"Aku tak pernah mencuri, aku sudah membelinya." ucap gadis cantik begitu malang karena di tuduh mengambil kue di tempat toko kue lumayan ramai.
"Mana buktinya jika anda membelinya, nona." tanya pelayan kue tersebut meminta bukti pembelian dari toko ini.
Raisa, nama gadis cantik yang di tuduh mengambil kue dari toko tersebut adalah Raisa. Ia lupa menyimpan bukti pembelian kue entah di mana.
"Aku lupa menaruhnya, Mbak. Aku membelinya." ucap Raisa kekeh dengan apa yang ia beli saat ini, ia di layani oleh pelayan toko saat toko kue sedang ramai membeli jadi pelayan yang menjaga toko ini tak teliti ketika melayani pembeli.
"Ada apa ini?" tanya pria tinggi putih datang ke tokonya untuk mengecek keadaan toko kue yang ia rintis sendiri tanpa campur tangan orang tuanya.
"Ini, Tuan. Ada seorang wanita mengaku membeli kue, sedang kan dia tak pernah membelinya." ucap salah satu pelayan itu masih kekeh jika gadis bernama Raisa itu mengambil kue dari toko ini.
"Apa benar?" tanya pria itu rasa-rasanya pernah melihat gadis yang ada di hadapannya sekarang.
"Gak, Tuan. Saya membelinya, saya ke sini untuk membeli kue pesanan nyonyaku." jawab gadis cantik itu tak mau di tuduh seperti ini. Ia datang ke toko ini untuk membeli pesanan nyonya sekaligus ibu mertuanya.
"Biarkan saja, itu akan jadi urusan ku." ucap Arki melihat tatapan gadis begitu gemes saat berbicara seperti itu, ia pun membiarkan apa yang gadis itu inginkan.
"Tapi, Tuan." sahut pelayan toko kue itu, ia tak suka kedatangan gadis sok cari muka pada majikannya yang punya toko kue ini.
Arki pun meng kode dengan mengangkat tangannya. Mungkin gadis itu menginginkan apa ia mau saat ini. Dari tatapannya Arki tak pernah sedetikpun teralih dari pandangannya.
"Terimakasih, Tuan. Saya permisi dulu." saat Raisa ingin pergi tangan di cekal oleh Arki karena tujuannya membebaskan gadis itu dari tuduhan karyawannya adalah ingin mengenal lebih dekat lagi gadis yang pernah menabrak dirinya di restonya kemarin.
"Ada apa, Tuan? Apa saya melakukan kesalahan lagi. Bukannya saya sudah menjelaskan jika saya membeli kue ini tidak mencurinya." jelas gadis cantik itu, ia takut sampai pemilik toko kue ini mencegahnya untuk pergi.
"Kamu siapa namanya?" tanya Arki begitu berani, ia sudah terpesona dengan kecantikan gadis yang ia temui sudah 2 kali dengan ini.
"Raisa, Tuan. Saya permisi dulu." setelah mengatakan namanya. Raisa pergi tanpa menatap pria itu, ia takut di marahi oleh ibu mertuanya karena telat membeli kue kesukaannya.
.
.
.
Sampai di rumah berlantai dua, Raisa segera berlari ke dalam bangunan dua lantai tersebut. Ia tak ingin di marahi habis-habisan oleh ibu mertuanya tak pernah menganggap dirinya sebagai mantunya.
"Lama banget sih, apa yang kamu lakukan di luar sana, hah." bentak ibu mertuanya bernama ibu Maria. Ia tak suka dengan mantunya yang di pilih oleh putranya dari kalangan biasa saja.
"Maaf, ibu. Di jalan macet." jawab Raisa berbohong, ia tak mungkin mengatakan dengan jujur apa yang ia alami di toko kue.
"Dasar mantu tak becus, tak ada gunanya. Kenapa putraku memilih kamu sebagai istrinya." hina Mamah Maria. Dari dulu ia tak suka pasa mantunya ini. Ia sudah punya calon mantu dari kalangan sederajat dengan dan masih anak dari teman arisannya.
Cacian, hinaan, dan memarahi ia tak ada habis-habisnya. Ia tak di perlakukan selayaknya seorang istri dari putranya telah mengikrarkan janji suci padanya.
"Pergi sana, cucian piring masih menumpuk." usir mamah Maria. Ia pun menikmati kue yang tadi Raisa beli.
Di ruang dapur, Raisa menitikkan air matanya. Ia begitu merindukan sosok suami untuk mendampingi dirinya, sebagai istri yang di tinggal di malam pertama oleh suaminya untuk berkerja di kantor milik teman ibu mertuanya. mau tak mau suka tak suka suami harus pergi ke luar kota untuk menyelesaikan pekerjaan sedikit kacau. Raisa sedih sekaligus kaget apa yang sudah suaminya putuskan.
Ia dan suaminya baru beberapa jam menjadi sepasang suami istri harus terpisah di saat malam pertama, Raisa belum menyerahkan hak suami sebagai mestinya istri harus melayani suaminya.
Rindu, sudah pasti. Sang suami hanya mengabari lewat sambungan telepon saja kadang video call jika suami sudah pulang kerja baru ia bisa melepas rasa rindunya walaupun tak seperti berhadapan langsung yang ia inginkan.
Duduk seorang diri sambil memeluk lututnya, ia tak pernah memberitahukan pada suaminya tentang kelakuan ibu mertuanya pada suaminya di luar kota. Ia sudah berjanji akan setia dan menunggu suaminya pulang.
"Raisaaaa...,"teriak Mamah Maria memanggil mantunya.
Ia pun bangun lalu menghapus cairan masih mengalir di pipi mulusnya. Ia harus segera datang untuk menemui ibu mertuanya.
"Ada apa, Bu?" tanya Raisa sambil menunduk.
"Tolong pijitin kaki saya." titah Mamah Maria tak henti-henti memerintahkan pada Raisa. Rasa capek dan lelah sudah biasa Raisa rasakan saat ini. Tapi rasa rindu pada sosok suaminya belum ia obati sampai sekarang sang suami tak pulang.
"Kenapa diam, apa kamu tuli, hah. Cepetan." titahnya lagi, ia tersenyum begitu senang pada mantunya itu. Ia memang membiarkan putranya lebih lama lagi di luar kota agar mantunya merasakan nikmatnya di tinggal suami pada malam pertama.
"Iya, Bu." jawab Raisa, di dapur saja belum ia kerjakan di tambah ia harus memijit kaki ibu mertuanya. Ia pun berjongkok ingin memulai memijit kaki ibu mertuanya.
"Yang kencang," titahnya lagi.
Raisa pun menurut, ia memijit sesuai apa keinginan ibu mertuanya. Rasa lelah, kantuk dan lapar membuat perutnya mulai keroncongan.
"Bu." panggil pelan Raisa.
"Boleh istirahat sebentar, Raisa lapar." pinta Raisa.
Mamah Maria menatap lekat-lekat mantunya, ia begitu benci karena putranya memilih dia dibandingkan dengan pilihannya sejak itu.
"Pergi sana. Dasar tak becus. Putra ku tuh orang hebat bisa memilih istri seperti mu." usir Mamah Maria, ia masih kasihan pada istri putranya itu jika tahu istrinya ia perbudak karena ia benci.
Raisa bangun lalu berlalu meninggalkan menuju ke dapur, ia membuka tutup saji hanya ada dua potong tempe goreng dan nasi saja. Raisa sudah biasa di perlakukan seperti ini, ia hanya mensyukuri apa yang ia dapat sekarang. Segera ia mengambil piring lalu mengambil nasi beserta tempe hanya tinggal dua.
"Mas Reno, apa kamu sudah makan. Kapan kamu pulang, Mas. Aku merindukan mu." lirih Raisa meneteskan air matanya. Sudah satu bulan tak ada selesainya di tempat kerja suaminya di sana. Ia begitu cemas dan khawatir jika suaminya betah di sana.
.
.
.
.
.
Cepat pulang, Mas. Aku di sini menunggu mu...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Muztafa Aly
baru mampir kk
2023-09-25
0