"Aku ke terima di universitas Gadjah Mada sesuai dengan kemauannya ayah. Tapi jurusan seni rupa." Ucapku santai tanpa melihat kearah ayah.
Brakkk "Mau jadi apa kamu ambil jurusan seni, hah ! Cari jurusan lain yang menjanjikan masa depan!" Ucap ayah sambil menatap tajam kearah ku, setelah mengebrak meja.
Apa itu tangan ayah tidak sakit ?
"Tapi aku tidak tertarik ambil kedokteran."
Ayah meraup mukanya,"Oke kenapa tidak ambil jurusan lain, masih banyak selain kedokteran yang masa depannya menjanjikan. Kamu bisa ambil kuliah hukum, psikolog, manejemen atau yang jurusan lain yang bisa membantu ayah mengurus dan membesarkan klinik!"
Ayah selain bekerja di 2 rumah sakit besar, juga mempunyai klinik bersalin. Karena itu dompet ayah bisa di bilang lumayan tebal.
"Reva sudah mantap mengambil keputusan untuk masuk jurusan seni,?"tanya bunda lembut.
"Aku sudah keterima di UGM, ayah bilang kalau mau di biayai ayah harus masuk UGM. Atau kedokteran dengan universitas pilihan ayah. Aku sudah masuk UGM sesuai permintaan ayah!"
"Tapi bukan jurusan seni, bagaimana kamu bisa mengembangkan usaha klinik ayah !" Ucap ayah terdengar sangat kesal denganku.
"Mas bisa kita bicara sebentar? Reva masuk kamar dulu ya nak!" Ucap Bunda sambil memegang tangan ayah.
"Iya Bun." Aku berjalan perlahan masuk ke dalam kamarku yang tidak jauh dari meja makan. Tapi bukannya masuk ke dalam kamar, aku malah sengaja mencuri dengar obrolan mereka.
"Mas sudah ada Farah yang bisa meneruskan Klinik mas, kenapa Reva juga harus mas paksa mengikuti kemauan mas?"
"Statusnya Farah dan Reva itu jelas berbeda, dalam nama Farah tidak ada nama Hamid. Berbeda dengan nama Revalina Hamid, yang menyandang nama keluarga mas!" Ucap ayah sebelum pergi meninggalkan bunda di meja makan seorang diri. Aku yang dari tadi menguping ahkirnya keluar dan menemui bunda.
"Bunda!"
"Sini sayang,"ucap bunda sambil memintaku duduk di sebelahnya. "Maafkan bunda ya, yang telah memberikan nama Hamid di nama belakang mu?"
"Kenapa bunda minta maaf,ya wajarlah aku memakai nama ayah di belakang namaku."
"Terima kasih," ucap bunda sambil memelukku.
"Sebenarnya Reva di UGM ke terima di fakultas teknik dan seni Bun." Ucapku lirih sambil melirik kearah bunda.
"Buat bunda apapun pilihan mu akan bunda dukung. Jika ayah tidak mau membiayai mu ada bunda jangan kuatir."
"Terima kasih Bun."
"Sudah malam sana masuk ke dalam kamar tidur !"
"Baru juga jam setengah sembilan Bun."Ucapku tapi tetep berjalan masuk ke dalam kamar. Sesampainya di kamar aku ambil laptopku dan mencari kampus dan jurusan yang bener-bener sesuai keinginan ku. Jujur aku masih bimbang untuk kuliah di mana dan mengambil jurusan apa. Aku tidak mau mengambil kedokteran karena sudah ada Farah disana. Aku kemarin ambil seni rupa karena aku hobi menggambar, tidak ada alasan khusus.
Sebenarnya aku tidak kuatir masalah biaya kuliah. Sejak aku masuk SMA uang jajan dari ayah dan bunda selalu aku masukkan tabungan. Sedangkan aku suka menerima job menggambar dan aku juga menulis komik di aplikasi.
Aku lirik jam didinding menunjukkan pukul 10 malam, karena haus aku putuskan jalan keluar untuk mengambil minum.
"Biarkan Reva kuliah sesuai keinginannya, jangan paksa Reva untuk memenuhi ambisi mu yang ingin membangun rumah sakit!" Itu suara bunda, aku cari sumber suara ternyata berasal dari taman belakang.
"Aku tidak akan memaksa Reva, tapi lepas alat kontrasepsi IUD yang kamu pasang. Biar kita segera punya keturunan."
"Aku tidak mau anakku tumbuh di keluarga yang tidak sehat!"
"Apa maksudnya tidak sehat!"Terdengar suara ayah meninggi.
"Apa menurut mas anak kita tidak akan bertanya kenapa memiliki ayahnya 1 dan ibunya ada 2. Apa kamu tahu kenapa Reva tidak punya banyak teman dilingkungan tempat tinggalnya?" Tidak terdengar suara ayah hanya keheningan yang ada.
"Sejak hari mas nikah dengan Wulan, sejak hari itu Reva tidak mau main dengan teman sebayanya di sekitar sini. Reva tidak pernah bercerita ke bunda apa yang terjadi, tapi bunda tahu itu ada hubungannya dengan pernikahan Kamu."
Sejak ayah menikah banyak ibu-ibu komplek yang memandangku dengan tatapan kasihan. Belum lagi anak-anak mereka yang sok bilang sabar ya, tapi kenyataannya mereka di belakangku suka menertawakan aku. Apalagi saat Farah mulai mendapatkan uang jajan sama sepertiku, dan mereka sering di traktir Farah mereka seolah menjauhi ku.
"Aku janji aku akan segera menceraikan Wulan jika kamu hamil lagi !"
"Aku tidak mau bersenang-senang di atas penderitaan orang lain."
"Kamu tahu aku sangat mencintaimu !"
"Jika mas cinta aku, mas tidak akan mendua di belakangku."
"Mas cuma mau punya anak apa itu salah !"
"Tidak dengan selingkuh di belakang ku. Sakit rasanya saat membayangkan suami kita sedang memadu kasih dengan wanita lain. Sedangkan aku di sini tidur sendirian. Aku capek mas, aku mau mengakhiri rumah tangga ini!"
"Jika kamu terus menerus meminta aku melepaskan mu, jangan salahkan kalau Reva! (tahu rahasia tentang dirinya) ."Ucap ayah lirih setengah berbisik di ahkiri kalimatnya,membuatku tidak mendengar apa yang dibisikkan ayah pada bunda.
"Apapun yang terjadi Revalina tetap putriku." Teriak Bunda sebelum berlari ke arah kamarnya yang langsung diikuti ayah.
Aku penasaran dengan kalimat yang di bisikan ayah kepada bunda. Rahasia apa yang disembunyikan bunda dan ayah dariku. Apa aku tanya Om Niko saja ya?
Gara-gara mendengar perdebatan ayah dan bunda aku melupakan niatku untuk minum. Mau ke dapur lagi rasanya malas sekali, ahkirnya aku tidak jadi minum dan memilih untuk langsung tidur saja.
"Ayah mana bun?"
"Pulang tadi pagi istrinya menjemput kesini." Jawab bunda lirih, aku hanya berharap bunda bisa lepas dari kehidupan poligami ini.
"Assalamualaikum."
"Walaikumsalam, masuk mas!"
"Ayah mau ngapain kesini ?"
"Mau sarapan lah,"jawab ayah. Membuat bunda langsing bangun dan berjalan ke dapur untuk mengambil piring bersih.
"Emang istri ayah tidak masak ?"
"Baru sampai rumah tadi subuh, masih capek buat masak."
"Enak ya yah punya istri 2, jika satu kecapean gak bisa layani masih ada satunya lagi."
"Reva, tidak boleh ngomong begitu nak gak sopan !" Aku hanya tersenyum masam mendengar bunda menegurku, demi ayah.
"Ayah kasih kamu penawaran, kamu kuliah kedokteran ayah bebaskan universitas mana yang kamu pilih."
"UI boleh?"
"Boleh, asalkan kedokteran."
"Akan Reva usahakan,tapi jujur Reva pingin masuk ke teknik."
"Tanya saja bundamu!" Ucap ayah sambil melirik Bunda.
"Ayah,bunda aku berangkat dulu." Ucapku sambil mencium punggung tangan ayah dan Bunda bergantian. Saat mau berangkat aku teringat kalau hari ini hari terakhir mengumpulkan buku ke perpustakaan. Membuatku berjalan lagi ke dalam rumah, meninggalkan motorku yang sudah menyala.
"Aku tahu kamu sanggup tapi apa kamu lupa, Reva belum genap 18 tahun jadi aku masih wali sah nya."
"Baik aku akan lepas alat kontrasepsi IUD, tapi ijinkan Reva melanjutkan kuliah di mana saja sesuai keinginannya."
"Siang ini sepulang dari sekolah langsung temui mas di rumah sakit!"
Mendengar percakapan bunda dan ayah membuatku mengurungkan niatku untuk masuk mengambil buku.
Sebenarnya ada rahasia apa? Rahasia apa yang tidak boleh aku ketahui?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments