Alina terduduk dibawah ketika semua orang berkumpul memperhatikannya. Agung yang jelas berada didekatnya bergerak menjauh seakan-akan tidak ingin ikut campur dalam urusan ini. Alina yang melihat Agung yang menjauh jelas kecewa dengan rekan kerjanya itu. Jika saja Agung lebih erat memegang lukisan ini, maka meskipun tangannya sedikit tergelincir efeknya tidak akan separah ini.
"Sekarang gimana? kamu harus tanggung jawab." Baskara tidak dapat menyembunyikan kemarahannya.
"Saya minta maaf Pak, saya tidak sengaja melakukannya ... " ucap Alina lemah.
Melihat keadaan pesta yang seketika menjadi gaduh, Rose meminta pengawalnya membantu Alina berdiri dan membawanya kebelakang. Sementara itu beberapa staff yang lain mencoba menenangkan para tamu undangan yang kebingungan dengan apa yang terjadi.
Perut Alina yang sakit tadi tiba-tiba hilang berganti dengan kecemasan dan ketakutan. Sebagai pelayan part time Alina tidak memiliki seseorang yang bisa melindunginya. Agung saja pergi menjauh dan tidak mau terbawa kedalam masalah ini.
Di belakang, bos nya sudah menatap tajam Alina begitu pun beberapa pelayan yang lain tidak ada yang berani membantunya. Keluarga Miller jelas memiliki kuasa yang membuat semua orang tidak ada yang berani berkutik.
Alina di dudukan di salah satu kursi. Baskara menghampirinya masih dengan amarah. Tuan Miller tidak ada disana karena sibuk menjelaskan apa yang terjadi kepada koleganya yang datang. Disana hanya ada Baskara, Alina, Rose ibunya Baskara dan beberapa pengawal.
Sesekali Rose memperhatikan wajah Alina yang sudah sangat pucat. Sedari tadi wajahnya memang sudah pucat, tetapi keadaan sekarang semakin memperparah keadaannya. Rose lalu memberikan selembar tisu kepada Alina untuk menyeka keringatnya.
Alina sama sekali tidak menangis, mungkin ketakutannya membuatnya bahkan tidak bisa mengeluarkan air mata. "Sekarang kamu harus bertanggung jawab ... ganti semua kerugian saya," ucap Baskara dengan nada tinggi mengontrol emosinya.
"Ta-tapi saya tidak memiliki uang untuk menggantinya," tunduk Alina.
"Pokoknya harus kamu ganti, saya tidak mau tahu."
"Mau kamu memelas seperti itu, saya tetap tidak akan membiarkan kamu lepas dari tanggung jawab," tegas Baskara.
Keadaan berubah hening. Alina yang merasa bersalah masih saja tertunduk lesu. Bosnya yang juga ada disana tidak bisa berbuat apa-apa, sedangkan Agung? pria pengecut yang tidak mau mengakui kalau dirinya juga memiliki andil pada kejadian ini hanya berdiri memperhatikan Alina dari kejauhan.
"Oke gini aja ... kamu saya pekerjakan sebagai pelayan di kantor workshop saya."
"Tapi, tidak dibayar ... sebagai bentuk ganti rugi kamu ke saya, gimana?" tanya Baskara.
Alina tahu bahkan meskipun Baskara terdengar bertanya padanya, tetapi ini adalah sebuah perintah darinya. Alina tidak punya pilihan lain selain menyetujuinya. Sudah untung Baskara tidak membawa kejadian hari ini ke pihak yang berwajib, meskipun Alina tahu Baskara bisa saja melakukan itu.
"Iya Pak, saya mau."
Baskara lalu kembali kedepan, dirinya tidak mau semakin membuat tamu-tamunya bingung karena pergi terlalu lama. Meninggalkan Alina yang masih terdiam, tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Sepeninggal Baskara, beberapa teman Alina baru bisa menghampirinya.
Kalau aku kerja tanpa dibayar, gimana caranya bisa bayar kuliah.
Sekarang yang lebih penting yaitu bagaimana nasibnya nanti. Tidak pernah terbayangkan dirinya akan masuk kedalam keluarga Miller dengan cara seperti ini. Selain itu Baskara bahkan tidak memberitahunya sampai kapan ia harus bekerja dengannya tanpa dibayar.
Berusaha profesional Alina pun kembali melanjutkan pekerjaannya. Alina pergi ke kamar mandi sebentar untuk merapikan keadaannya lalu segera kedepan menyajikan minuman kepada para tamu.
Alina harus berusaha baik-baik saja, karena jika tidak bisa saja dirinya tidak dibayar. Bertepatan hari ini masa kontrak part time nya berakhir. Alina tidak mau jika masalah tadi membuatnya tidak dibayar, padahal sudah hampir enam bulan dirinya bekerja.
Beberapa tamu yang hadir satu persatu mulai meninggalkan aula pesta. Kini hanya kerabat dan kolega terdekat yang masih ada disana. Mereka masih sibuk mengobrol dan tertawa bersama.
Melihat apa yang tadi terjadi dengan keadaan sekarang Alina dibuat heran. Apakah seperti ini gaya kehidupan konglomerat? setelah menekan dan membuat seseorang merasa ketakutan sekarang mereka masih bisa mengobrol seraya tertawa seperti tidak terjadi apapun.
Bahkan lukisan yang dipermasalahkan tadi hanya dibiarkan di sudut aula. Keluarga seperti ini yang akan Alina hadapi kedepannya. Entah untuk berapa lama. Alina harus menguatkan dirinya dengan kemungkinan yang akan terjadi setelah ini.
"Ayah ... Alina harus apa sekarang?" tanya Alina kepada dirinya sendiri.
Didepan pintu terlihat Rose sedang berbicara dengan seseorang. Mereka terlihat akrab, bahkan lelaki itu memeluk Rose erat dan mengelus hangat tubuh wanita itu. Lelaki itu pergi meninggalkan Rose yang kemudian berbalik dan melihat Alina sedang memperhatikannya.
Dengan senyuman Rose berjalan mendekati Alina. "Nama kamu siapa?" tanya Rose hangat.
"Saya Alina," jawab Alina sungkan.
"Tidak perlu sungkan, kedepannya kita akan sering ketemu."
"Kantor workshop Baskara itu masih di wilayah rumah kami, jadi tante sering mondar mandir kesana," ucap Rose.
Sangat berbeda dengan aura yang diberikan Baskara dan ayahnya. Rose lebih hangat dan banyak tersenyum. Alina bahkan heran bagaimana bisa wanita ini bersama dengan dua lelaki yang sangat kontras dengannya.
Pulang ke rumah dengan tubuh dan pikiran yang lelah, Alina berharap disambut dengan hangat oleh ayahnya. Sayangnya pintu rumah masih terkunci rapat, dan rumah dalam keadaan gelap. Sepertinya lagi-lagi ayahnya menginap di kantornya.
Sedikit menyeret tubuhnya yang berat karena kelelahan. Alina meletakan barang-barangnya di kursi dan menyalakan televisi. Alina kemudian berjalan ke dapur untuk mengambil segelas air lalu melemparkan tubuhnya ke atas sofa.
Ponselnya tiba-tiba ramai dengan notifikasi dari teman kampusnya yang melihat akun berita yang sedang trending. Ternyata berita tentang dirinya di pesta tadi. Seluruh temannya mengiriminya pesan menanyakan apa yang terjadi.
Sama sekali tidak bertenaga untuk membalasnya, Alina melemparkan ponselnya dan pergi ke kamar mandi. Guyuran air membawa keletihan tubuhnya pergi sejenak. Rasanya sekujur tubuhnya remuk, hari ini adalah hari paling sibuk dan paling tidak terduga di hidupnya.
"Baskara ... kamu berasa paling hebat hah!"
"Mentang-mentang punya kuasa bisanya menekan orang kayak gitu?"
"Laki bukan? bisanya manfaatin power orang tua."
Alina melupakan kekesalannya di kamar mandi. Sejak tadi dirinya tidak berani mengatakan apapun. Baru sekarang Alina berani mengatai Baskara yang memarahinya bahkan menjadikannya pelayannya.
Merasa lebih segar karena sudah mandi dan berhasil melupakan emosinya, Alina mencari sesuatu yang bisa di makan. Sejak tadi Alina tidak makan apapun dan kini cacing di perutnya ramai menagih sang tuan memberi mereka makan.
"Bentar ... tadi dia siapa ya? sepatunya familiar, perawakan bawahnya juga kayak kenal."
Alina masih tidak bisa melupakan seseorang yang dilihatnya tadi. Alina memang tidak sempat melihatnya dengan jelas, tetapi dirinya yakin jika ia pernah melihat orang yang sama di suatu tempat. Siapa ya dia?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments