Hidup di lingkungan yang tidak sehat itu lah yang kurasakan sekarang. Bukan tidak sehat karena polusi udara, seperti yang sekarang lagi ramai di alami di kota besar. Tapi tidak sehat karena aku dan bunda harus berbagi ayah dengan tetanggaku. Saat awal aku masuk SMA ayah minta ijin bunda, untuk menikah lagi dengan perawat di tempatnya bekerja sekaligus tetanggaku.
Sudah 3 tahun lebih bundaku di madu, aku tidak tahu apa yang membuat bunda ikhlas dan terima saja di madu. Tapi sejak ayah menikah lagi , membuat hubunganku dengan ayah menjadi renggang. Padahal aku dulu sangat dekat dengan ayah. Mungkin Karena ayah harus membagi waktunya di rumah bunda seminggu,di rumah istri mudanya seminggu.
"Malam ini ayah makan malam di rumah, bunda minta tolong kakak jangan keluar rumah ya!"
"Kok makan malam di rumah kita? Bukannya minggu ini giliran istri mudanya ya bun?"
"Mama Farah lagi ke Yogyakarta nengok Farah, sekalian ada pelatihan perawat di Jogjakarta selama 3 hari."
"Pantas !" Farah perempuan yang usianya diatas ku 2 tahun,anak janda yang telah menggoda ayah. Tapi ayah aja juga yang ganjen, mau di godain sampai perempuan itu hamil duluan. Tapi sayangnya calon anak ayah meninggal saat berumur sebulan, karena ada masalah dengan jantungnya.
"Reva jaga sikap di depan ayah ya, demi bunda!"
"Reva usahakan ya bun!"
Aku segera menghabiskan sarapan ku sebelum berangkat ke sekolah dengan motor matic ku. Motor hadiah ulang tahunku yang ke 17 tahun dari ayah.
"Bete aku, bolos yuk!" Ucapku pada teman-temanku saat kami nongkrong di kantin.
"Seorang Revalina mengajak bolos! Dengan senang hati gw siap-siap ni." Ucap Waloyo semangat 45.
"Kamu tidak takut dengan Om Niko kalau ketahuan bolos Rev ?"
"Ya jangan sampai ketahuan lah,Qil. Lagian dari kemarin setelah ujian Nasional gak pelajaran ini,"jawabku.
"Ya udah biar gak ketahuan kita bolosnya setelah ketua kelas kalian, mengabsen saja bagaimana ?" Aku langsung mengaguk menyetujui usulan Waloyo.
Setelah di absen aku kabur dengan teman-temanku. Tadinya Qila menolak,tapi berkat rayuan Aziz ahkirnya dia ikut. Kamu menghabiskan hari ini dengan bermain di wahana permainan yang ada di mall.
"Eh adzan dhuhur, aku sholat dulu ya. Kalian mau sholat gak?"
"Aku lagi datang bulan Rev."
"Ya udah kalian yang gak sholat disini saja temanin Qila!"
"Kita sholat bareng aja yuk!" Ushul Imran, yang di angguin Aziz. Kecuali Waloyo yang memang beragama Nasrani. Kami memang bandel,tapi kami tetap melaksanakan kewajiban kami meski kadang suka telat.
"Revalina Hamid !" Ucap suara membuatku langsung membeku saat hendak memakai sepatu setelah sholat Dzuhur.
Mampus aku!
"Ini baru jam 12 lewat, kok kamu sudah berada di mall?"
"Aku ,aku .."
Jujur pasti kena omel,gak jujur bisa tambah hukumannya.
"Sudah ga ada pelajaran ayah, kan kemarin baru selesai ujian nasional !"
"Bener tidak bolos kamu?"
"Ya Reva sih memang pulang duluan setelah di absen. Tapi karena ga ada pelajaran di kelas aja yah, makanya Reva pulang duluan."
"Ayah akan tunggu di rumah!"
"Ayah gak kerja ?"
"Ayah ada janji ketemu dengan teman ayah."
"Sudah selesai sholatnya Iksan ?" Tanya perempuan cantik yang seumuran ayah, datang menghampiri ayah.
"Sudah !" Jawab ayah singkat.
Wah kesempatan kabur ini .
"Revalina mau kabur ke mana kamu !" Suara ayah menggelegar seperti suara toa masjid.Tapi masih merdu suara toa masjid tidak menggelegar seperti suara ayah yang mirip guntur.
"Tidak kabur cuma memberikan privasi, siapa tau ada yang mau di bahas penting." Ucapku sambil tersenyum semanis mungkin.
"Dia siapa Iksan, jangan bilang calon istri mu?"
"Calon istri anda gak salah ngomong? Memang muka saya kelihatan tua apa?"
"Tidak sih tapi barusan Iksan membahas mengenai istrinya!"
"Dia putriku."
"Tidak salah ?Hai bocah berapa umur mu?"
Tadi ngatain aku calon istri ayah, sekarang ngatain aku bocah dasar perempuan gak waras.
"17 tahun lebih 3 bulan,"jawabku malas.
"Gila umur berapa sih Lo nikah ?"
"Reva sekarang kamu pulang!"
"Iya." Aku berjalan menjauh dari ayah. Tapi begitu aku melihat ke belakang dan ayah berjalan berdua dengan wanita itu ,aku langsung mengikuti ayah.
"Lo mau kemana ?" Tanya Qila yang berjalan mengikuti ku.
"Mengikuti ayah." Ucapku sambil menunjuk ke arah ayah dan perempuan tadi. "Kemana yang lain?"
"Lagi nyari tiket buat nonton."
"Aku mau jadi detektif dulu,aku gak mau punya ibu tiri lagi .
...----------------...
"Yakin dia putri mu beda umur kalian cuma 17 tahun lo?"
"Anak angkat ku dan Wiwit,"ucap Iksan lirih.
"Oh karena setahuku, kalau anakmu hidup seharusnya berumur 12 tahun. Sekarang kamu mau apa?"
"Aku akan bawa Wiwit periksa ke klinik mu, aku minta kamu lepas alat kontrasepsi IUD yang di pasangnya."
"Gila kamu,kamu kan juga dokter kandungan. Kenapa bukan kamu sendiri yang lepas , kenapa harus aku yang melepaskan IUD nya sih?"
"Kalau aku yang lepas bakal ketahuan dan Wiwit semakin marah padaku."
"Ya sudah kalau Wiwit nggak mau hamil ya kamu hamili saja istri keduamu, ko repot !"
"Kamu kan tahu aku mau nikahi Dia gara-gara terpaksa, karena terlanjur hamil. Padahal aku sendiri juga gak yakin dia hamil anakku.
...----------------...
"Rev gak jelas yang mereka omongin."
"Huss jangan berisik nanti ayahku tahu, emang suaranya gak jelas tapi aku paham asalkan aku melihat gerak mulut mereka."
"Tepi kan gak jamin 100 persen bener."
"Ayahku minta temannya untuk melepaskan alat kontrasepsi IUD yang dipasang bunda. Tapi temannya takut bunda tahu."
"Sorry ya Rev sadurunge (sebelumnya). Ko Kowe lebih pantas jadi adik bundamu ya dari pada jadi anaknya?"
Deg deg deg jantungku berdetak lebih kencang. Aku lebih pantas jadi adik bunda dari pada anak Bunda.
"Eh ayah mu wes lungo!"(Ayah mu sudah pergi!)
Hari ini gara-gara bolos aku jadi ragu kalau aku anak bunda, tapi bunda sangat sayang padaku.
Sesampainya di rumah aku melihat mobil ayah sudah terpakir di garasi.
"Mulai besok jika kamu tidak mau berangkat ke sekolah, lebih baik kamu mulai ikut bimbel untuk persiapan ujian masuk perguruan tinggi negeri!" Suara ayah menyambut kedatanganku , yang baru datang.
"Mas Reva itu baru pulang, sepatu dan baju saja belum ganti."
"Weet u niet dat uw dochter vandaag school heeft gemist?" (“Apakah kamu tidak tahu putrimu bolos sekolah hari ini?).
"Tida usah menyindir Reva pakai bahasa Belanda, Reva tahu artinya." Ucapku sambil melihat Bunda, yang menggelengkan kepalanya. Kakek ayah asli orang Belanda, karena itu bunda mengajariku bahasa Belanda.
"Ya udah bilang ke putri kesayangan mu,dari pada bolos setelah ujian lebih baik belajar. Ayah hanya mau membiayai jurusan kedokteran di kampus yang ayah pilihkan. Kecuali dia keterima di UGM atau UI, ayah akan turuti apapun jurusan yang diambil!"
"Aku tidak mau jadi dokter seperti ayah dan Farah."
"Ya udah tunjukkan kalau kamu bisa keterima di UGM, kecuali kamu mau masuk kedokteran !"
Aku hanya mendengus Farah adalah mahasiswa kedokteran , di salah satu universitas swasta di Jogjakarta pilihan ayah.
Tau bakal ketemu ayah,aku tidak akan bolos,apes banget hari ini nasibku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Nur Dafa
mampir
2024-02-13
0
Santi Herman
adaapa dengan tetangga pak... hamidun lagi
2023-11-22
0