"Asalamualaikum, Mah." sapa Arki baru pulang dari toko kuenya. Tak lupa ia selalu bawa kue kesukaan sang Mamah.
"Waalaikumsalam, Dari mana?" tanya Mamah menerima uluran tangan putra keduanya.
"Ini kue kesukaan, Mamah." ucap Arki meletakkan kue tersebut di atas meja ruang tamu.
"Makasih, Sayang."
"Papah belum pulang?" tanya Arki mengedarkan pandangannya tak menemukan sosok sang ayah.
"Belum, masih ada urusan katanya. Gimana, kakak mu mau ikut kan?" tanya Mamah Nayla ingin tahu jika putra sulungnya itu mau datang atau tidak ke acara tersebut.
"Kakak gak bisa, Mah. Mungkin ada urusan." jawab Arki beralasan seperti itu, ia tak mungkin mengatakan jika ibu dari cucu Tuan Raditya adalah mantan pacar sang kakak belum move on sampai sekarang.
"Sana mandi dulu, nanti malam kita pergi sama-sama dengan Papah mu." titah Mamah Nayla, ia pun bangun dari duduknya untuk bersiap-siap sebelum suaminya datang untuk menjemputnya.
"Iya, Mah." jawab Arki, ia pun bergegas naik ke lantai dua di mana kamarnya berada.
.
.
.
Malam harinya, Papah Rayyan dan Mamah Nayla sudah bersiap untuk pergi ke acara syukuran kelahiran cucu rekan kerjanya. Ia datang karena undangan dari Tuan Raditya sebagai rekan kerjanya.
"Arki mana sih lama banget." gurutu Mamah Nayla sudah kesal menunggu anak keduanya tak turun juga.
"Sabar, Mah."
"Bi," panggil Mamah Nayla menghentikan pembantunya.
"Ya, Nyonya. Ada apa?" tanya seorang pembantu sambil tertunduk.
"Tolong panggilkan Arki ya, suruh cepat." titah Mamah Nayla membuat suaminya menggeleng-gelengkan kepalanya.
Tak berselang lama putra keduanya itu turun dengan stelan formal, ia mengenakan jas berwarna navi begitu pas di tubuhnya.
"Lama deh, Ki. Kaya cewek aja." omel Mamah Nayla pada si bungsu. Ketiganya pergi menggunakan satu mobil, Arki menjadi supir pribadi orang tuanya sudah duduk berdua di belakang.
"Maksudnya Arki jadi supir pribadi Mamah, Papah nih, Pah, pindah ke depan dong." pinta Arki tapi sang Papah menggelengkan kepalanya tanda ia menolak permintaan dari putranya. Ia tak ingin jauh-jauh dari belahan jiwanya sudah menemaninya puluhan tahun.
Arki merengut kesal sambil menyalakan mesin mobilnya untuk ia kemudikan sebagai supir pribadi orang tuanya. Kendaraan pun melaju dengan kecepatan sedang ia tak ingin terjadi sesuatu pada dirinya dan kedua orang tuanya.
30 menit, kendaraannya sampai di bangunan mewah tak kalah mewah dengan rumah orang tuanya. Ia memarkirkan mobilnya di tempat garasi sudah di sediakan oleh pihak rumah.
Kedua orang tuanya sudah lebih dulu turun untuk masuk kedalam acara tersebut, Arki tak langsung turun dari kendaraannya karena ingin mengangkat panggilan dari temannya.
Beberapa menit mengobrol dengan temannya sampai lupa jika ia datang ke kediaman rumah rekan kerja Papahnya untuk menghadiri acara syukuran cucu Tuan Raditya.
Turun dengan langkah yang tegak, Arki pun mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan orang tuanya. Ia merasa tak nyaman datang telat karena mengobrol dengan temannya.
"Papah, Mamah. Mana sih." gurutu Arki ia mengedarkan pandangannya tapi tak menemukan kedua orang tuanya.
Ketika ia ingin mengambil minum, tangan putih mulus itu sama-sama memegang gelas yang ia pegang saat ini.
"Eh, maaf. Silahkan." ucap gadis cantik itu jadi salah tingkah. Ia pun segera menarik tangannya.
Saat gadis itu ingin pergi tangannya di tahan oleh pria yang ada di hadapannya.
"Kamu bukannya gadis yang kemarin ya." tebak Arki, ia mengingat-ingat dan benar dugaannya jika gadis kemarin di toko kuenya.
Gadis cantik itu mendongak melihat pria bertanya padanya. Ada rasa malu dan takut bertemu dengan pria yang sama pernah bertemu kemarin di toko kue.
"Aku lupa nama mu siapa?" tanya Arki masih belum melepaskan tangannya dari pergelangan tangan gadis itu.
"Raisa, Tuan. Lepasin." pinta Raisa, ia tak enak di lihat orang-orang terutama ibu mertuanya. Takut ada salah paham ia sudah berstatuskan sebagai seorang istri.
Arki pun melepaskan tangannya dari gadis cantik itu, ia tersenyum karena senang bisa bertemu dengan gadis cantik sudah menggetarkan hatinya.
"Kamu datang kesini sama siapa?" tanya Arki lagi, ia ingin mengobrol lebih banyak lagi dengan gadis sudah mencuri perhatiannya.
"Raisa." panggil wanita baya tersebut melihat dari jauh jika mantunya itu sedang mengobrol dengan pria lain.
"Saya permisi." belum sempat Raisa menjawab pertanyaan dari pria itu, ia pun bergegas pergi meninggalkan pria itu masih memandangnya.
"Apa itu Mamahnya ya, gadis cantik." ucap Arki dengan pelan melihat gadis itu di panggil oleh wanita baya ia tebak sebagai ibunya.
Raisa datang ke tempat dimana ibu mertuanya berada dengan tatapan tajam. Tak pernah suka saat ia datang menjadi mantunya.
"Kamu ngobrol sama siapa? Jangan kegatelan jadi wanita. Ingat status mu itu." hina Mamah Maria berbisik pada mantunya.
"Maaf, Mah. Raisa tak sengaja bertemu dengan pria itu." jawab Raisa dengan jujur.
"Dasar wanita murahan." hina lagi sambil terlalu meninggalkan mantunya sedang mematung mendengar hinaan dari ibu mertuanya.
Rasa sakit yang kini ia rasakan tak pernah di anggap layaknya seorang mantu di kehidupan seorang wanita baya tersebut, Raisa hanya bisa meneteskan air matanya karena tak kuat menahan sakit atas perlakuan tak baik padanya.
Dari kejauhan pria masih memperhatikan gadis incaran melihat aneh dengan gadis itu seperti tak bahagia ketika menikmati acara tersebut.
"Kenapa dengan gadis itu?" tanya Arki dalam hatinya bertanya-tanya, ingin sekali ia datang lalu memeluk gadis itu dengan wajah murungnya. Tapi itu tak mungkin karena ia bukan siapa-siapanya.
"Ki, lagi lihatin siapa?" tanya Mamah Nayla mengangetkan putra bungsunya.
"Mamah, apa-apaan sih bikin kaget aja." ucap Arki sambil memegang dadanya.
"Ya kamu malah melamun sambil lihatin apa?" tanya lagi Mamah Nayla begitu penasaran dengan putra bungsunya melamun di acara ini.
"Lagi lihatin calon masa depan," jawab Arki setelah itu pergi begitu saja, ia ingin memberikan selamat pada Tuan Raditya dan wanita masa lalunya sang kakak.
"Selamat ya, Lun. Semoga rumah tangga semakin harmonis." ucap Arki mengulurkan tangannya memberi selamat pada wanita mantan dari sang kakak.
Revan datang menghampiri istri dan anaknya sedang duduk tak jauh darinya, ia menerka jika pria itu adalah masa lalunya sang istri.
"Kamu kan pria brengsek itu kan." tebak Revan tak suka jika pria itu datang untuk menemui sang istri.
"Bukan, Mas. Dia adik kembarannya." sahut Aluna, sang suami salah paham karena menebak pria itu adalah masa lalunya.
"Santai, Bro. Aku Arki bukan Arka. Kaka kembaran ku tak datang. Jadi santai saja ya, saya kesini hanya ingin mengucapkan selamat untuk kalian berdua." ucap Arki, ia tak ingin ada kesalahpahaman karena menebak jika dirinya adalah pria masa lalunya Aluna.
.
.
.
.
.
.
Selamat ya, doakan saja kakak ku cepat menemukan mengganti mu. Agar ia bisa bahagia seperti dirimu...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments