Setelah kepergian Mehmet, Kenan mendapati Ivy sedang berdiri di belakang dinding ruang depan.
"Apa kau suka menguping pembicaraan orang lain?" Manik mata abu-abu gelap itu menatap tajam wajah oval yang polos tanpa riasan.
"Lantas aku harus bersembunyi di mana? Suara kalian terdengar cukup jelas," elak Ivy sambil mengangkat kedua bahunya dan berjalan menjauhi Kenan.
Pria itu segera menyadari bahwa memang benar perkataan wanita itu. Dengan tempat tinggalnya yang kecil, hanya dua tiga langkah saja jarak antar ruangan. Bahkan terasa sempit jika dihuni oleh dua orang.
"Apa kau mendengar semuanya?" Kenan menuang teko plastik yang berisi air putih ke dalam sebuah gelas kaca yang ada di atas meja.
"Ya. Kenapa kau tidak memperjuangkan cintamu? Bukankah rasanya sangat menyakitkan jika kau kehilangan orang yang kau cintai?" tanya Ivy yang berjalan mendekati Kenan.
"Apa kau tahu rasanya kehilangan?" Kenan balik bertanya sambil melangkah maju mendekati Ivy. Kedua orang itu berdiri berhadapan dengan jarak yang sangat dekat, sejengkal telapak tangan orang dewasa.
"Aku tidak tahu," jawab Ivy yang sedikit mendongakkan kepalanya, karena tinggi Ivy hanya sebatas leher Kenan.
"Jika kau tidak tahu rasanya kehilangan, jangan pernah bertanya apapun tentang diriku!" seru Kenan sambil memajukan langkahnya kembali membuat Ivy dengan spontan memundurkan langkahnya. Hingga wanita itu terpojok di dinding.
"Kau dan aku hanyalah orang asing yang kebetulan bertemu, jadi jangan campuri urusanku! Begitu juga denganku, aku tidak akan mencampuri urusanmu!" seru Kenan dengan penekanan, suara itu terdengar tepat di depan telinga Ivy. Membuat jantung Ivy berdetak kencang, entah karena takut atau karena ada sesuatu hal yang lain.
Ivy kembali bernapas dengan lega, setelah Kenan membalikkan badannya sedikit menjauhinya.
"Setelah makan siang aku akan mengantarmu pulang. Aku akan ke dermaga dulu. Ada kapal yang harus aku perbaiki," ucap Kenan yang langsung meninggalkan Ivy yang masih berdiri mematung.
*****
Sang surya sudah naik ke atas kepala, ketika Ferit mendatangi perusahaan Eleanor. Laki-laki berperawakan tegap itu membuka pintu ruang kerja Victor, bagaikan ruangannya sendiri.
"Ini sudah batas waktunya, Victor Eleanor! Apa Ivy sudah ketemu?" tanya Ferit sambil mencondongkan tubuhnya di depan meja ayah Ivy.
Pria paruh baya itu hanya bisa menutup kelopak matanya dan menghembuskan napasnya dalam-dalam.
"Jika kau ingin menikahi putriku, aku bisa memberikan Cansu sebagai pengganti Ivy," ucap Victor lirih. Ia mencoba mengulur waktu agar Ferit tidak menarik bantuannya.
Ferit tertawa terbahak-bahak begitu mendengar penawaran Victor. Pria berambut coklat tua itu membalikkan papan nama Victor yang ada di atas meja.
"Bantuan yang aku berikan itu senilai dengan berharganya Ivy di matamu. Apa aku akan menukar sebongkah berlian dengan batu kali?"
Victor Eleanor terdiam mendengar perkataan Ferit. Pria itu benar, tidak ada yang lebih berharga daripada Ivy dan Deniz di dalam hidupnya. Seandainya saja ada orang lain yang bisa membantunya tanpa harus mengorbankan putrinya.
Ferit menunjukkan berkas perjanjian yang sudah mereka tandatangani sebelumnya. Seketika Victor bangkit berdiri dengan manik matanya berkaca-kaca menatap berkas itu.
"Perjanjian ini berakhir! Aku tidak akan memberikan sepeserpun untuk perusahaanmu!" teriak Ferit sambil merobek-robek berkas itu di hadapan Victor kemudian melemparkannya ke atas. Serpihan kertas itu terbang dan jatuh ke lantai. Pupus sudah harapan Victor untuk menyelamatkan perusahaannya.
"Perjanjian ini boleh berakhir, tapi aku akan membawa kembali pengantinku! Aku akan menemukan Ivy dengan caraku sendiri!" ancam Ferit. Laki-laki itu hendak melangkah pergi.
"Tunggu! Jika perjanjian ini berakhir, tidak ada pernikahan antara kau dan Ivy!" seru Victor dengan sisa kekuatannya untuk menyelamatkan putrinya dari Ferit.
Ferit berjalan mendekati Victor yang berdiri di belakang meja kerjanya. "Memang betul tidak ada perjanjian maka tidak ada pernikahan. Tapi aku akan membuat putrimu itu menundukkan kepalanya dihadapan ku! Setelah ia mempermalukan ku di muka umum!"
Pria berikat rambut itu segera membalikkan badannya dan meninggalkan Victor yang terduduk lemas di kursinya.
Tangan Victor bergetar hebat ketika mengusap pigura foto keluarganya yang ada di atas meja. Ia telah gagal menjadi ayah, kepala keluarga dan pemilik perusahaan. Untuk menyelamatkan putrinya saja, ia tidak sanggup.
Pria paruh baya itu segera mengambil obat darah tingginya yang ada di laci meja dan segera meminumnya. Ia meminta sopir perusahaan untuk mengantarkan dirinya pulang kembali ke rumah.
Di dalam perjalanan, Victor hanya menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi penumpang. Tatapan matanya tampak kosong menatap jendela yang ada di sampingnya.
"Tuan Victor, kita sudah sampai rumah," kata sopir perusahaan ketika dilihatnya majikannya itu tertidur di kursi belakang.
"Ya," sahut Victor yang segera terbangun begitu mendengar suara sopirnya. Sopir tersebut langsung dengan sigap, membuka pintu mobil yang ada di samping Victor.
"Apa perlu saya antar ke dalam, Tuan?" tanya sopir tersebut.
Victor hanya mengangkat telapak tangannya seolah mengatakan tidak perlu, aku masih kuat berjalan. Sebelum sopir itu pergi, ia melihat majikannya itu masuk ke dalam rumahnya.
Sekitar pukul tiga sore, Kenan mengantar Ivy untuk pulang ke rumahnya. Sekilas ia menatap wajah samping Ivy ketika mobil yang ia kemudikan berhenti di lampu merah. Begitu juga dengan Ivy, yang sekilas menatap wajah Kenan ketika mobil itu berjalan. Hanya ada kebisuan yang menghinggapi mulut mereka.
Pukul empat sore, mobil SUV itu berhenti di depan rumah Ivy. Rumah dengan gaya mediterania berwarna putih dengan aksen coklat. Dengan bentuk jendela dan pintu yang melengkung di bagian atasnya.
Ivy dan Kenan keluar dari mobil dan melangkah mendekati pintu masuk. Ivy menekan bel rumahnya.
"Ivy...!" seru Nur dengan rasa terkejutnya sekaligus bahagia ketika melihat anak majikannya itu telah pulang. Ivy memeluk wanita bertubuh gembul itu dengan erat.
"Kau baik-baik saja? Semua orang mencarimu," ucap Nur dengan matanya yang berkaca-kaca memegang wajah Ivy.
"Ya. Aku baik-baik saja," jawab Ivy.
Manik mata Nur beralih kepada pria yang ada di belakang Ivy. Sebelum pelayan rumahnya itu angkat bicara, Ivy langsung mengajak Kenan untuk masuk ke dalam rumah.
Baru saja mereka melangkah dua langkah, Victor sudah berdiri di depan Ivy dan Kenan. Membuat kedua orang itu menghentikan langkahnya.
"Kau masih ingat rumahmu? Kau masih ingat dengan ayahmu, hah?" tanya Victor dengan tatapan matanya yang tajam.
"Ayah...," ucap Ivy dengan lirih. "Maafkan aku. Kumohon jangan paksa aku menikah dengan Ferit." Manik mata hijau itu meleleh bagaikan es batu yang mencair.
"Apa karena pria ini kau melarikan diri di hari pernikahanmu?" Victor menunjuk batang hidung Kenan. Pria muda itu tampak kebingungan.
"Tunggu...," kata Kenan mencoba menjelaskan sebenarnya apa yang terjadi. Tetapi tiba-tiba Ivy memotong perkataannya.
"Iya itu benar. Dia telah mengambil kehormatan ku, Ayah," ucap Ivy dengan linangan air matanya.
Maafkan aku, Kenan. Aku terpaksa memfitnahmu agar ayah tidak memaksaku untuk menikah dengan Ferit. Pria itu pasti akan mundur, jika mengetahui kabar bahwa aku sudah tidak suci lagi.
Raut wajah Kenan dan Victor mendadak berubah. Kenan segera menarik lengan Ivy, ia ingin wanita itu mengklarifikasi perkataannya. Tetapi Victor segera melepaskan tangan Kenan dari lengan putrinya.
"Berani sekali, kau menyentuh putriku!" pekik Victor yang langsung melayangkan tangannya ke wajah Kenan.
"Itu tidak benar!" teriak Kenan. Ia menatap tajam wajah Ivy.
Victor memundurkan langkahnya, ia menatap wajah Ivy dan Kenan secara bergantian. Mencoba mencari tahu, siapa diantara mereka yang berbohong.
"Apa Ayah tidak mempercayaiku lagi?" Ivy mencoba meyakinkan Victor dengan tangisannya. Mendengar tangisan Ivy membuat pria paruh baya itu mengambil keputusan yang salah di dalam hidupnya.
Victor memanggil penjaga rumahnya. "Hajar pria ini! Dan kurung dia di gudang!"
* BERSAMBUNG *
Sudah baca dari awal hingga bab ini? Gimana apa kalian menyukai cerita dari Turki ini? Jangan lupa kasih Like, Komentar, Rate bintang lima dan Vote kalian ya 🤗 Terimakasih 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments
Erni Fitriana
syuka karya author oei.....
apes bangwt keenan😔
2023-10-08
0
dewi
ini yg namanya Air susu dibalas air tuba
2023-09-02
0
Al Fatih
kenan,, saranghae 😊😊😊
2020-12-06
0