Gemas

Setelah membuat Arka menangis ketiga gadis itu pun menikmati makan siang sementara Bunda Kania menidurkan Arkana sebelum dirinya makan siang. Setelah Arka tertidur barulah Bunda Kania ikut makan siang bersama.

"Bunda, apa besok acara perusahaan kita di undang?" Air.

"Iya. Kata Ayah sih begitu." Bunda Kania.

"Kita bawa Arka ke sana memang ga apa-apa Bun?" Air.

"Tidak Arka nanti di titip sama Bibi di rumah. Kasian nanti kita pulang malam." Bunda Kania.

"Air di rumah saja Bun nemenin Arka." Air.

"Dih, apaan lu. Tadi lu nyuruh kita nanya sama Alana kita di undang ngga sekarang malah lu sendiri yang ga mau ikut ke acara." Lala.

"Eh, emang gitu ya." Air.

"Hm.. Mulai lagi nih amnesianya." Dara.

"Ish... Jahat banget." Air.

"Lagian lu. Jangan denger Bun. Kalo bisa Arka di bawa aja biar Air yang suruh gendong." Dara.

"Hahahaa... Kalian ada-ada saja. Kalian ikut saja ga apa-apa kok. Ayah Kalian juga kan nanti pasti hadir di acara besok." Bunda Kania.

"Loh, memang ngundang perusahaan lain juga Bun?" Lala.

"Tentu saja. Bukannya perusahaan Ayah kalian rekanan perusahaan Papi Alana?" Bunda Kania.

"Bunda bener juga ya. Ya udah deh ga perlu tanya Alana sekarang dia paling lagi ngebucin sama Abangnya." Lala.

"Iya ampun banget deh dia lengket sama Abangnya." Dara.

"Ya lu sih ga punya Abang." Air.

"Lah, gw kan ada adek." Dara.

"Iya iya gw yang sendiri." Lala.

"Hahahaha..."

Semua pun terbahak karena keluhan Lala. Lala memang terlahir sebagai anak tunggal yang selalu membuatnya iri pada teman-temannya karena mereka memiliki saudara. Namun keceriaan selalu tercipta karena kasih sayang kedua orang tuanya selalu melimpah untuknya.

Obrolan mereka pun terus berlanjut hingga sore hari bahkan mereka bertiga ikut andil dalam memandikan Arka. Lebih tepatnya bermain air bersama. Arka bayi gembul yang membuat ketiga gadis itu selalu berebut untuk menggendongnya. Bahkan saat Bunda nya melakukan panggilan video pun Arkana tampak acuh dan lebih memilih bercanda bersama ketiga pengasuhnya membuat Bundanya merasa bersedih namun bahagia karena Arka tidak rewel.

Rain beruntung memiliki keluarga dan orang-orang yang begitu menyayangi dirinya dan keluarganya. Mertuanya pun selalu memberikan perhatian penuh padanya dan juga Arkana. Karena memang Alvin anak tunggal membuat kehadiran Arkana memberi warna tersendiri bagi orang tua Alvin.

"Bunda kami pamit dulu ya. Sampai ketemu besok di acara perusahaan Om." Pamit Lala dan Dara.

"Loh, Bunda fikir kalian akan menginap. Apa tidak makan malam disini saja dulu." Bunda Kania.

"Terima kasih Bunda. Lala di tunggu Papi dan Mami di rumah untuk makan malam bersama." Lala.

"Dara menemani Lala pulang Bunda." Ucap Dara langsung sebelum Bunda Kania bertanya padanya.

"Beneran ga makan malam dulu di sini?" Bunda Kania.

"Iya Bunda terima kasih." Dara.

"Ya sudah bilang sama Pak supir jangan ngebut-ngebut. Hati-hati bawa mobilnya ga apa-apa pelan asal selamat." Bunda Kania.

"Siap Bunda." Jawab Lala dan Dara bersamaan.

Air mengantarkan Lala dan Dara hingga ke samping mobil Lala. Setelah mobil yang di kemudikan oleh supir pribadi Lala meninggalkan halaman rumah Air pun kembali masuk. Air menghampiri Arka yang tengah asik di stroler sambil memainkan mainannya.

"Bunda, apa Ayah tidak bekerja lagi setelah perusahaan berganti kepemimpinan?" Air.

"Tidak. Ayah tetap bekerja hanya saja jam kerjanya akan lebih teratur sama seperti karyawan lainnya." Bunda Kania.

"Apa Ayah akan tetap menjadi asisten CEO Bunda?" Air.

"Tidak. Ayah hanya sebagai penasehat saja dan itu hanya sampai Mas Alrik dapat menguasai perusahaan saja." Bunda Kania.

"Setelah itu Ayah pensiun Bunda?" Air.

"Iya sayang. Ayah ingin beristirahat walau pun tak akan beristirahat seperti halnya orang pada umumnya. Karena ada sesuatu yang Ayah harus tetap pantau yang berkaitan dengan perusahaan milik Tuan Anggara." Jelas Bunda Kania.

"Hm..."

"Kenapa? Khawatir Ayah ga bisa menyekolahkan kamu?" Bunda Kania.

"Tidak. Air yakin Bunda dan Ayah telah mempersiapkannya." Air.

"Lantas kenapa?" Bunda.

"Tidak apa-apa Bun. Air hanya bertanya saja." Air.

"Tidak perlu mengkhawatirkan sesuatu yang belum terjadi dan belum tentu terjadi. Cukup berdoa pada Tuhan agar terus di beri kebaikan." Bunda Kania.

"Iya Bunda." Air.

Bunda Kania pun makan malam berdua di temani Arka yang sudah nampak mengantuk di atas strolernya. Sementara Ayah Taruma belum juga pulang karena sedang menyiapkan acara untuk besok malam. Walau acaranya malam Ayah Taruma dan tim nya tetap mempersiapkan segalanya sejak malam ini. Termasuk keamanan dan kenyamanan tamu undangan dan keluarga besar.

Hingga Air akan tidur pun Ayahnya belum juga datang. Air pun sudah terbiasa dengan itu. Kali ini Bundanya ada yang menemani yakni Arka cucu pertama Bunda Kania dan Ayah Taruma. Tak butuh waktu lama Air pun terlelap dan berselancar ke alam mimpi berbeda dengan Bunda Kania yang masih terjaga menunggu suami tercintanya pulang.

Pagi hari Ayah Taruma sudah rapi dengan pakaian kerjanya memangku Arka. Sementara Air dan Bunda Kania menyiapkan sarapan untuk mereka semua. Air membuat MPasi untuk Arka sarapan dan Bunda menyiapkan sarapan untuk semuanya di bantu Bibi tentunya.

"Bagaiamana rencana kuliah kamu Dek?" Ayah Taruma.

"Tinggal menunggu pengumuman Yah. Pengumumannya akan keluar sebelum kelulusan Yah." Air.

"Semoga di terima di tempat yang kamu inginkan ya sayang." Ayah Taruma.

"Aamiin." Jawab Air dan Bunda.

"Nanti sore kalian di antar supir ya. Ayah harus sudah standby di sana." Ayah Taruma.

"Iya Yah." Air.

"Titip Arka ya Bi. Maaf jadi merepotkan." Bunda Kania.

"Tidak Bu. Bibi senang di titipi Arka. Arka ga rewel kok Bu." Bibi.

"Terima kasih Bi." Bunda Kania.

Selesai sarapan Ayah Taruma segera pergi ke kantor menyelesaikan pekerjaannya sebelum acara sore nanti yang di adakan di salah satu hotel milik keluarga Anggara. Sementara Bunda Kania menyiapkan segala hal yang akan di bawanya sore nanti. Air bertugas menjaga Arka bermain bersama.

"Sayang, sudah besar nanti jadi anak baik dan soleh ya sayang. Selalu sayang Ayah dan Bunda kamu ya. Sayang Onty juga tentunya." Ucap Air pada keponakannya.

Arkana hanya tersenyum mendengarkan ucapan Air yang entah Arka tak mengerti. Arka hanya bisa tersenyum walau dirinya tak mengerti dengan apa yang di sampaikan orang dewasa. Ocehan dan tawa riang Arka selalu membuat Air merasa gemas.

"Duuuh,,, sayangnya Onty jangan cepet gede ya. Nanti kamu ga mau lagi onty peluk-peluk apalagi Onty cium-cium gemas kamu." Air.

🌼🌼🌼

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!