini dengan percaya diri.

Alga berdiri dan menyambut uluran tangan perempuan yang datang menemuinya itu. Ia yakin bahwa perempuan ini adalah kerabat dekat Zarina, kalau bukan adik kandung, kemungkinan besar ia adalah adik sepupunya. Ada bagian wajah mereka yang mirip dan hal itu dapat membuktikan jika keduanya adalah kerabat dekat.

"Alga!" ucapnya dengan ramah.

"Tini!" ucap Tini pula.

Keduanya lalu duduk di sofa dengan posisi saling berhadapan. Alga membuang muka karena merasa risih melihat paha mulus di depannya dan bukan hanya itu, buah kembar yang kenyal pun ikut menyembul sedikit karena terhimpit oleh baju yang super ketat. Menurut Alga, tampilan di hadapannya saat ini persis dengan apa yang selalu dipamerkan oleh Seyla di kantor, namun kali ini pun Alga sama sekali tidak tergiur.

Tini tampak berpikir mencari bahan yang akan dibahas untuk mencairkan suasana yang hening dan kaku.

"Oh, yah, ada keperluan apa kemari?"

"Mau bertemu dengan Zarina, rekan kerja saya di kantor,"

"Ohhh, dia itu pembantu di sini,"

"Pembantu????"

Tini mengangguk untuk meyakinkan Alga yang tampak bingung.

"Bolehkah saya bertemu dengan Zarina sekarang?" tanya Alga.

"Ia pasti nggak mau ninggalin kerjaannya pada jam-jam begini,"

Perasaan Alga kurang enak dengan pengakuan Tini tentang Zarina bahwa ia tinggal di rumah ini sebagai pembantu.

"Kalau begitu saya pamit dulu dan tolong sampaikan salam saya kepada Zarina!" ucap Alga.

Tini kekurangan bahan untuk menahan Alga agar bisa betah di rumahnya.

"Nggak usah buru-buru Den, ada Tini yang bisa kamu temani untuk ngobrol!" kata Ibu Elis yang datamg menghampiri mereka.

"Terima kasih Tante, saya masih ada urusan!" ujar Alga. Ia berlalu meninggalkan mereka yang masih menatapnya dengan rasa kecewa.

Mobil Fortuner itu melaju dibawah kendali Alga dengan kecepatan sedang. Ia meninggalkan rumah itu dengan perasaan yang kecewa dan pikiran yang berkecamuk. "Sepertinya ada yang tidak beres di rumah itu," batinnya dalam hati.

Ia langsung pulang ke rumah dan istirahat sambil memikirkan cara apa lagi yang akan ditempuh agar bisa mengenal Zarina, gadis yang selalu mengganggu pikirannya.

Sementara itu Ibu Elis menegur Tini karena anaknya itu tidak berhasil untuk mencari perhatian Alga.

"Maunya tadi kamu tahan dia dengan alasan bahwa air minum udah jadi di belakang," ucap Ibu Elis dengan nada kecewa.

"Kok, Ibu malah nyalahin saya?" ujar Tini dengan wajah cemberut.

"Yah, jelas, masakan kamu kalah ama zarina? kalau perlu, bersaing dong!"

"Malas, ah,"

Tini pergi ke kamarnya lalu membanting pintu dengan kasar. Ia sangat kesal karena ternyata Alga tidak tergoda dengan penampilannya yang super seksi ditambah lagi dengan omelan dari ibu yang malah mempersalahkan dirinya.

Sementara itu Zarina tidak diberi tahu bahwa tadi ada pria yang datang mencarinya. Cucian pakian sebanyak dua keranjang baru saja selesai dimasukkan ke pengering. Kini saatnya untuk memasak di dapur. Ia membuka kulkas tapi isinya kosong, terpaksa ia ke kamar untuk mengambil simpannannya yang juga tinggal tak seberapa lalu menuju ke warung untuk membeli sayur dan lauk.

Ketika ia kembali dari warung, hatinya sangat panas melihat Tini yang hanya ongkang-ongkang kaki di ruang tengah sementara lantai rumah belum disapu. "Saya harus berusaha agar bisa secepatnya keluar dari rumah ini," gumamnya dalam hati.

Pada malam hari setelah semua pekerjaan beres ia masuk ke kamar lalu menghubungi kedua orang tuanya dan menyampaikan keinginannya untuk mencari sebuah kamar kost.

Pak Adnan dan Ibu Dina tidak keberatan dengan rencana anaknya karena sesungguhnya mereka sudah tahu sejak dulu bahwa menumpang di rumah kerabatnya itu adalah persoalan yang sangat membutuhkan kesabaran.

Episodes
1 Numpang Secara Gratis
2 Mengorek Data Pribadi
3 Beda Level
4 Pembantu?
5 Mencari Rumah Kost
6 Sangat Muak
7 Pengen Nimang Cucu
8 Pelukan Hangat
9 Kenapa Harus Malu?
10 Semua Tinggal Kenangan
11 Terima Gaji
12 Kecupan Pertama
13 Diporoti
14 Tidak Bisa Menolak
15 Pilihan yang Sulit
16 Hanya Bisa Mengurut Dada
17 Salah Tingkah
18 Karyawan Baru
19 Sangat Malu
20 Karena Terpaksa
21 Hadiah Ulang Tahun
22 Cuti Sekretaris
23 Jangan Berharap
24 Bertemu Teman Lama
25 Kehilangan Cinta dan Pekerjaan
26 Mencari Kesibukan
27 Tidak Sesuai Harapan
28 Topengnya Sudah Terbuka
29 Membatalkan Rencana Pernikahan
30 Punya Peluang
31 Hamil
32 Menghadiri Penikahan
33 Mendirikan Usaha Kecil-kecilan
34 Perhatian yang Berlebihan
35 Saya Mencintaimu
36 Mungkin Sudah Takdir
37 Biasa-Biasa Saja
38 Masih Terukir Indah
39 Ada Kerinduan
40 Tidak Sanggup
41 Suara Desahan yang Indah
42 Hanya Menambah Luka
43 Usir Dia!
44 Tontonan Gratis
45 Minta Pinjaman Uang
46 Sudah Berubah
47 Pilihan yang Sulit
48 Penagih Utang
49 Cepat Berubah
50 Menitipkan Seorang Cucu
51 Minta Bantuan Adik
52 Ulang Tahun Maira
53 Keluarga Tidak Peduli
54 Pucuk Dicinta Ulam pun Tiba
55 Belum Puas
56 Tidak Nyaman
57 Takut Kehilangan
58 Sudah Menikah?
59 Mencari Alasan
60 Sangat Kecewa
61 Tuntutan Untuk Cerai
62 Rasa Gadis
63 Terlanjur Sayang
64 Sudah Tidak Sabar
65 Rencana Tuhan
66 Punya Perasaan yang Sama
67 Menikah dengan Sang Mantan
68 Hadirnya Buah Hati
Episodes

Updated 68 Episodes

1
Numpang Secara Gratis
2
Mengorek Data Pribadi
3
Beda Level
4
Pembantu?
5
Mencari Rumah Kost
6
Sangat Muak
7
Pengen Nimang Cucu
8
Pelukan Hangat
9
Kenapa Harus Malu?
10
Semua Tinggal Kenangan
11
Terima Gaji
12
Kecupan Pertama
13
Diporoti
14
Tidak Bisa Menolak
15
Pilihan yang Sulit
16
Hanya Bisa Mengurut Dada
17
Salah Tingkah
18
Karyawan Baru
19
Sangat Malu
20
Karena Terpaksa
21
Hadiah Ulang Tahun
22
Cuti Sekretaris
23
Jangan Berharap
24
Bertemu Teman Lama
25
Kehilangan Cinta dan Pekerjaan
26
Mencari Kesibukan
27
Tidak Sesuai Harapan
28
Topengnya Sudah Terbuka
29
Membatalkan Rencana Pernikahan
30
Punya Peluang
31
Hamil
32
Menghadiri Penikahan
33
Mendirikan Usaha Kecil-kecilan
34
Perhatian yang Berlebihan
35
Saya Mencintaimu
36
Mungkin Sudah Takdir
37
Biasa-Biasa Saja
38
Masih Terukir Indah
39
Ada Kerinduan
40
Tidak Sanggup
41
Suara Desahan yang Indah
42
Hanya Menambah Luka
43
Usir Dia!
44
Tontonan Gratis
45
Minta Pinjaman Uang
46
Sudah Berubah
47
Pilihan yang Sulit
48
Penagih Utang
49
Cepat Berubah
50
Menitipkan Seorang Cucu
51
Minta Bantuan Adik
52
Ulang Tahun Maira
53
Keluarga Tidak Peduli
54
Pucuk Dicinta Ulam pun Tiba
55
Belum Puas
56
Tidak Nyaman
57
Takut Kehilangan
58
Sudah Menikah?
59
Mencari Alasan
60
Sangat Kecewa
61
Tuntutan Untuk Cerai
62
Rasa Gadis
63
Terlanjur Sayang
64
Sudah Tidak Sabar
65
Rencana Tuhan
66
Punya Perasaan yang Sama
67
Menikah dengan Sang Mantan
68
Hadirnya Buah Hati

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!