Waktu yang berlalu memang tidak bisa dihentikan atau diputar ulang. Karena itu berhati-hatilah dengan setiap langkah yang kamu ambil. Itu adalah pesan Bunda padaku, karena pesan bunda itu ak merubah semua tujuanku. Aku memang hobi seni ,tapi aku tidak yakin akan menggantungkan masa depan di sana.
Karena itu aku putuskan untuk mengambil teknik sipil di UGM, serta teknik elektro di UII. Keluargaku hanya bunda yang tahu aku mengambil program double major, karena itu bunda suka memberikan uang lebih padaku. Untuk memudahkan kegiatanku, aku mencari kos-kosan yang letaknya berada di tengah-tengah ke dua kampus tempat ku menimba ilmu.
Sedangkan untuk temanku Imran keterima di Akpol dengan murni usahanya sendiri. Sedang Aziz yang diawal di larang mamanya masuk Akpol , sedang mengikuti pendidikan Bintara polisi sesuai keinginan mamanya . Qila dan Waloyo gagal masuk UGM dan sekarang Waloyo melanjutkan di UII sedang Qila di UNY.
"Rev bantu aku dong ?"
"Bantu apa sih mbak?" Ucapku yang masih sibuk di depan laptop mengerjakan tugas kuliah.
"Bantu mbak untuk jadi fotografer buat dokumentasi di acara pembukaan kirab drumband di malboro ya!"
"Kenapa harus aku?"
"Karena mbak sudah lihat hasil jepretan kamera mu lumayan bagus."
"Kirab drumband dalam rangka apa sih?"
"Dalam rangka menyambut Taruna Tingkat I dan Pekan Budaya Tionghoa di Yogyakarta." Ucap mbak Vira dengan memelas.
Vira Ayunda mahasiswi semester 4, jurnalis kampus yang kamarnya terletak di depanku pas.
"Hari apa, takutnya bentrok dengan jadwal kuliah aku."
"Sabtu sore."
"Berarti aku sudah selesai dari UII. Kenapa gak temanmu yang lain saja sih?"
"Soalnya satu tim ku ada 4 orang cewek 3 cowok 1, dan cowoknya tangannya lagi cidera dan yang cewek mau nyari gebetan !"
"Hah !" Heran ku.
"Pada kesempatan tersebut para Karbol (Taruna AAU) akan berinteraksi dan bersosialisasi dengan seluruh Warga Masyarakat yang hadir. Kami kawula muda berkesempatan berdialog dan foto bersama dengan Calon-Calon Pimpinan TNI AU masa depan yang profesional dan tangguh. Jadi mereka menggunakan kesempatan itu untuk mencari jodoh."
"Ya Allah ada-ada saja sih teman mbak tingkahnya?" Ucapku sambil menggelengkan kepalaku.
"Kamu gak tahu saja semuanya pada minta jadi pewawancara saja."
"Haduh dunia terbalik memang." Gimana tidak terbalik, seharusnya lelaki mengejar perempuan bukan ke balik kaya begini.
Setelah menyetujui rencana Vira, aku meneruskan pekerjaanku dan Vira kembali ke dalam kamarnya.
Ahkirnya dengan mengendarai mobil Xenia putih milik teman mbak Vira kami berangkat ke tempat acara.
"Mbak sepertinya temanmu sudah mempersiapkan secara maksimal penampilan mereka?" Ucapku saat melihat teman mbak Vira berpenampilan sangat memukau semua.Berbeda dengan aku yang hanya menggelengkan celana jeans sobek dan kaos oblong.
"Namanya juga sambil mencari jodoh," jawab mbak Vera.Aku berjalan keluar mengikuti mbak Vira, bergabung dengan para temannya.
"Tugas aku cuma mengambil foto saja kan?" Tanyaku setelah selesai acara brefing.
"Iya selanjutnya biarkan kami semua yang mengurus. Kamu bawa jas almamater kampus gak."
"Gak lah ini aku kan bukan bagian jurnalis kampus. Aku di sini hanya membantu saja!" Ucapku sambil ngecek kamera Canon EOS 760D, warisan dari ayah. Ayah memberikan padaku saat ulangan tahun ke 15 tahun kelas 10. Aku meminta sendiri kamera ini sebagai kadoku, ulang tahunku.
Saat tiba di tempat acara suasana sudah penuh tidak hanya warga lokal. Bahkan ada beberapa turis yang juga sedang berlibur ke Jogjakarta, juga ikut antusias melihat atraksi yang sedang berlangsung. Karena fokus mengambil gambar ,aku malah terpisah dengan mbak Vera dan teman-temannya. Tapi aku masih beruntung karena ketemu Waloyo dan Qila di sini.
"Gila bodynya kotak-kotak semua." Celetuk Qila yang berdiri di sampingku.
"Bata kali kotak-kotak,"sambung ku.
"Haha otak mu itu yang bata,"balas Qila.
"Si Qila terpisah dari kita beberapa bulan otaknya sudah mulai mesum,"ucap Waloyo sambil tertawa.
"Buruan ambil foto terus istirahat bentar lagi magrib." Ucapku meninggalkan kedua temanku bergabung dengan para pengambil gambar lainnya,baik dari jurnalis kampus atau jurnalis berita lokal.
"Anjir sakit ******!" Umpat ku spontan saat ada yang menginjak kakiku. Mana yang menginjak pakai sepatu pantofel yang keras, sedang aku pakai Converse.
"Maaf mbak gak sengaja, lagian mbaknya kenapa di tengah jalan?"
Saat aku perhatikan sekitar aku ternyata sudah ketinggalan, temanku mengikuti kirab drumband berjalan.
"Gak lihat saya bawa kamera," ketusku sambil menahan sakit bekas di injak olehnya.
"Ya saya tahu, tapi kan yang drumband sudah pada berjalan didepan mbak!"
"Suka-suka saya doang mau mengambil gambar apa? Mau ngambil gambar yang drumband, mau ngambil gambar jalanan yang kotor atau penonton."
"Ya ampun dicari-cari masih disini,"ucap Waloyo yang baru muncul dengan Qila.
" Ada apa,?" bisik Qila.
"Ga apa-apa," ucapku langsung berbelok hendak meninggalkan orang yang menginjak kakiku.
"Mari mas,"pamit Qila.
"Adila tunggu," ucap lelaki tadi sambil pegang tanganku.
"Ga usah pegang-pegang ya, mentang-mentang pakai seragam sok kenal." Ketusku sambil menghempaskan tangannya.
"Maaf kamu Dila kan ? Masak kamu lupa sama aku, padahal baru juga 3 tahun kita gak ketemu lo."
"Jangan sok kenal deh? Adila, Dila siapa itu gak kenal. Ayo keburu magrib !" Ucapku sambil berjalan meninggalkannya.
"Mbak boleh tahu nama temannya ?"
"Nama teman saya Revalina Hamid, mahasiswa."
"Aqila!! Tak pites Kowe engko kakean omong!"( Tak pukul kamu kalau banyak bicara.) Ucapku sambil teriak memotong ucapan Qila, yang langsung berlari mengikuti ku. Karena mendekati magrib kami memutuskan untuk istirahat di mushola terdekat sambil menunggu adzan maghrib. Setelah adzan magrib aku berpisah dengan Qila dan Waloyo, kami mencari rombongan kami masing-masing. Sehabis isya aku baru bertemu dengan mbak Vira yang berkumpul dengan beberapa mahasiswa dari universitas yang berbeda. Karena aku tidak kenal aku hanya menjadi pendengar sampai acara selesai.
"Reva kenalkan ini Sinta, Aris, Bebizie, Markus, Lula dan Indri. Mereka semua anak jurnalis, kalau mau tau lebih lanjut kenalan masing-masing."Jelas mbak Vira padaku.
"Halo semua !" Ucapku sambil berdiri.
"Bagaimana kalau kita ngobrol sambil nyari makan,lapar belum makan dari siang." Ucap Markus yang disetujui yang lain. Dengan mengendarai 2 mobil kami mencari makan di sekitar malboro, lesehan pinggir jalan jadi pilihan kami.
Sekitar satu jam kita makan sambil ngobrol mengenai berita yang akan dimuat di majalah kampus. Serta foto mana yang akan digunakan. Setelah selesai baru kami berpencar untuk pulang kembali ke kosan masing-masing.
"Ah sial kalau jalan pakai mata dong, buta opo!" Gimana tidak marah saat lagi jalan ada yang menyiram air ke arahku. Tidak banyak air yang digunakan tapi cukup membuat kaos yang aku gunakan basah.
"Maaf saya gak sengaja, soalnya penerangannya ga jelas."
Alasan gak masuk di akal.
"Oh pantes rabun." Ucapku spontan membuat wanita di sampingnya cekikikan dan lelaki yang menyiram ku tadi langsung melotot. Sepertinya tidak terima dengan ucapan ku.
"Sebagai ucapan maaf bagaimana kalau saya belikan baju , pasti mbaknya nggak nyaman pakai baju basah."
"Ga apa-apa dikit ini."
"Saya ga enak kalau begitu saya boleh tahu nama dan alamatnya, biar besok saya antar baju sebagai ucapan maaf saya ."
"Ga apa-apa sudahlah ga usah di perpanjang ! Ko ribet di omong gak Popo seh ngeyel."
"Ayolah saya ga nyaman,saya bener-bener merasa bersalah."
"Udah Rev kamu ambil aja kaos satu, biar ga lama keburu malam ni." Ucap mbak Reva yang dari tadi melihat perdebatan kami. Apalagi yang lain sudah pada pergi.
Ahkirnya aku berjalan ke distro terdekat dan mengambil satu kaos.
"Kalian pulang naik apa ?" Tanya perempuan yang dari tadi diam.
"Pesen ojol,"jawabku.
"Ayo biar kami antar saja bagaimana,?" ucap sang perempuan.
"Ayo mbak,udah malam juga ini,"ucap sang laki-laki.
"Ayo Rev lumayan ngirit ongkos ojek," ucap mbak Vira.
"Yo wes manut aku." Kami di giring ke sebuah mobil putih tanpa tahu plat nomornya. Mungkin jika kami diculik tidak akan ada yang tahu. Sebenarnya jarak dengan kosanku lumayan dekat. Tapi karena dari sore sudah kebanyakan jalan, membuat kaki kami sudah tidak sanggup kalau di suruh jalan lagi.
"Kalian tinggal di sini?" Tanya sang lelaki saat kami sudah sampai di depan kosan ku.
"Iya makasih ya mas." Ucap mbak Vira.
"Kenalkan aku Satria ini temanku Ika."
"Kalau aku Vira dan ini temanku Reva." Ucap mbak Vira,aku hanya mendengar tanpa berkomentar. Setelah turun aku langsung berjalan masuk meninggalkan mbak Vira yang masih ngobrol. Hari ini terasa aneh, karena aku bertemu dengan orang-orang aneh. Ada yang memanggil Dila,ada yang sengaja menyiram aku pakai air.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments