"Asalamualaikum, Mas. Gimana kabar mu?" tanya Raisa begitu senang melihat wajah tampan suaminya hanya lewat sambungan video call saja. Rasa rindu sedikit terobati melihat wajah suaminya ada di layar ponselnya.
"Aku baik-baik saja, sayang. Kamu gimana? Apa ibu memperlakukan mu dengan baik kan?" tanya Reno selalu menanyakan sang istri tinggal dengan ibunya. Ia takut terjadi sesuatu karena sang ibu pernah menolak Raisa.
"Alhamdulillah, Mas. Aku baik-baik saja, ibu juga baik. Kamu tenang saja tak perlu khawatir, fokus saja dengan pekerjaan mu ya, agar cepat pulang, Mas." jawab Raisa tak mengatakan sejujurnya, ia ingin membebankan pikiran suami di luar kota sedang mengerjakan proyek yang bermasalah di tempat kerjanya.
"Syukur lah, sayang. Doakan saja ya, maaf. Mas belum bisa bahagiakan Kamu. Setelah pulang dari di sini kita honeymoon ya untuk menebus apa yang sudah kita lewati." ucap Mas Reno ingin membahagiakan istri baru ia nikahi beberapa hari harus ia tinggalkan demi pekerjaannya di kantor. Ingin rasanya berhenti lalu pulang untuk menemui sang istri tapi pekerjaan tak bisa ia tunda karena atasannya memilihnya untuk di kerjakan secepatnya.
"Iya, Mas. Aku menunggu mu di sini."
"Aku mencintaimu Raisa." setelah mengatakan hal itu sambungan teleponnya pun terputus saat suaminya ingin mandi karena baru pulang dari tempat proyek.
"Aku juga mencintaimu, Mas. Maafkan aku, Aku tak mengatakan sejujurnya jika ibu tak pernah baik pada ku, dia tak pernah menganggap ku ada, Mas. Hanya di anggap sebagai orang asing untuk mengurus rumah ini." lirih Raisa, ia pun bangun setelah video call dengan sang suami.
Ada sekilas senyum saat mengobrol dengan suaminya, sedikit mengikis rindu semakin menggunung. Raisa keluar, ia ingin makan karena pulang dari acara tersebut tak memakan apapun karena tak di perbolehkan untuk mengambil apapun oleh ibu mertuanya.
Ketika berada di dapur ia di kagetkan oleh ibu mertuanya hendak mengambil air minum untuknya.
"Siapa pria itu, Raisa. Apa kamu mengenalnya?" tanya Mamah Maria, ia penasaran dengan mantunya itu ia pergoki mengobrol dengan seorang pria tinggi ganteng dan berwibawa.
"Aku gak tahu, Bu. Kami hanya bertemu saat ingin mengambil minum saja."; jawab Raisa.
"Awas saja jika kamu selingkuh di belakang putraku, akan ku laporkan kamu, biar tahu rasa gimana jadi janda." setelah mengatakan hinaan itu mamah Maria pergi setelah ia mengambil air minum untuknya.
"Aku gak pernah selingkuh, Bu. Aku akan setia pada pasangan ku. Lain hal jika pasangan ku yang lebih dulu menghianati ku." batin Raisa.
Raisa pun mengambil piring untuk mengambil nasi beserta lauk yang tadi sore ia masak, rasa laparnya sedari tadi ia tahan saat di acara itu.
"Mana lauknya, bukannya aku masak banyak ya." ucap Raisa aneh, ia sengaja masak aga banyakan untuk ia makan malam.
Raisa mencari kemana-mana tak menemukan juga, dengan pasrah ia pun makan seadanya hanya nasi ada di dalam piringnya.
"Apa ibu menyimpannya. Tapi dimana ya." tebak Raisa, segitu ibu mertuanya memperlakukannya tak seperti istri dari anaknya.
Di ruang tamu mamah Maria tersenyum senang, ia puas melihat istri dari putranya itu pasti kebingungan mencari lauk yang ia sembunyikan. Ia ingin mengerjai gadis agar tak betah tinggal di rumahnya.
"Rasain kamu Raisa, makan tuh nasi. Hehehe..," setelah itu ia pun masuk kedalam kamarnya sambil membawa air minum.
.
.
Keesokan harinya seperti biasa, Raisa bangun lebih awal setelah menunaikan kewajiban seorang muslim. Ia melihat mukenanya untuk ia simpan kembali. Ia bangun untuk mengecek ponselnya takut jika suaminya sudah kirim pesan untuknya.
"Tumben Mas Reno belum kirim pesan, apa belum bangun ya."
"Apa aku telpon saja ya,"
Raisa lebih dulu menelpon suaminya, ia takut terjadi sesuatu pada suaminya yang jauh darinya.
Tut.. Tut...
hanya suara itu yang ia dengar, mungkin suaminya sedang mandi atau ada yang sedang di kerjakan.
Satu, dua, sampai tiga panggilan tak ada jawaban membuat Raisa khawatir luar biasa, ia mengetik pesan agar suaminya membaca pesan darinya.
"Raisa..," panggil ibu mertuanya dengan berteriak sepagi ini.
"Ya, Bu. Bentar." sahut Raisa, segera ia menyimpan ponselnya kembali lalu menghampiri ibu mertuanya tadi memanggilnya.
"Ada apa, Bu?" tanya Raisa.
"Tolong ke pasar ya, bahan ada di dapur mulai habis." titah Mamah Maria.
"Iya, Bu." jawab Raisa masih mematung.
"Kenapa masih berdiri? Sana belanja bulanan apa kamu tak dengar." bentak Mamah Maria.
"Uangnya, Bu." pinta Raisa dengan pelan.
"Uang, ya uang kamu lah. Putraku memberikan uang kan pada mu." tanya Mamah Maria.
"Jangan seenaknya kamu Raisa memanfaatkan putraku hanya untuk keperluan mu saja, kamu di sini hanya menumpang hidup saja. Jangan so jadi nyonya di sini. Sana cepat belanja," teriak Mamah Maria memarahi Raisa sedang menunduk karena takut.
Raisa pun pergi setelah di marahi habis-habisan oleh ibu mertuanya hanya perkara yang belanja saja, suaminya tak pernah lagi mengirim uang ketika pergi keluar kota.
"Uang ku tinggal sedikit lagi, apa cukup buat belanja keperluan dapur." gumam Raisa melihat tabungan uang ia sendiri hasil ia mengumpulkan ketika ia masih gadis.
Raisa pergi menggunakan ojek online, ia tak mungkin pergi ke pasar menggunakan taksi atau pun angkutan lain agar ia bisa irit sampai di pasar nanti.
"Mang ke pasar ya."
"Siap, neng."
Di perjalanan banyak mobil lalu lalang memadati jalanan ibu kota, Raisa mengingat kenangan bersama dengan suaminya ketika masih pacaran.
"Aku kangen kamu, Mas." lirih Raisa meneteskan air matanya.
Sampai di tempat tujuan, ia turun setelah membayar ojek online itu. Ia masuk kedalam pasar sudah ramai berbagai macam pedagang. Saat ingin memilih sayuran masi segar segar.
"Aduh," rengek wanita baya sepertinya tersandung kakinya.
"Kenapa, Tante. Mari saja bantu." ucap Raisa membantu seorang wanita baya masih cantik.
"Terimakasih, nak. Saya tadi kesandung." jawab wanita baya itu tersenyum pada gadis yang menolongnya.
"Duduk dulu, Tante. Biar saya lihat kakinya." dengan pasrah wanita baya tersebut menurut apa kata gadis itu.
"Ini hanya terkilir, Tante. Apa ingin periksa saja, biar saya antar," tawar Raisa pada wanita baya tersebut.
"Terimakasih, Nak. Sebentar lagi anak Tante akan kesini, dia ada di parkiran. Tante sudah mengabari nya." tolak wanita baya tersebut sambil tersenyum pada gadis cantik yang menolongnya.
Raisa mengangguk tersenyum, ia lega jika wanita baya tersebut ada anaknya untuk di bawa periksa ke rumah sakit terdekat atau klinik.
"Kamu boleh pergi biar Tante di sini tunggu anak Tante," wanita baya tersebut tahu jika gadis cantik itu pasti ingin berbelanja kebutuhan rumah.
"Tidak apa, Tante. Saya akan menunggu jika anak Tante sudah datang. Baru saya pergi." ucap Raisa masih kekeh ingin menunggu wanita baya tersebut.
"Mah, Mamah kenapa? Kan udah Arki bilang belanjanya di swalayan saja kenapa kekeh sekali sih Mamah." omel Arki tak melihat jika ada seorang gadis ada di dekat mamahnya.
"Saya permisi dulu, Tante. Anak Tante kan sudah datang." ucap Raisa.
Arki menoleh dan betapa kagetnya melihat gadis yang sudah mencuri perasaannya.
.
.
.
.
.
Kamu, sedang apa di sini??.. Kita ketemu lagi..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments