Sampai rumah Air memberikan kue pesanan Bunda Kania dan mengatakan jika dirinya bertemu dengan Nyonya Mami saat du toko kue tadi. Sementara Ela kembali ke markas ketika pekerjaannya telah usai.
"Terus nyonya bilang apa sama kamu?" Bunda Kania.
"Ga bilang apa-apa Bun. Nyonya Mami titip salam aja buat Bunda udah gitu aja." Air.
"Sama siapa Nyonya?" Bunda Kania.
"Sendiri. Eh, di temenin supir juga Bun." Air.
"Kamu ini. Ya udah sana ganti baju nanti keponakan kamu datang belum ganti baju lagi." Bunda Kania.
"Siap Ibu Ratu.." Ucap Air menundukkan badannya dengan tangan seperti tengah hormat bendera.
Bunda Kania pun hanya menggeleng melihat tingkah putri bungsunya. Air dan Rain memang dua anak yang manis di mata Bunda Kania dan Ayah Taruma. Meskipun Taruma menginginkan seorang putra namun kedua putrinya tak membuatnya patah hati bahkan Taruma menyayangi keduanya dengan berlebihan.
Bunda Kania tidak dapat memberikannya putra ataupun putri karena kesehatan rahimnya namun tidak membuat Ayah Taruma kecewa. Dia sangat bersyukur di berikan dua putri yang baik dan penurut. Walau sempat ada rasa kecewa di hatinya namun Ayah Taruma segera menepisnya saat Ayah Taruma menyadari jika sang istri berjuang hidup dengan penyakit yang di deritanya hingga Bunda Kania bisa sembuh total.
Rumah tampak ramai setelah Rain dan suaminya datang tak lupa juga si kecil Arkana ikut serta. Celotehan dari mulut Arka membuat suasana rumah menjadi hangat. Walaupun celotehan bayi berumur 8 bulan itu belum jelas tapi itu yang membuat rumah menjadi ramai.
"Bunda, apa Alvian bisa minta tolong?" Tanya Alvian suami Rain saat mereka semua bersantai bersama.
"Ada apa Nak? Katakanlah." Bunda Kania.
"Vian mau menitipkan Arka Bun. Besok Vian harus meninjau proyek di luar kota, mungkin tiga hari Vian di sana dan seperti yang Bunda tau Vian tidak bisa pergi tanpa Rain. Kami tidak bisa membawa Arka karena kondisi di sana yang tidak memungkinkan." Jelas Alvian.
"Ceh, dasar bucin akut." Ledek Air.
"Heh, awas ya Kakak doain kamu lebih bucin dari pada kita." Rain.
"Ga akan wle.." Ledek Air.
"Issshh.... Nyebelin. Biar bucin sama suami sendiri bukan suami orang." Rain.
"Iya deh yang punya suami..." Air.
"Hus... Kalian ini selalu saja ribut." Lerai Bunda Kania.
"Kalian pergi saja. Bunda tak keberatan di titipkan cucu Bunda ini. Apalagi sekarang ada Air yang bisa bergantian menjaga Arka." Bunda Kania.
"Diiih,,, ga mau ah Bunda. Air kan libur Air mau bersantai tidur seharian masa Air jaga Arka." Protes Air.
"Huaaa... Huaaaa...."
Tiba-tiba saja tangisan Arkana menggema setelah Air protes pada Bundanya jika dirinya tak mau menjaga Arkana. Dan hal tersebut sontak membuat Air kaget karena Arka tengan berada di sampingnya berbaring memainkan mainannya.
"Astaga! Kenapa? Kenapa ponakan Onty nangis hm?" Bujuk Air.
"Karena Onty ga sayang aku... Onty ga mau jagain aku." Jawab Rain menirukan suara anak kecil.
"Ceh,,, jangan dengar omongan Bunda kamu ya Nak. Bunda sama Ayah kamu tuh yang ga sayang. Masa ninggalin kamu sama Onty." Air.
"Hus... Ga boleh ngajarin ga bener Air." Tegur Bunda Kania.
"Tuh denger... Jangan sampe anak Kakak durhaka karena ajaran kamu Air." Rain.
"Eh, nyalahin adek. Ga ada ya adek ngajarin ponakan macem-macem." Air.
"Ga sadar dia." Rain.
Alvin hanya tersenyum melihat tingkah istri dan adik iparnya yang selalu saja ribut namun saling sayang. begitulah cara Rain dan Air menumpahkan perasaan mereka berdua berbeda halnya dengan dirinya yang anak tunggal.
Entah bagaimana awalnya Air dan Arkana sudah tertidur pulas di atas karpet tebal di ruang keluarga. Arkana tertidur dengan memeluk Air begitu sebaliknya. Keduanya tampak menggemaskan membuat Rain terus mengabadikan keduanya melalui ponselnya.
"Sudah Rain nanti adik mu bangun lagi." Tegur Bunda Kania.
"Ga mungkin Bun. Mereka pules sekali." Rain.
"Kok bisa mereka tidur bersama begitu ya." Bunda Kania.
"Mereka berasa di nina boboin Bun." Alvin.
"Iya Bun. Mereka fikir kita ngobrol lagi bercerita agar mereka berdua tidur." Rain.
"Hahahaa... Kalian bisa saja. Ya sudah sana kalian istirahat biar Arka dan Air tidur di situ nanti Bunda ambilkan Selimut untuk mereka. Kalian besok pergi pagi kan?" Bunda Kania.
"Iya Bun. Nanti biar Rain saja yang ambil selimut untuk mereka." Rain.
Setelah itu mereka pun meninggalkan Air dan Arkana berdua. Rain menyiapkan segala keperluan dirinya dan suami untuk keberangkatan ke luar kota. Sementara Alvian bekerja di teras belakang mencek email yang masuk melalui laptop yang selalu di bawanya.
Sore hari Ayah Taruma belum juga menampakkan dirinya pulang. Seperti biasa jam kerjanya tak mengenal waktu selama Tuan Anggara memerlukannya maka Ayah Taruma belum bisa pulang dan hal itu sudah terbiasa oleh Bunda Kania.
"Taruma, pulanglah katanya putri sulung mu pulang hari ini." Tuan Anggara.
"Iya Tuan. Istri saya mengatakan jika Putri dan menantu saya akan pergi ke luar kota dan menitipkan putra mereka pada istri saya." Jelas Ayah Taruma setelah siang tadi mendapat kabar dari Bunda Kania melalui pesan.
"Kalo begitu pulanglah. Kamu bisa melanjutkan pekerjaan mu besok. Temui putri dan menantumu sebelum besok mereka pergi lagi." Tuan Anggara.
"Terima kasih Tuan. Kalo begitu saya permisi setelah membereskan berkas ini." Ayah Taruma.
"Ya. Silahkan. Nanti saya biar pulang dengan supir." Tuan Anggara.
"Baik Tuan." Ayah Taruma.
Saat Ayah Taruma sedang membereskan berkas yang berada di meja depan sofa di ruangan Tuan Anggara terdengar ketukan di pintu yang kemudian Tuan Anggara meminta orang di balik pintu untuk masuk.
"Papi, apa aku mengganggu." Tanya Alrik yang hanya menyembulkan kepalanya.
"Masuklah Nak." Tuan Anggara.
"Eh, sore Om Taruma. Sudah mau pulang?" Sapa Alrik saat melihat Ayah Taruma berada di ruangan Papi nya.
"Sore Tuan muda. Iya Tuan kebetulan putri sulung saya pulang dan saya akan menemuinya." Ayah Taruma.
"Oh, baiklah. Hati-hati di jalan Om. Salam untuk Tante Kania dan Rain." Alrik.
"Baik Tuan. Mari saya permisi." Ayah Taruma.
Ayah Taruma pun meninggalkan Tuan Anggara dan Alrik berdua di ruangannya.
"Ada apa hm?" Tuan Anggara.
"Papi yakin minta Al buat gantiin Papi? Bagaimana dengan Papi? Om Taruma?" Alrik.
"Papi yakin nak. Papi yakin kamu bisa. Kamu bisa bekerja sama dengan Om Taruma sebelum kamu mendapatkan asisten pribadi kamu nak." Tuan Anggara.
"Apa Om Taruma tidak keberatan?" Alrik.
"Tidak. Pali sudah membicarakan hal ini dengan dia." Tuan Anggara.
"Jika Al sudah memiliki calon asisten pribadi bagaimana?" Alrik.
"Pekerjakaah. Biar Om Taruma tetap mendampingi Papi walau tak harus seperti do kantor. Karena sewaktu-waktu Papi akan membutuhkannya." Tuan Anggara.
"Papi yakin?" Alrik.
"Tentu Nak. Papi bisa bekerja di rumah bersama Om Taruma." Tuan Anggara.
"Baiklah. Bulan depan Al akan siap mengemban tugas yang Papi berikan." Alrik.
"Baiklah. Papi akan meminta Om Taruma menyiapkan segalanya." Tuan Anggara.
🌼 Masih ada kelanjutannya... Sabar ya....
🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Nanda
Selalu menunggu kelanjutannya,Sehat selalu buat Kaka 🤗🤗
2023-09-12
1