Aku tidak tahu kesepakatan apa yang di buat oleh ayah dan bunda. Secara tiba-tiba Ayah mengizinkanku untuk kuliah di mana saja ,dengan jurusan sesuai keinginanku. Aku tahu ada yang tidak beres, tapi bunda bilang tidak terjadi apa-apa. Bunda cuma bilang berhasil memberikan pengertian kepada ayah.
"Kowe Sido jupuk jurusan opo?"(Kamu jadi ambil jurusan apa?)
"Podo Karo Kowe."(Sama kaya kamu.) Jawabku dengan pertanyaan Waloyo.
"Bapak mu gak ngamuk,?"tanya Imran.(Bapak mu ga marah ?)
" Gak buktinya aku di ijinkan. O iya mana Qila ?"
"Lagi sama Aziz ke kantin,"ucap Imran sambil asik dengan gamenya.
"Kowe jadi ikut tes Bintara polri,?" tanyaku.
"Jadi nemeni Aziz. Ke Trimo syukur Alhamdulillah, gak keterima jadi satpam." Imran sulung 3 bersaudara, bapaknya satpam dan ibunya penjual nasi pecel di pagi hari .
"Aku dengar orang tua Aziz menjual motor yang sering di pakai Aziz dan mobil ibunya, buat daftar Bintara ?" Ucap Waloyo membuatku langsung melihat kearah mereka.
"Iya katanya begitu. Aku juga denger dari tetangga yang katanya mobil HRV dan motor ninja Aziz sudah di tawar orang."
Miris memang padahal menurut peraturan tidak ada pungutan biaya, tapi sayangnya suka di manfaatkan oknum yang tidak bertanggung jawab.
"Terus kalau orang tua mu jual apa,?" tanya Waloyo. Bukan maksudnya menghina Memeng kadang Waloyo kalau bicara asal ceplos. Buat kami berempat sudah kebal dengan ucapannya yang tidak ada filternya.
"Bapak Karo ibuku cuma ngemis doa Karo Gusti Allah, semoga di Paringin seng terbaik."(Bapak sama ibuku cuma minta doa sama Allah SWT, supaya di berikan yang terbaik.)
"Terus dari dirimu sendiri apa yang kamu lakukan,?" tanyaku.
"Yo latihan fisik kaya minum obat 1 hari 3 kali, belajar biar bisa ngerjain soal-soalnya."
"Aku kira kamu juga mau jual apa gitu,?" tanya Waloyo.
"Apa yang mau di jual berangkat sekolah juga nebeng sama kamu dan Aziz."
"Jual harga dirimu kali !"
"Bukannya harga diriku sudah tak gadaikan ke kamu Ya tanpa tersisa. Masak sudah lupa."
"Iya-ya aku lupa,"jawab Waloyo santai.
"Kalian itu kalau ngomong bikin orang salah paham !"
"Tidak apa-apa yang penting kita tidak salah paham," cengir Imran.
"Kenapa kamu gak coba juga masuk Akpol,?"tanyaku.
"Iya coba aja siapa tau keterima kita kan tidak tahu rejeki mu dimana."
"Iya kamu harus coba tar aku bantu cari linknya,"ucapku.
"Boleh deh, makasih ya!"
"Jangan makasih dulu, tar kalau sudah ke terima baru bilang terimakasih dan jangan lupa kita kalau udah sukses." Ucap Waloyo sambil menepuk pundak Imran.
"Keterima belum udah ngomongin imbalan,udah ah pergi dulu aku kebelet." Ucapku sambil berjalan meninggalkan mereka yang masih asik duduk di bawah pohon dekat lapangan basket. Diantara kami berlima Imran dan Qila ekonominya termasuk menengah kebawah. Kalau Qila orang tuanya sudah bercerai dan ibunya menjadi Single peren. Waloyo bapaknya seorang kontraktor dan Aziz orang tuanya PNS semua.
"Orang tuaku memaksaku masuk Bintara, jadi aku harus mengubur keinginan ku untuk berkuliah bersamamu."
Sepertinya kenal suara itu, karena jiwa kepo ku meronta-ronta. Ahkirnya aku mencari sumber suara itu berasal. Buset apa mereka pacaran? Di Depanku nampak Qila sedang duduk berhadapan dengan Aziz, dengan tangan saling menggenggam.
"Aku harap kamu tidak melupakan aku,"ucap Qila terdengar jelas di telingaku.
"Aku yang takut kamu berpaling dariku. Kan dunia kampus banyak cowoknya yang ganteng-ganteng."
"Udah ah balik Yo,aku takut anak-anak curiga kalau terlalu lama." Ucap Qila sambil berdiri dan berjalan.
"Sebentar,"ucap Aziz sambil menarik Qila dan langsung menyambar mulutnya.
Gila tontonan 21 + ah mataku jadi ternodai.
"Is kamu ya kalau ada yang lihat gimana kebiasaan!" Ucap Qila langsung berjalan meninggalkan Aziz.
Kebiasaan,apa mereka sering melakukan kiss gila !"
Setelah mereka pergi dan tidak terlihat, aku baru sadar tujuanku untuk ke toilet. Setelah selesai dari toilet aku bergabung kembali dengan mereka.
"Kita mau ke rumah Aziz mau ikut ga, karena Qila tergantung kamu Rev." Ucap Waloyo saat melihatku datang, padahal belum sempat duduk.
"Ada acara apa?"
"Ngumpul saja lusa kita kan sudah sibuk masing-masing, kita kan juga harus mulai belajar supaya keterima di PTN."
"Boleh." Jawabku menyetujui usulan Waloyo.
Kami mengendarai motor masing-masing, Qila nebeng denganku sedang Imran sama Aziz. Hari ini kami ke sekolah untuk melaksanakan cap 3 jari. Sesampai di rumah Aziz nampak mama Aziz baru pulang atau cuma singgah, karena ini masih siang kayanya tidak mungkin kalau pulang.
"Tumben pulang cepat ma?"
"Ada janji dengan orang yang bersedia memasukkan mu jadi Bintara."
"Ma aku dan Imran mau nyoba daftar Akpol boleh ?"
"Ga usah aneh-aneh, daftar Akpol itu susahnya minta ampun terlalu ketat. Apalagi jalur belakang susah kalau ketahuan pekerjaan mama dan papa bisa keseret KPK."
Aku dan yang lain hanya saling pandang mendengarkan obrolan Aziz dan mamanya.
"Tapi apa salahnya kita coba ma?"
"Terserah, kalau Waloyo ambil jurusan apa ?"
"Teknik sipil Tante, biar bisa bantu papa."
"Bagus biar usaha bapak mu ada yang melanjutkan. Kalau Reva pasti masuk ke dokteran ,biar bisa melanjutkan klinik dokter Iksan ?
"Gak Tante, saya mau cari yang beda!"
"Oya udah Tante pergi dulu, kalian santai aja di sini." Ucap mama Aziz sebelum masuk ke dalam mobilnya. Meskipun rumah kami terletak di kecamatan yang berbeda, kecuali Qila yang satu kelurahan dengan Aziz. Tapi orang tua Aziz mengenal orang tua ku dan Waloyo.
"Kaum remahan rengginang kaya kita berdua memang gak pernah dianggap ada ya,"ucap Qila lirih. Aku yang mendengarnya spontan melihat kearahnya, tapi yang kulihat Aziz mengusap punggung Qila sambil berbisik.
"Ekhhm ekhm. Kenapa berhenti, ayo ngaku kalian ada hubungan apa?"
"Tidak ada,"jawab Aziz cepat dan Qila hanya menunduk mendengar pertanyaanku.
"Udah ngaku aja, aku 2 kali lihat kalian berdua makan bakso berdua di bakso lancar." Belum sempat aku berucap sudah keduluan Waluyo.
"Aku juga pernah lihat kalian berdua pegangan tangan di bawah meja kantin." Ucap Imran seolah mempertegas hubungan mereka, tanpa aku menceritakan apa yang kulihat tadi.
"Kami sudah jadian dari ahkir kelas 11, tapi kami backstreet karena orang tuaku melarangku pacaran." Ucap Qila lirih.
"Kamu ga percaya kita ya kok tega merahasiakan dari kami." Ucap Waloyo dengan gaya pura-pura menangis.
"Bukan,aku cuma jaga-jaga takut kalian kelepasan waktu bicara dan di dengerin mama." Sekarang gaban Aziz yang membela diri.
"Oke bro kita maklumi kok." Ucap Waloyo sambil menepuk pundak Aziz.
"Kamu belum kepikiran mau ambi jurusan apa Rev,?" tanya Qila.
"Aku udah di terima di UGM teknik sipil dan seni rupa,tapi aku juga sudah dapat keterima di UII di teknik Elektro."
"Gila Lo cewek apa cowok sih? Aku aja di UGM di tolak mentah-mentah."
"Menurut ngana?"
"Ya wajar Kowe ditolak masuk 10 besar aja gak pernah. Ya Reva langganan 3 besar umum,"ucap Aziz menjawab ucapan Waloyo.
"Apapun pilihan kita, semoga rencana masa depan kita bisa tercapai semua !"
"Amin!" Ucap kami mengaminkan ucapan Imran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments