Setelah mempersilahkan Alina untuk masuk, Rose menemaninya berkeliling. Sejak pertama bertemu Rose terlihat menyukai Alina. Diluar dari akibat kejadian kemarin, Rose tidak benar-benar menyalahkan Alina. Rose mengerti jika itu adalah murni kecelakaan.
"Ga usah sungkan ayo sini," kata Rose sembari tersenyum dan meraih tangan Alina.
"Kalo boleh tahu Baskara nya kemana ya Bu?" tanya Alina sungkan.
"Baskara kayaknya masih tidur, dari tadi belum kelihatan."
Meskipun terdengar seperti pembicaraan biasa, Alina merasa sangat tidak nyaman. Mungkin karena kehadiran orang asing sepertinya, kemana pun mereka pergi selalu ada pengawal dan pelayan yang mengikuti mereka.
Alina terus celingukan melihat ke seluruh sisi rumah mewah ini. Hanya terlihat beberapa pelayan dan pengawal yang mondar-mandir disana. Melihat Alina celingukan seperti itu Rose hanya bisa tertawa.
"Aneh ya?" tanya Rose kepada Alina yang kebingungan.
"Disini cuma ada keluarga Ibu aja?" tanya Alina penasaran.
"Kalo keluarga ini malah seringnya cuma bertiga ... itu pun kalo Bas engga diem di paviliun belakang."
Jujur bukan hanya didiami oleh keluarga inti saja suasana dirumah itu terasa aneh, tapi memang ada suasana berbeda dari rumah pada umumnya. Disana terasa dingin dan misterius. Banyak ruang-ruang dan lorong yang entah akan membawa kemana orang yang melaluinya.
Alina kemudian diajak oleh Rose ke area belakang yang tidak kalah besarnya. Disana terdapat sebuah paviliun yang menghadap langsung ke kolam ikan besar. Paviliun itu adalah tempat yang biasa ditinggal Baskara, termasuk kantor workshopnya.
Nantinya Alina akan banyak berada disana. Sebagai pelayan yang ditunjuk khusus oleh Baskara untuk bekerja di kantor workshopnya, Alina tidak ada pilihan lain selain ada disana. Areanya cukup terisolir karena posisinya dibelakang rumah mewah ini.
Rose mencoba bertanya kepada pengawal pribadi Baskara apa anak itu sudah bangun. Tidak sabar menunggu jawaban pengawal itu, Rose pun menerobos masuk kedalam. Alina yang tidak berani, memutuskan untuk menunggu diluar.
Alina menyapa pengawal pribadi Baskara itu. Kedepannya mereka juga pasti akan banyak bertemu. "Halo Pak, saya Alina ... " ucap Alina memperkenalkan diri. Namun, pengawal itu hanya tersenyum dan sedikit menganggukan kepalanya.
Orang-orang dirumah ini kenapa sih? kayaknya ga ada yang cerah ceria ... cuma Bu Rose doang.
Setelah beberapa saat ada didalam, Rose pun keluar dan mengajak Alina kembali kedalam saja. Terlihat jelas dari raut wajahnya yang tidak terlihat baik. Entah apa yang terjadi didalam, hanya Rose dan Baskara yang tau.
Rose meminta Alina untuk menginap hari ini. Karena tidak terasa hari sudah sore, dan tidak banyak kendaraan umum yang lewat sana. Antara tidak banyak atau memang tidak ada sama sekali. Alina berencana akan menanyakannya nanti.
Salah satu pelayan disana kemudian mengantarkan Alina menuju salah satu kamar kosong disana. Para pelayan disana hampir semuanya tinggal disana, mungkin hanya pengawal dan beberapa pelayan laki-laki yang biasa pulang ke rumahnya.
Sehingga disana memang disediakan wilayah khusus sebagai kamar bagi para pelayan yang tinggal disana. Posisinya tidak bersatu dengan rumah inti. Namun juga tidak begitu jauh seperti paviliun tempat tinggal Baskara.
Sesampainya di kamarnya, Alina langsung menghubungi ayahnya dan Tari sesuai janji. Alina memberi kabar jika dirinya akan menginap hari ini. Rasanya sudah banyak yang ingin ia ceritakan kepada Tari. Bahkan belum 24 jam dirinya ada disana, tetapi semua keanehan disana ingin segera Alina ceritakan pada sahabatnya.
Rose meminta Alina berkumpul bersama saat makan malam nanti untuk mengenalkannya kepada semua orang. Jujur Alina tidak terbiasa dengan kebiasaan yang ada dirumah ini. Sesi perkenalan terdengar sangat formal bagi dirinya.
"Tegang banget, nanti pake baju apa ya? aduh Tari ... kalo aja ada dia aku ga bakal se tegang ini." Alina berbicara sendiri di kamar.
Malam pun tiba. Terdengar suara riuh beberapa orang dari balik pintu kamarnya. Sepertinya acara makan malam akan segera dimulai sehingga pelayan disana mulai sibuk mempersiapkannya. Tuan Miller cukup selektif terhadap makanannya sehingga mereka harus lebih berhati-hati.
Sudah sekitar satu bulan ini Tuan Miller rutin makan malam dirumah. Karena kesibukannya biasanya dirinya selalu melewatkan makan malam bersama keluarganya. Bahkan sekedar pulang ke rumah pun tidak.
"Ada yang bisa Alina bantu Mba?" tanya Alina kepada salah satu pelayan.
"Boleh ... bisa bawakan piring-piring itu ke depan? sekalian disusunkan aja." Pelayan itu kemudian kembali ke dapur.
"Seharusnya bawa piring doang ga susah kan ya ... ayo Al, pasti bisa," ucapnya sendiri.
Nyatanya piring-piring yang harus dibawanya cukup berat. Alina sempat kesulitan membawanya, terutama karena jaraknya ke ruang makan cukup jauh. Mungkin untuk pelayan yang lain ini hal yang biasa, tetapi tidak untuk orang baru seperti Alina.
Tangannya mulai bergetar karena menahan beban beratnya piring yang dibawanya. Ketika hampir saja genggamannya tergelincir, ada tangan seseorang yang menahan piring itu agar tidak terjatuh. Alina kemudian melihat siapa yang membantunya.
"Kebiasaan banget sih." Suara lelaki itu terdengar familiar, tetapi yang pasti ini bukan suara Baskara.
Ternyata dia adalah lelaki yang masuk bersamanya tadi siang. Anak lelaki Bu Rose yang lain. Lelaki itu kemudian menggantikan Alina membawa piring-piring itu ke atas meja. Dia juga menata semua piring ditempatnya masing-masing.
Meskipun raut wajahnya terlihat cemberut dan tidak ingin melakukan itu. Namun, kedua tangannya masih bergerak cepat menata piring-piring itu. Alina terpaku melihat lelaki itu disana. Tiba-tiba pundaknya ditepuk oleh Rose yang kemudian menyuruh Alina untuk duduk.
Meja makan panjang itu terbagi menjadi dua wilayah yang berbeda. Di sisi kanan khusus untuk anggota keluarga inti yaitu Tuan Miller, Ibu Rose dan kedua anak mereka. Sedangkan di sisi yang lain untuk kepala pengawal, kepala pelayan dan staff yang terkadang ikut makan malam dengan mereka.
Alina mulanya kebingungan dimana dirinya harus duduk. Dengan ramah Rose mengarahkan Alina untuk duduk di sisi kiri bersama dengan kepala pelayan dan kepala pengawal. Alina sendiri tidak tahu kenapa dirinya harus ikut duduk dengan mereka.
Namun seperti biasa, Alina tidak punya pilihan lain selain mengikuti arahan dari Bu Rose. Makanan mulai disajikan. Satu persatu kursi mulai terisi. Akhirnya Alina melihat Baskara yang sejak kedatangannya bahkan tidak sekalipun saling bertemu.
Baskara menyapa hangat ibunya dan adiknya Arkana yang sudah duduk sejak tadi terlihat sibuk dengan tablet nya. Tidak lama semua orang yang duduk bangun dari tempat duduknya kecuali Rose, Baskara dan Arkana. Mereka menyambut Tuan Miller yang datang bersama pengawal pribadinya yang juga mengambil posisi duduk disamping Alina.
Ternyata begini suasana makan malam dirumah keluarga konglomerat. Suasana nya sangat canggung dan formal, tidak seperti suasana makan malam Alina dirumahnya.
Makan malam pun dimulai. Di sela-sela makan Tuan Miller menyadari kehadiran Alina. "Kamu yang kemarin rusakin lukisan Baskara kan?" tanyanya spontan membuat semua orang terdiam.
Alina yang kebingungan hanya menjawab dengan suara pelan, "Iya Pak."
"Mulai hari ini dia jadi pelayanku di paviliun Pah," ucap Baskara kepada ayahnya.
"Bawa baju ganti kan? kamu pulang satu bulan sekali aja ... jangan bolak balik, repot."
Bahkan sebelum Alina bertanya, Baskara sudah memperjelas semuanya sekarang. Entah bagaimana tetapi semua pelayan disana tampak hanya terdiam dan kaku. Mungkin karena ada Tuan Miller disana semua orang jadi lebih berhati-hati.
"Tau jalan pulang juga kamu, Ar." Tiba-tiba terucap kata-kata seperti itu dari Tuan Miller.
Arkana hanya diam dan tidak menanggapi perkataan ayahnya. Rose yang melihat itu kemudian mencoba mencairkan suasana yang mulai tidak enak.
"Sudah lama kan kita ga makan bersama seperti ini, ayo jangan terlalu formal dong," ucap Rose hangat kepada semua orang.
"Saya bertanya kepada anak kamu, tapi dia memilih tidak menjawab ... apa itu sopan?" tanya Tuan Miller kepada Rose menyindir Arkana.
Arkana meletakkan sendoknya dan berhenti makan, kemudian menatap tajam ayahnya. Tampak mengatur emosinya. Alina yang melihat itu dari jauh, menjadi penasaran dengan apa yang terjadi diantara hubungan ayah dan anak ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Mukmini Salasiyanti
wowwwwwww
2023-10-31
1