Liburan kepuncak

Akhirnya sampai juga.

Ucap anak-anak serentak, rupanya perjalanan macet membuat mereka kelelahan.

"Fik, Aku kekamar ya, biarkan mereka istirahat dulu, nanti tolong Carikan kita makanan atau sekalian ikan agar kita bakar-bakar ikan sebentar malam."

"Baik Bos"

Setelah berbicara dengan Fikry, Diky menyusul Amelia ke kamar, sampai dikamar, Diky melihat Amelia sudah mandi, akhirnya Diky pun gantian mandi,

"rasanya badan ini sangat lengket seharian perjalanan akibat macet, padahal andai tidak macet paling 4-5 jam sudah sampai".

Selesai mandi aku keluar kamar dan melihat Anak-anak pada heboh bakar ikan sambil nongkrong, ada yang main Gitar sambil nyanyi juga.

"Ternyata bahagia sesederhana itu ya" Bathinku

Amel datang membawa beberapa peralatan buat makan, lalu duduk di sampingku.

Kami pun akhirnya makan dengan lahap, rasanya sangat Lapar seharian perjalanan, membuat Anak-anak makan hingga kenyang.

**Dikamar***

Aku liat Amel bersiap akan tidur dengan pakaian lengkap, bahkan dengan memakai celana Levis dan baju tebal.

Ku dekati sambil mengajaknya duduk ditepi ranjang.

" Dek, apa tidak gerah dengan pakaian seperti ini?" Tanyaku.

"nggak kok, kak, aku udah terbiasa tidur seperti ini".

(Seakan tidak mengerti maksudku)

"tapi Dek, aku bolehkan meminta Hakku sebagai seorang suami?"

(Aku tegaskan kata Hak biar Dia sedikit mengerti bahwa kami sudah suami istri dan Aku punya hak atas dirinya)

"Maaf,Kak, tapi Aku belum siap"!

(Selalu kata itu yang keluar dari mulutnya saat aku meminta Hakku, dan sebagai Pria normal tentu saja jiwa kelelakianku bangkit saat tidur dengan Wanita apalagi kami sudah SAH )

"yaa udah, tapi jangan lama-lama diamin Aku ya Dek, kamu itukan istri Aku"

"iya kak"

Akhirnya kami tidur hanya dengan saling pelukan saja, entah apa yang membuatnya selalu belum siap, padahal banyak Gadis- gadis yang mau Aku sentuh, hanya saja aku takut Dosa dan tidak ingin merusak anak orang.

Hari- hari berlalu tidak terasa sudah 5 hari kami berada di Vila namun Amel selalu begitu saat aku meminta Hak, selalu belum siap.

Akhirnya kuputuskan untuk pulang, lebih baik jika Aku kembali Bekerja daripada menghabiskan waktu bersamaNya tapi tidak diberi Hakku sebagai Suami, membuatku jadi tersiksa.

"Fik, sampaikan pada Anak-anak agar segera berkemas, besok kita pulang, karena kita harus masuk kerja soalnya, banyak yang harus kuurus dikantor.

(Sengaja kuperjelas biar sepupuku ini tidak banyak tanya membuatku pusing memikirkannya)

"tapi, bukannya kita rencana 1 Minggu?"

"Kita banyak kerjaan, udah jangan banyak tanya, sampaikan saja pada mereka".

"siap Bosku ( sambil tersenyum memperlihatkan gigi putihnya )

Keesokan harinya mereka akhirnya kembali kekota, walaupun mereka masih ingin menginap tapi karena ini perintah dari Bos, maka mau tidak mau mereka harus menurut, atau memilih untuk berhenti bekerja.

****Dirumah****

Sampai dirumah Diky sedikit kecewa sama Amel, pasalnya sudah 1 minggu nikah belum juga bobol gawang.

Akhirnya Dia putuskan untuk berkunjung kerumah Orang Tua nya tanpa Amel.

"Dek', Aku mau keluar ketemu teman, kamu dirumah ya, jangan lupa pintunya dikunci.

(aku ngak bilang kalau pengen kerumah Bapak takutnya nanti Mala mau ikut).

"iyaaaa Kakak pulang jam berapa?"

"Nggak tau, mungkin agak malam."

"Hem baiklah"

Akupun pergi setelah pamit pada Amel, dengan memakai motor takut macet apalagi kalau sore-sore pasti jalanan macet.

Sampai dirumah Mama, sepertinya sepi.

Bik Ijah menghampiriku,

" Eh Den Deky, istrinya mana toh kenapa nggak ikut". kata Bibik.

(Beliau adalah pembantu rumah tangga sejak Aku masih kecil)

"Lagi capek Bik". Jawabku.

"Mama sama Bapak mana Bik?"

"Ada Den, dibelakang".

"Ya udah, Aku kebelakang ya Bik".

Sampai dibelakang aku lihat Mama dan Bapak sedang ngobrol sambil sesekali ketawa dengan riang, Ternyata Mama sama Bapak meskipun udah tua, tapi masih kayak pengantin baru selalu saling berbagi, memberi waktu satu sama lain, meskipun mereka juga pekerja kantoran tapi mereka selalu berbagi di saat ada waktu luang.

Aku jadi berfikir akankah Rumah tangga yang aku bangun akan seperti pernikahan Mama dan Bapak atau Mala sebaliknya.

"Ngapain ngelamun disitu?"

(suara Bapak mengagetkanku yang sedikit meninggi)

"Eh Bapak, Aku kok kayak kepergok maling aja" bathinku

"Amelia mana sayang?" Tanya Mama.

"Dirumah Ma"

"Loh kok ngak diajak sih, kalian kan pengantin baru, sering-seringlah mengajak istrimu biar kalian bisa saling mengenal satu sama lain"

"Iya Ma, tapi kayak nya Dia capek Kami baru pulang dari puncak".

"Oh dari puncak, timpal Bapak"

"Terus gimana? Udah bobol Gawang belum?"

(Aku terdiam nggak tau juga mau jawab Apa)

"Aku tau pasti belum kan?" Bapak mengintimidasi ku.

"Kamu ini Gimana sih".

"Ngak bisa kasih nafkah Batin sama istri sendiri."

"Katanya Dia belum siap Pak" Ucapku Jujur.

"kok belum siap, kan kalian udah Nikah".

(Aku hanya terdiam, nggak tau juga mau jawab apa kalau sudah begini)

"yah, udah pelan- pelan aja, mungkin Dia belum siap, kalian kan di jodohkan jadi perkenalan dulu, jangan memaksa istrimu,"

"iya, Ma, Diky akan Coba".

Sambil ngobrol dengan Mama dan Bapak, Bik Ijah datang membawa Teh hangat dan juga Cemilan, kami mengobrol dengan Ibu dan Bapak memberikan nasehat dan saran untukku, hingga aku lupa waktu jika sudah larut malam,

Sehingga aku memutuskan untuk segera pulang.

"Ma, Pa, Aku pulang yah, nanti Amel takut kalau aku terlalu lama soalnya kami belum ada pembantu".

"iya, hati-hati, jangan lupa pesan Bapak dan Ibu"

"iya Buk, Pak, Aku pamit."

Sampai dirumah aku masuk dengan hati-hati takut nanti Amel kebangun, beruntung aku punya kunci serep rumah dan kamar jadi nggak usah neko-neko bangunin Amel yang pasti sudah dialam mimpi.

***Sampai dikamar kuliat Amel sudah tidur pulas dengan pakaian lengkapnya***.

Aku membuang nafas, mau sampai kapan seperti ini terus.

Kuputuskan kekamar mandi untuk membersihkan diri lalu menyusul untuk tidur, walaupun kami belum melakukan penyatuan tapi Amel tidak perna masalah jika kami tidur bersama.

Pagi hari aku terbangun, dan tak temukan Amel disampingku,

"mungkin Dia sudah bangun.

Bathinku

Aku bergegas mandi dan Bersiap ke kantor hari ini ada rapat penting.

Saat sudah rapi Aku kedapur untuk mengambil air dan ternyata Amel sedang menyiapkan sarapan.

" Dek, masak apa?"

"Nasi goreng kak, sama telor ceplok, aku belum belanja soalnya, Kakak mau?"

"Iya deh, hari ini Aku harus masuk kerja, nanti kalau sudah pulang aku antar belanja ya"

"Aku berangkat sendiri aja kak, nggak apa- apa kok"

"benar ngak apa-apa?"

" iya, nggak apa-apa"

"yaa udah, kamu hati-hati, mungkin aku agak sore pulangnya atau malam soalnya banyak laporan yang harus kuperiksa, kalau kamu takut dirumah kamu bisa jalan-jalan."

"nggak kok kak, aku dirumah aja".

"yahh udah kalau gitu, aku berangkat ya"

Diky akhirnya berangkat setelah pamit pada Amel,

dan setelah kepergian sang Suami, Amelia masuk kamar dan bersiap-siap untuk pergi belanja untuk mengisi kulkasnya yang masih kosong.

Karena tidak bisa mengemudi akhirnya Dia pergi dengan naik angkot, takutnya kalau naik motor Mala tambah panas dan barang belanjaan mau ditarok dimana?

Amel memilih pasar tradisional untuk belanja, katanya harganya tidak terlalu menguras kantong, dan sudah menjadi kebiasaannya waktu masih tinggal bersama kedua orang tuanya dikampung.

Yah Dia memang bukan dari keluarga Kaya Raya seperti Suaminya.

Saat selesai belanja ia memutuskan untuk pulang, tentu dengan naik angkot lagi.

Sampai dirumah dengan dibantu Sopir angkot Dia menurunkan barang belanjaannya yang lumayan banyak. Diapun lanjut menyusunnya Dalam Kulkas.

"Karna Kak Diky pulang nya Sore lebih baik aku mandi dulu sebelum Memasak, Gerah juga kepasar naik angkot"

Akhirnya Amelia memutuskan untuk mandi sebelum Memasak untuk sang Suami.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!