Keesokan hari nya…
Pagi pagi yang sangat cerah ini Allea sedang bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah nya, gadis itu memperhatikan penampilan nya di depan cermin kamar bunda nya karena di kamar nya yang tidak ada cermin.
“Udah rapi nih tinggal sarapan,”gumam Allea.
Seolah gumaman nya itu di dengar sang bunda tidak berselang lama dari itu bunda Allea pun meneriaki nya untuk menyuruh pergi sarapan menuju meja makan sederhana mereka.
“Allea makan dulu,”teriak sang bunda dari meja makan.
“Iyah bunda,”balas Allea sedikit keras agar sang bunda mendengar suara nya yang dari dalam kamar itu.
Allea dan bunda nya tinggal di rumah sederhana, Alhamdullilah nya rumah mereka yang setahun lalu belum di keramik sekarang sudah di keramik karena hasil kebun sang bunda. Kebun itu sendiri juga warisan peninggalan sang ayah untuk bunda dan diri nya.
Rumah mereka memang terbilang sederhana hanya memiliki dua kamar tidak memiliki televisi, lalu kalau anak anak lain memiliki gadget, Allea harus berpuas hati hanya memilik ponsel jadul yang itu pun satu berdua dengan bunda nya.
Tapi ayolah dia seorang Allea Mallposa, sedikit pun tidak ada kata mengeluh dalam hati nya gadis itu selalu menunjukkan keriangan dan kebahagiaan di hati nya kepada sang bunda.
Sedikit pun tidak pernah Allea mengeluh tentang kehidupan yang jauh dari kata berkecukupan, contoh nya saja seperti saat sekarang ini Allea duduk di meja makan sambil melihat lauk tahu dan ikan asin serta sambal yang di buat bunda nya sudah membuat Allea tersenyum.
“Hore ikan asin, enak nih bunda,”ucap Allea dengan riang.
“Oiya dong, ini juga ada Pete di kasih tetangga bunda goreng, kamu jangan makan banyak yah nanti kan ke sekolah,”jawab bunda Allea meletakan sepiring Pete yang sudah di goreng.
“Iyah bunda, makasih masakan nya hari ini bunda, Allea sayang bunda,”jawab gadis itu dengan riang nya.
Sang bunda mengangguk tersenyum, dia sangat bersyukur kepada Tuhan memiliki anak yang tidak pernah mengeluh dengan ekonomi mereka sedikit pun, jika gadis seusia nya akan berdandan membeli banyak baju cantik, Allea tidak memikirkan itu sama sekali.
Tes.. tes…
“Bunda, bunda mimisan,”ucap Allea dengan panik.
Bunda nya yang tadi nya tersenyum menatap Allea seketika langsung menutup hidung nya menggunakan tangan agar darah itu tidak mengenai meja makan mereka, dengan cepat bunda Allea menutup hidung nya dengan tisu.
“Bunda, apa bunda tidak apa-apa? Akhir akhir ini bunda sering mimisan,”keluh Allea tidak tenang dengan keadaan bunda nya.
“Tidak masalah sayang, ini hanya karena kelelahan. Sebentar, kamu lanjut makan nanti telat, bunda ke dapur dulu membersihkan ini,”senyum bunda Allea kepada sang anak.
Mau tidak mau dengan terpaksa Allea hanya bisa menuruti sang bunda dan melanjutkan perkataan bunda nya dengan perasaan khawatir, lalu di dapur bunda Allea meneteskan air mata nya, yang di tahan sambil bergumam.
“Tuhan kenapa penyakit mematikan ini engkau kirimkan untuk ku? Bagaimana aku bisa mengatakan ini kepada Ale, bagaimana aku bisa meninggalkan nya di dunia yang fana ini sendirian, dia putri ku satu satu nya. Sayang aku ingin menemui mu di sana, tapi aku tidak sanggup jika Allea sendiri juga,”gumam suci bunda nya Allea dengan suara nya yang sedikit bergetar.
Saat tahanan tangisan pilu itu, seketika membuyarkan lamunan bunda Allea, wanita paruh baya dengan pakaian lusuh tapi masih bersih itu. Mendengar sang putri memanggil nya.
“Bunda Ale pergi dulu yah,”teriak Allea dari depan.
“Iya sayang hati hati yah, nanti siang bunda pergi,”ujar suci kepada sang anak.
“Siap bunda,”balas Allea.
Suci kembali dengan cepat mengesap mimisan nya, lalu dengan tangan gemetar mengeluarkan ponsel jadul nya. Dengan tangan bergemetar dia menyalin nomor ponsel seseorang lalu mengirimi nya pesan.
“Bagaimana kabar mu? Ini aku Suci? Apa kau masih ingat sahabat mu ini? Jika iya, bisakah kau menemui ku nanti, aku ingin mengatakan sesuatu kepada mu, aku mohon,” SEND
Pesan singkat itu terkirim ke nomor yang belum di berikan nama itu. “Sayang, aku harap sahabat ku bisa menjaga kembali putri kita, apakah itu tidak merepotkan nya bukan,”gumam suci.
Drap… drap…
Langkah kaki Allea dengan cepat menyusuri lorong sekolah yang sudah sepi itu, karena Allea berjalan kaki menuju sekolah yang berjarak sekitar 10 menit an ketika berjalan itu. Lagi lagi diri nya terlambat karena jarak yang lumayan.
Tidak seperti teman nya yang lain yang memiliki motor, atau pun sepeda untuk menuju sekolah. Allea termasuk siswi yang masih berjalan kaki tanpa rasa malu.
“Haduh gimana nih telat aku nih, Males banget mana jam pelajaran pak Yanto ada ulangan lagi,”gumam Allea.
Tanpa Allea sadari karena diri nya yang panik dan diri nya yang berlari di lorong tanpa memperhatikan kecepatan langkah kaki nya, Allea seketika menabrak seseorang yang tiba tiba keluar dari sebuah ruangan yang ada di depan nya.
Tabrakan pun tidak bisa di hindari, Allea yang kaget itu seketika menumbuk sebuah punggung seorang guru di depan nya.
Brak…
Allea seketika hampir terjatuh ketika menubruk punggung sang guru itu, karena guru itu yang menghindar setelah di tubruk itu. Hampir saja allea terjatuh ke lantai, tapi dengan cepat lengan allea di tarik, dan membuat tubuh allea melesat ke dada sang guru.
“Arghh kening ku,”
Teriak allea mengusap kening nya yang terasa menabrak benda keras, dengan perlahan gadis itu menatap seseorang yang menatap nya dengan tatapan tajam.
Karena tertabrak tadi jarak mereka sangat dekat, allea lengan nya tepat menahan wajah nya di depan dada pak Bagas yang ternyata mengenai nya tadi. Lalu jarak mereka yang intens, allea mendongkak kan wajah nya.
Gadis itu dengan tajam melihat postur wajah Bagas yang ternyata sangat tampan karena wajah khas bule lokal yang bercampur di gen nya, allea tergangga menatap ketampanan Bagas yang sementara.
‘Tuh kan anak anak benar bilang ternyata pak Bagas itu tampan, pantas saja buk Tuti yang janda itu pengen banget di gebet sama pak Bagas, lalu pemgemar nya di kelas dua belas,’ batin allea.
Lamunan allea itu seketika berhenti dengan mendadak kala, seseorang tiba tiba menjetik kening nya pelan dan mendorong wajah gadis itu menjauh.
“Jangan terlalu dekat nafas mu sedikit bau, dan berhati hati lah berjalan. Jangan berlari di koridor karena itu bahaya,”ucap Bagas dengan suara bariton.
“Hah apa?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments