Pernikahan kedua orangtuanya telah usai. Kini pasangan pengantin usia paruh baya itu berlangsung meriah di hotel milik tuan Franco. Kini acara pesta itu dilanjutkan dengan acara dansa.
Sebagai gadis culun, tentu saja acara seperti itu tidak begitu disukai oleh Carine. Ini Dia lebih memilih menyendiri di kamar hotel yang sudah disiapkan pihak hotel untuk kelurga pengantin.
Bahkan Carine sudah mengenakan piyama tidur dengan melepaskan semua atribut penyamarannya dan menjadi dirinya sendiri.
Kecantikan gadis ini benar-benar terlihat begitu mempesona. Matanya yang indah berwarna biru dipadu hidung mungil dengan iris tebal dibuat teratur. Kulit mulus dengan dagu lancip dan membuatnya makin mempesona adalah bibirnya yang sensual berwarna pink segar.
Ting...tong....
Carine segera membuka matanya yang baru saja terpejam. Ia segera beringsut turun dari tempat tidurnya untuk melihat siapa yang mendatangi kamarnya.
"Apakah itu mommy?" tebaknya namun juga sedikit ragu. Carine mengintip celah pintu untuk melihat tamunya.
"Astaga...! Kenapa berandal itu harus ke kamarku?" umpat Carine terlihat gugup karena ia tidak lagi mengenakan atribut penyamarannya.
"Dia mau apa? Bukankah tadi dia bersama dengan kekasihnya? Kenapa harus mencariku? Ah..! lebih baik tidak usah ditanggapi. Tidak ada untungnya bicara dengan berandal sialan itu."
Carine memilih tidur lagi dan mengabaikan Orlando yang mengulangi memencet bel pintu kamarnya beberapa kali untuk memanggilnya.
"Apakah si culun itu sudah tidur? Kenapa dia meninggalkan aku dilantai dansa? padahal aku ingin sekali mengajarinya untuk berdansa. Siapa tahu gadis perawan itu tidak pernah mengenal satu pria manapun yang mengajaknya dansa apa lagi tidur."
Orlando menyeringai licik saat mengingat pria bodoh mana yang akan mencium bibir gadis menjijikkan seperti Carine.
"Aku akan membuatmu menderita hingga ibumu akan meminta daddyku menceraikannya," batin Orlando penuh rencana. Pria tampan ini kembali lagi ke kamarnya karena ia juga jenuh mengikuti pesta pernikahan ayahnya.
Keesokan harinya, Franco mengajak istri barunya bersama anak tirinya ke mansion mewah miliknya. Rumah yang terlihat indah itu berada di dekat daerah pesisir pantai.
"Sayang.Mulai sekarang apa yang aku miliki akan menjadi milik kalian juga. Jangan pernah sungkan untuk melakukan apapun disini termasuk meminta pelayan untuk membantu apa yang kalian butuhkan.
Aku sudah meminta mereka melayani kalian berdua sama halnya mereka melayani aku dan Orlando. Kalian paham?" ucap tuan Franco pada Adeline dan putrinya Carine.
"Terimakasih sayang. Aku mencintaimu..!" ucap nyonya Adeline mengecup bibir suaminya.
Barang-barang mereka dibawa oleh pelayan. Franco mengantar Carine untuk menempati kamar yang cukup luas dengan few menghadap ke arah pantai.
"Ini kamarmu sayang. Semoga kamu menyukainya," ucap tuan Franco seraya membuka pintu kamar milik putri tirinya itu.
"Terimakasih paman...oh sorry, daddy," ralat Carine tersenyum canggung membuat tuan Franco dan nyonya Adele tersenyum geli.
"Tidak apa sayang. Kamu sedang belajar menerimaku sebagai ayahmu," ucap tuan Franco memaklumi sikap Carine padanya.
"Terimakasih daddy. Boleh aku istirahat?" pamit Carine.
"Silahkan....! Tapi, setengah jam lagi kita akan malam bersama sebagai keluarga," ucap tuan Franco sambil merengkuh pinggang istrinya meninggalkan Carine yang langsung menutup pintu kamarnya.
Baru saja Carine menutupi pintu kamarnya, tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamarnya lagi membuat ia harus membukanya lagi.
Deggg....
"Kau...! Mau apa ke kamarku?" ketus Carine berusaha mendorong pintu kamarnya, namun separuh tubuhnya Orlando sudah berada diantara daun pintu.
"Aku ingin bicara sesuatu denganmu. Ijinkan Aku masuk." Orlando mendorong pintu kamar Carine hingga terbuka lebar.
"Kau mau apa?" tanya Carine jengah.
Orlando menghempaskan tubuhnya ke kasur empuk milik Carine yang belum merasakan kenyamanan kasur barunya itu dengan interior kamar layaknya kamar hotel bintang lima. Carine memilih duduk di sofa menunggu omong kosong apa yang akan disampaikan Orlando padanya.
"Katakan..! Apa yang kamu inginkan..? Aku mau mandi," ucap Carine memberi alasan.
"Kamu mandi tidak mandi sama saja. Wajahmu tetap terlihat menjijikkan," batin Orlando.
"Aku ingin mengajakmu ke tempat tongkrongan teman-temanku. Aku harap kamu mau ikut agar mereka bisa mengenalimu sebagai adik tiriku," ucap Orlando.
"Tidak bisa. Aku punya pekerjaan sendiri. Aku tidak perlu mengetahui siapa teman-temanmu yang tidak penting itu," ucap Carine.
"Ayolah. Siapa tahu ada yang naksir kamu di sana..!" desak Orlando setengah memaksa.
"Aku tidak punya impian untuk mendapatkan kekasih. Tolong tinggalkan kamarku...!" usir Carine.
"Apakah kamu lesbi?" ledek Orlando.
"Itu sangat menjijikkan. Otakku masih waras dan aku tidak punya orientasi se*sual seperti dugaanmu," ketus Carine dengan nafas tersengal.
"Kalau begitu. Ikutlah denganku...! Atau Aku akan tidur di sini denganmu untuk memastikan kamu wanita normal atau tidak," lagi-lagi Orlando mengejek Carine.
"Baiklah. Usai makan malam aku ikut denganmu, anak manja!" memutar mata malas dengan wajah terlihat suntuk.
"Bagus. Aku tunggu."
Orlando meninggalkan kamar Carine dengan senyum miring. Entah apa yang sedang direncanakan oleh Orlando pada Carine yang masih harus bersabar pada pria menyebalkan ini.
"Hufftt...!" menghembuskan nafas kasar ke atas hingga poni rambutnya sedikit bergerak melayang.
...----------------...
Satu jam kemudian, Carine sudah siap dengan mengenakan celana jins biru dongker ketat dibalut kaos hitam dengan potongan leher rendah hingga memperlihatkan leher jenjang yang sangat mulus dan dada sekang terlihat begitu menonjol.
Rambutnya sengaja di gulung dengan jaketnya sengaja di tenteng di lengannya. Sepatu boot coklat dan tas selempang hitam bertengger di pinggang rampingnya.
Tok...tok...
Pintu kamar dibuka dan terlihatlah tampang Orlando yang membuat jantung Carine berdegup kencang saat melihat pesona pria tampan ini yang selalu melulu lantahkan jiwa mudanya namun segera ditepisnya.
Begitu pula dengan Orlando yang hampir tak berkedip memindai penampilan Carine yang tidak pernah ia melihat sebelumnya sekeren malam ini walaupun Carine masih menyamar sebagai gadis culun.
"Astaga...! Tubuhnya sangat indah bahkan mengalahkan model papan atas. Sayang sekali tubuh indah ini tidak didukung dengan wajah yang cantik," sesal Orlando.
"Apakah kita jadi berangkat?" tanya Carine membuyarkan Orlando yang sempat melamun dengan fantasi liarnya.
"Hmm...!"
Carine berjalan mendahului Orlando yang memperhatikan bokong indah milik Carine yang langsung membangkitkan ular berbisa yang langsung tegak mengacung mengeras di balik celana jeans miliknya.
"Sial....! Kenapa gadis ini membuat aku jadi gagal fokus? Kalau tampilannya seperti ini, bisa-bisa teman-temanku akan melecehkannya," ucap Orlando antara cemburu atau perhatian layaknya seorang saudara tiri.
"Tunggu...! Jangan pakai jaket...! Pakai mantel saja...!" pinta Orlando terlihat posesif.
"Ini bukan musim dingin. Untuk apa harus pakai mantel," protes Carine.
"Ikuti perintahku karena aku adalah kakakmu. Aku tidak mau ada yang memanfaatkan keluguanmu jika kamu berpenampilan seperti itu," ujar Orlando dengan wajah datarnya.
"Jaketku cukup panjang untuk menutupi bokongku. Jadi, jangan cemaskan aku karena aku bisa menjaga diriku," cuek Carine langsung menuruni anak tangga.
Keduanya sudah berada di dalam mobil menuju ke tempat pesta yang diajak Orlando di mana tempat gengnya selalu berkumpul.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Uthie
suka niii 👍😁
2023-09-27
1
Dewi Anggya
baru liat body luar aja udh berontak tuh yg ddlm ... apalagi klo tau adik tirimu syantiiiiiik 😂😂😂🤭
2023-09-09
1
Nana
baru lihat bodi'y si Abang udah posesif.....apalagi lihat wajah cantik'y bisa" di kurung gk boleh keluar 🤭
2023-09-09
1