Arga dengan segera membawa Lea kerumah sakit, sepanjang jalan Ia terus mengajak Lea untuk berbicara agar tak pingsan. Namun Lea yang sudah kehilangan banyak darah, harus kehilangan kesadaran nya.
Dokter telah mengobati Lea, hingga Lea di pindahkan ke ruang inap. Arga masuk ke ruangan dokter dan duduk di hadapan nya.
"Bagaimana keadaannya?" tanya Arga pada sang dokter.
"Karena benturan yang keras, pasien mengalami gegar otak ringan. Mungkin untuk beberapa hari, harus menginap di rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut" ucap Dokter membuat Arga mengepalkan tangannya.
Arga keluar dari ruang dokter, dan perlahan melihat Lea dari balik kaca pintu ruangan itu. Ia menatap khawatir ke arah Lea, entah apa yang terjadi Arga tak ingin kehilangan Lea walaupun Arga sangat tak menyukai adiknya itu.
Arga mengambil ponselnya dari saku dan menghubungi seseorang.
"Halo! Gua minta bantuan kalian, tolong urus dua orang di video yang Gua kirim" ucap singkat Arga yang kemudian mematikan panggilannya.
Arga masuk kedalam kamar Lea, terlihat Lea yang masih tertidur akibat dari efek obat bius nya. Arga mengusap lembut pucuk kepala Lea, Ia tak menyangka akan secemas ini takut kehilangan Lea.
"Gua benci Lo! Tapi kenapa Gua takut kehilangan Lo" ucap Arga dengan mengusap tangan Lea.
Kring....Kring....
Bunyi telepon Arga kembali berbunyi, Arga tak berniat mengangkat panggilan itu. Namun itu panggilan dari perusahaan, mau tak mau Arga mengangkat telepon itu.
"Saya ke sana sekarang juga" ucap Arga yang kemudian mematikan panggilan nya.
Arga melihat ke arah Lea yang masih tertidur, tak tega rasanya meninggalkan Lea sendiri di rumah sakit. Arga pun menghampiri Lea, dan mengecup lembut kening Lea yang tertutup oleh perban. Arga pergi meninggalkan Lea, namun Arga telah membayar seorang perawat untuk menjaga Lea.
...****************...
"Jadi mau kita apain dua gadis ini?" tanya Derren kepada kedua temannya itu.
"Sebenarnya apa yang kalian lakukan hingga menyinggung Arga?" tanya Gio kepada dua gadis di hadapan nya itu.
"Seperti biasa, lakukan dengan cepat dan tanpa ampun" ucap Vino sembari membawa sebuah cambuk.
Plak!! Plak!!!
Satu persatu suara cambukan terdengar, namun kedua gadis itu hanya bisa meringis kesakitan karena tubuh mereka yang di ikat.
"Sudah cukup! Langsung buang ke pinggir kota aja" ucap Derren yang langsung meminta pengawalnya untuk mengirimkan kedua gadis itu ke tempat yang seharusnya tak perlu di tinggali. Karena tempat itu lebih mengerikan daripada medan perang.
Kedua gadis itu memohon dengan tatapannya, namun dengan cepat kedua gadis itu di bereskan oleh Derren dan kedua temannya.
Ckling....
Sebuah pesan masuk di ponsel Derren, Ia melihat pesan itu dan kemudian berpamitan pergi kepada Gio dan juga Vino. Derren melajukan mobilnya hingga berhenti di sebuah rumah sakit. Ia melangkah masuk hingga berhenti di depan pintu ruang rawat inap. Terlihat seorang gadis yang sedang makan dengan di suapi oleh suster. Derren membuka pintu kamar itu membuat gadis itu menoleh ke arahnya.
"Uhuk! Kak Derren. Kenapa Kakak bisa di sini?" tanya gadis itu.
"Lea Michelle! Ternyata Lo emang adiknya Arga?" tanya Derren yang kini mengambil bubur dari tangan suster, sang suster pun pergi dari ruangan itu.
"I...iya" jawab Lea gugup karena kini Derren sedang menatap nya tanpa ekspresi.
"Santai aja, Gua temennya Arga. Dia lagi kerja, nitipin Lo ke Gua" ucap Derren sembari mengulurkan sesendok bubur untuk Lea.
Namun Lea masih terdiam mencerna apa yang di katakan oleh Derren barusan.
"Aaa... Buka mulut!" ucap Derren membuat Lea tersadar dari lamunan nya.
"Ee...Aku bisa sendiri Kak" ucap Lea yang ingin mengambil alih bubur itu.
"Udah, Lo itu lagi sakit. Gak usah banyak gerak" ucap Derren yang dengan begitu membuat Lea mau membuka mulut nya.
Derren menyuapi Lea hingga bubur di mangkok itu habis, yang kemudian setelah itu Ia juga membantu Lea untuk meminum obatnya.
"Pait...hiks..." Lea menangis seperti anak kecil ketika ia telah berhasil menelan obatnya.
"Udah udah, nih minum air lagi" ucap Derren yang kembali mengambil kan air ke dalam gelas.
"Tetap pait...Hiks..." kini Lea menjulurkan lidahnya karena tak tahan dengan rasa pahit itu.
Dam!
Seperti terhantam benda keras, seketika detak jantung Derren menjadi tak beraturan.
"Gila! Nih cewek kenapa sangat menggoda gini" gumam Derren dalam hati. Ia mencoba menahan rasa malunya, tetapi wajah merah nya tak bisa ia tutupi.
"Udah! Gak usah cengeng! Udah sebesar ini masih susah minum obat!" sentak Derren yang seketika membuat Lea terdiam, dan perlahan memasukkan kembali lidahnya.
"I...Iya maaf" ucap Lea yang merasa takut karena di bentak oleh Derren.
Derren terdiam sejenak melihat Lea yang meringsut ketakutan karena ucapannya tadi. Derren tak menyangka dengan sedikit nada tinggi bisa membuat Lea menjadi takut.
"Nih, makan permen biar gak pait" ucap Derren memberikan sebuah lolipop untuk Lea.
Lea menatap ragu ke arah Derren perlahan tangannya hendak mengambil permen itu, namun terhenti oleh seseorang yang memegang tangannya.
"Gigi Lo baru sembuh, gak boleh makan permen!" ucap Arga yang tiba-tiba sudah berada di dalam ruangan itu.
"Ehh, Udah pulang Lo?" ucap Derren ketika melihat Arga di belakang nya.
"Iya, Thanks udah bantu jagain Dia" ucap Arga sembari menunjuk Lea dengan tatapannya.
"Gimana soal yang Gua minta kalian lakukan?" tanya Arga dengan penuh teka teki.
"Udah beres, seperti biasa" ucap Derren dan kini berpindah duduk di sofa bersama Arga.
Arga mengeluarkan buah-buahan yang ia beli sebelum ke rumah sakit. Ia mulai duduk dan mengupas buah apel.
"Lo kenapa gak pernah bilang kalau Lo punya adik?" tanya Derren membuat kegiatan Arga berhenti.
Lea pun menoleh ke arah dua laki-laki itu.
"Kak Arga gak pernah suka Aku, wajar jika Kak Arga gak pernah ceritain Aku ke teman-temanya" gumam Lea dalam hati.
"Gua udah di sini, Lo bisa pergi sekarang" ucap Arga yang kembali mengupas buah.
"Dih! Ngusir Gua?" ucap Derren sedikit kesal karena Ia masih ingin melihat Lea.
"Bukanya Lo tadi bilang mau makan malam sama keluarga Lo, karena itu Gua pulang cepat" ucap Arga yang membuat Derren segera melirik jam di tangannya.
"Gila!! Kenapa Lo gak bilang, Bisa di marah Mama Gua nih kalau telat!" ucap Derren yang segera membereskan tas nya.
"Gua pulang dulu" ucap Derren sembari mengambil satu apel di depan Arga. Namun sebelum keluar dari ruang itu, Derren menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang.
"Cepat sembuh ya!" ucap Derren membuat Lea seketika menatap nya.
Derren kembali berjalan keluar, Lea melihat punggung Derren yang berlalu pergi. Namun kini Arga yang menatap tajam ke arah Lea.
"Cih! Baru ketemu sehari udah mau ambil adek Gua!" kesal Arga dalam hati.
"Nih makan apel biar gak pahit lagi!" ucap Arga memberikan sepiring potongan apel buat Lea.
"Makasih Kak" ucap Lea yang menerima apel itu dengan senyuman manisnya.
Lea senang sekali, Ternyata walaupun Arga selalu tak menyukainya. Arga masih peduli kepada nya, dan ini sudah lebih dari cukup untuk hati kecil Lea yang selalu takut sendiri karena tak lagi mempunyai kedua orang tua nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
miyura
lanjut othor semangat
2023-09-27
0