Memasuki bulan ke-dua, Zarina semakin bersemangat untuk bekerja dan terkadang lembur karena ia ingin mengumpulkan rupiah lebih banyak lagi.
Melihat cara dan semangat kerja yang dimiliki oleh Zarina, menjadi perhatian bagi Pak Alga, pemimpin perusahaan tersebut. Ia adalah anak tunggal dari pasangan Pak Rafi dengam Ibu Gita, pemilik perusahaan itu.
Diam-diam Pak Alga mulai merasa tertarik kepada bawahannya itu tanpa sepengetahuan dengan yang bersangkutan karena ia tahunya harus bekerja dan fokus dengan pekerjaannya.
Pak Alga mulai mengorek data-data pribadi Zarina dengan memeriksa berkas yang digunakan saat melamar pekerjaan di tempat itu. Tak lupa juga ia menyimpan nomor ponsel yang ditemukan dalam map yang berisi data-data pribadi milik Zarina. "Ohh, ternyata dia adalah gadis yang berasal dari kampung," gumamnya dalam hati lalu menyimpan kembali map itu di tempat semula.
Pada malam hari, Pak Alga sangat sulit untuk tidur, pikirannya selalu dibayang-bayangi oleh wajah Zarina yang sederhana tapi cantik dan menarik. Pakaian yang dikenakan saat ke kantor juga sangat sederhana bila dibandingkan dengan pegawai lainnya tapi bagi Alga, penampilan Zarina sangat menggoda. Pakaiannya bersih dan rapi serta riasan wajahnya tidak mencolok.
(Selamat malam!) Pak Alga mengetik pada layar ponsel dan berniat untuk mengirim kepada Zarina tapi setiap kali jarinya hendak menyentuh tanda panah, hatinya dag, dig, dig dan gemetaran tak karuan.
Ia pun tarik nafas dan menghembuskan secara perlahan lalu mengirim pesan tersebut. Namun hatinya kembali galau karena pesan itu terkirim tapi hanya centang satu, artinya nomor yang dituju sedang tidak aktif. "Mungkin ponselnya sedang diisi daya," pikirnya.
Pak Alga berbaring di kasurnya yang empuk dan menatap langit-langit kamar. Sebentar-sebentar melirik layar ponsel, apakah pesan yang dikirim sudah terbaca atau belum?
Satu jam sudah berlalu tapi masih tetap centang satu membuat Pak Alga kembali tarik nafas dengan berat. Ingin rasanya ia menelepon dan bicara langsung tapi ia bingung mau ngomong apa.
Ada beberapa pesan dan telepon yang masuk di ponselnya tapi ia tidak mengubrisnya, yang ada di pikirannya saat ini hanyalah Zarina, Zarina, dan Zarina. Mengingat nama gadis itu saja ia sudah mampu mengulum senyum yang manis.
Malam semakin larut, Alga mencoba memenjamkan mata dan berharap malam segera berlalu dan pagi segera tiba agar bisa cepat-cepat berangkat ke kantor untuk bertemu dengan gadis dari kampung yang telah membuat hatinya selalu gelisah, hingga akhirnya ia tertidur juga setelah capek merangkai kata-kata yang akan diungkapkan besok ketika bertemu dengan Zarina.
Keesokan harinya Zarina sudah berada di kantor dua puluh menit sebelum jam kerja. Ia menyiapkan semua perangkat yang akan digunakan nanti saat bekerja dan setelah semuanya siap, ia melirik jam pada layar ponsel dan masih ada waktu sepuluh menit.
Ia pun iseng-iseng membuka aplikasi WhatsApp karena sudah aktif setelah disambungkan dengan Wifi kantor.
Ada nomor baru yang mengirim pesan. Sejenak ia berpikir, siapa gerangan yang mengirim ucapan selamat malam kepadanya?
"Selamat pagi!" sapa Alga yang tiba-tiba muncul di pintu. Zarina segera meletakkan ponselnya di meja dan berdiri menyambut kedatangan Alga dengan sopan dan hormat.
"Selamat pagi, Pak! Maaf, ada yang bisa saya bantu?" tanya Zarina. Bagi Alga, suara Zarina bagai alunan musik nan merdu.
"Oh, eh, ehh... " sahut Alga dengan terbata karena gugup. Ia merutuki dirinya dalam hati karena tidak bisa menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh bawahannya. Kalimat yang sudah dihafalkan semalam hilang begitu saja setelah berhadapan dengan Zarina.
"Ada apa, Pak? Apakah Bapak baik-baik saja?" tanya Zarina lagi dengan heran tapi ia tetap tersenyum manis membuat Alga semakin gugup.
"Tolong ke ruangan saya sebentar!"
"Sekarang, Pak?"
"Sebentar setelah jam istirahat,"
"Siap, Pak!"
Alga segera membalikkan tubuh dan melangkah lebar-lebar meninggalkan ruangan tersebut karena menghindari tatapan dari gadis desa itu yang mampu menggetarkan kalbunya.
Tiba di ruang pribadinya, Alga menghempaskan tubuhnya di kursi yang empuk lalu kembali memikirkan kata-kata apa yang akan ia sampaikan nanti kepada Zarina.
Alga tidak fokus bekerja menunggu jam istirahat tiba. Sebentar-sebentar ia melirik ke arah Jam yang tergantung di dinding. Ia merasa jam itu berputar sangat lambat dan seandainya bisa ia akan memutar lebih cepat agar Zarina segera datang menemuinya.
Tidak lama kemudian suara ketukan terdengar di pintu dan Alga sudah memastikan bahwa yang datang adalah Zarina.
Jantungnya berdegup sengan kencang dan ia pun memasang wajah yang sebaik mungkin.
"Iya, silahkan masuk!" ucapnya dengan suara merdu.
Mendengar suara Alga yang mempersilahkan dirinya untuk segera masuk ke ruangan itu, Seyla, salah seorang karyawan memutar gagang pintu yang tidak terkunci lalu masuk sambil membawa dua bungkus makanan.
Wajah Alga langsung berubah karena dugaannya salah. Bukan Zarina yang datang melainkan Seyla yang selalu tergila-gila padanya dan perempuan ini tidak pernah kapok meskipun terkadang dicuekin oleh Alga.
Seyla selalu mengenakan pakaian yang ketat saat datang ke kantor sehingga lekuk-lekuk tubuhnya tergambar dengan jelas. Ia memang sangat cantik dan memiliki kulit yang putih dan bersih. Bodynya bak gitar spanyol kata orang, tapi sedikit pun tak pernah membuat Alga tertarik.
"Terima kasih Sayang, udah mengizinkan saya masuk ke sini!" ucap Seyla dengan suara dibuat manja.
"Hei, yang sopan dong, bicara dengan atasan tidak boleh pakai kata 'sayang-sayangan' dan tolong perbaiki cara dudukmu!" ujar Alga dengan kesal. Ia tidak suka mendengar dirinya dipanggil 'sayang' oleh Seyla dan juga merasa kikuk melihat paha mulus yang sengaja dipamerkan oleh perempuan itu.
"Maaf, Sayang!" ucap Sheyla sambil merapatkan kakinya dan bersamaan dengan itu Zarina muncul di pintu yang masih terbuka. Ia mendengar dengan jelas suara Seyla yang mengucapkan kata 'sayang' sehingga ia langsung membalikkan tubuh karena merasa telah mengganggu atasannya. Ia takut jika dirinya sampai dipecat dan kehilangan pekerjaan karena sudah lancang masuk ke ruangan Pak Alga yang sedang berduaan dengan kekasihnya.
"Hey, Zarina, ayo masuk!" panggil Alga dengan cepat.
Zarina tidak mendengar suara Alga karena ia melangkah dengan terburu-buru meninggalkan ruangan tersebut. Nafasnya sampai tak beraturan ketika tiba di ruangannya. "Mudah-mudahan Pak Alga tidak melihat kedatanganku tadi," gumamnya dalam hati.
Setelah nafasnya sudah normal ia membuka tempat bekal yang dibawahnya tadi dari rumah lalu makan.
"Trrdd, trrdd, trrdd!" ponsel miliknya berdering.
"Halo, segera ke ruangan saya sekarang!"
Zarina mengamati layar ponselnya yang langsung mati sebelum ia menjawab apa-apa dan kembali memeriksa siapa yang barusan meneleponnya dengan cara melihat foto profil dari nomor tersebut.
"Astaga, Pak Alga! Pasti dia akan menghukumku. Tuhan tolonglah hambaMu ini!" Zarina berdoa dalam hati. Ia pun menutup kembali tempat bekalnya yang isinya baru berkurang dua sendok makan lalu buru-buru menuju ke ruangan Alga dengan perasaan takut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments