BAB 5-RUSUH DI SEKOLAH

Sontak perbuatan yang di lontarkan oleh Bagas membuat Allea seketika tersadar dari pandangan yang menghipnotis mata nya karena ketampanan sang guru muda yang berusia 28 tahun ini, Allea seketika memundurkan langkah nya ke belakang dengan tergesa gesa karena perintah Bagas yang mendadak.

“Maksud nya apa yah pak? Mulut saya bau? Ga kok, Hah,”ucap Allea sambil menyemburkan nafas naga nya di depan wajah Bagas dengan kesal.

Sontak bau nafas panas Allea membuat Bagas membuang muka dengan tatapan ingin membunuh Allea, pria itu mencengkeram satu buku yang dia bawa.

“Duh duh iblis nya bangkit, kaburrrr,”teriak Allea kembali berlari meninggalkan Bagas yang setengah berteriak kepada diri nya.

“Allea Mallposa!”teriak Bagas dengan suara bariton nya.

Teriakan yang mengema di ruangan koridor itu tidak di dengarkan oleh Allea, gadis itu setengah mati takut ingin menjauhi Bagas yang seolah ingin mengutuki nya menjadi seorang angsa buruk rupa.

Hosh.. hosh…

Deru nafas Allea berpacu kencang kala itu, dia akhirnya sampai di depan kelas nya. Yang ternyata masih ribut terdengar dari luar, sesekali Allea mengelap keringat nya, lalu masuk dengan wajah lelah.

“Woi guys!”teriak Allea kepada kedua sahabat nya yang sedang tertawa berbincang.

Teriakan Allea membuat seketika satu kelas menatap nya, begitu pula Gita dan Tasya yang langsung menutup kuping mereka karena suara lengking dari Allea yang bisa merusak pendengaran.

“Kalau datang tu salam bisa neng? Jangan teriak teriak,”kesal Gita kepada sang sahabat.

“Assalamualaikum ukhty-ukhty ku yang cantik,”ucap Allea dengan suara memelas nya menuju kedua teman nya.

Gadis itu ikut menimbrung dan duduk di atas meja, sambil mencuri tisu yang ada di tangan Gita, dan mengelapkan nya ke wajah putih nya yang mulus. Kalau dapat di definisikan Allea adalah sosok gadis cantik sekitar tinggi nya 148 cm

Itu memang sedikit mungil di pendengaran tapi itu lah gen yang di dapatkan Allea dari sang bunda nya. Lalu Allea memiliki wajah putih mulus dan kulit putih serta bersih walaupun diri nya tidak memakai skincare seperti ke banyakan teman nya dan rambut panjang bergelombang sepunggung menambah kesan cantik imut dan manis di diri Allea.

Banyak yang tergila gila dengan nya di kelas, tapi diri nya selalu menyangkal mengatakan jika orang lain tidak melirik nya tapi melirik kedua sahabat nya itu. Memang sedikit bodoh tapi inilah Allea dia selalu merasa tidak sebaik orang lain dan selalu merasa kurang dan tidak pantas untuk seseorang yang dia temui.

“Lah kenapa lagi lu Ale? Jangan bilang lagi lu bikin masalah sama pak Bagas, sekarang dia ada kelas dadakan kan di 12 IPA 1,”terang Tasya yang melihat sahabat nya itu ngos ngosan.

“Iyah kok tahu sih, bisa bisa nya hidup gua selalu di liputi kesialan bertemu dengan iblis itu di pagi hari. Gua pengen banget menghindari pertemuan dengan beliua, tapi gua ngerasa tu orang macam punya bunsin di mana mana ketemu, ngeri gua,”jelas Allea dengan panjang lebar nya dan mulut nya yang cerewet.

Hap…

Gita memasukan setengah roti yang dia makan ke mulut Allea agar berhenti berceletuk, yang mana benar saja Allea mengunyah nikmat roti rasa coklat itu sambil tersenyum.

“Jangan mengatakan hal buruk Ale, pak Bagas hari ini masuk karena kak Rian kan mau ikut lomba Olimpiade fisika tingkat provinsi mewakili sekolah kita, nah pak Bagas itu termasuk orang yang pintar, iQ nya ga main-main jadi dia cocok ngajarin kak Rian buat pendamping lomba,”jelas Gita kepada sang sahabat.

Ya Gita tahu informasi itu bukan karena diri nya yang kepo tapi fans fans pak Bagas lah yang membuat berita itu tersebar, dan dari hal itu Gita dapat mengetahui jika ternyata seorang pak Bagas lulusan luar negeri dan cumlaude yaitu nilai terbaik dari kampus nya.

“Tapi aku sedikit bingung? Kenapa dia malah milih ngajar di sekolah perkampungan gini ya? Kalau emang sepintar itu,”balas Tasya sedikit penasaran juga.

“Halah palingan ngincar buk Tuti itu, guru yang janda dari kelas IPA,” kekeh Allea kembali setelah selesai mengunyah roti nya itu.

“Eits, Allea mulut mu! Bagaimana jika buk Tuti dengar, mampus kita di hukum,”kesal Tasya menepuk pelan paha sang sahabat.

Gita hanya mengeleng dan terkekeh mendengar jawaban Allea yang sama sekali tidak terpikir dari nya, tapi lalu alasan apa yang membuat seorang pria tampan sekelas pak Bagas lulusan luar negeri mengajar di sekolah mereka. Dan Bagas dikatakan mengajar baru 3 tahun, pas saat mereka masuk menjadi siswa baru di sekolah ini.

“Hmm mungkin orang pintar gabut kali ya,”gumam Allea mengingatkan seseorang sambil tersenyum.

“Nah nah mulai ingat kak Rian tu, lihat foto ini nih,”jelas Tasya.

Gadis berkacamata dan berkepang itu mengeluarkan ponsel android canggih nya yang menampilkan foto Rian dan Rifka yang saling merangkul di sebuah foto keluarga ada orang tua rian dan orang tua Rifka juga. Allea yang menatap itu seketika mengambil ponsel Tasya dengan cepat dan menarik nya.

Brak…

“Hah apa ini? Kok? Lah sama badut?”tanya Allea menatap foto itu dengan hati bergetar.

“Anjir kaget aku hp ku hampir jatuh,”jelas Tasya memegang dada nya yang kaget.

Sedangkan Gita melirik sang sahabat yang terlihat menunduk lemas, ayolah cinta 3 tahun itu tidak lah sebentar. Allea jatuh cinta pada pandangan pertama sejak pertama ospek ketika melihat rian di depan mata nya.

“Sudah lupakan, seperti nya ketua yayasan dan kepala sekolah sudah ingin berbesan. Mereka sampai acara makan keluarga gitu, satu sekolah juga heboh dengar berita ini di Sosmed sekolah, lalu apalagi para fans kak Rian mereka ingin menghantam Rifka tapi ya bagaiman dia anak kepsek,”ucap Gita menaikan bahu nya menjelaskan itu kepada sang Allea.

Huft…

Allea menghembuskan nafas nya kasar, dia sedikit kecewa. Apakah cinta 3 tahun nya sia sia tanpa pernyataan sampai mereka lulus nanti? Atau haruskah aku berani mengungkapkan nya? Sungguh bimbang perasaan ini.

“Arghhh pangeran Rian,”teriak Allea frustasi menarik rambut nya.

“Dah mulai dah,”ngeri Gita dan Tasya menatap sang sahabat mulai nge reog.

Saat mereka tengah asik mengobrol itu, tiba tiba guru masuk. Dengan cepat mereka langsung duduk di kursi masing-masing, sedangkan allea masih tertunduk tidak sadar.

“Heh gblk jangan duduk di atas meja, itu buk din woi,”tarik Gita menarik baju sang sahabat.

Brak…

Bukan tasya atau Gita melainkan penghapus papan tulis yang menyadarkan Allea karena kepala nya terasa sakit di timpuk dari belakang.

“Woe sakit anjy,”teriak Allea memutar badan nya lalu berdiri, gadis itu seketika cengegesan menatap guru di depan nya.

“AnjY anjy! Ale!!!! Berdiri dan bersihkan kamar mandi cepat!”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!