Keesokan harinya di ruang makan keluarga Eleanor, makanan sudah lengkap tersaji di atas meja makan. Cansu, putri Sophia dari suami pertamanya sedang menopang dagunya dengan kedua tangannya yang menempel di atas meja.
Ayah kandungnya sudah lama meninggal sejak ia berusia sepuluh tahun. Tepat di usianya yang kedua belas, ibunya menikah dengan ayah Ivy. Usia Cansu dan Ivy sama, mereka hanya berbeda bulan kelahiran. Cansu lebih tua lima bulan dari Ivy.
Kini wanita berusia dua puluh dua tahun itu memandangi roti lapis dan yoghurt yang ada di depannya, tapi ia tidak benar-benar melihatnya. Pikirannya berputar kembali mengingat kejadian semalam. Memikirkan sebenarnya apa yang sedang terjadi di keluarganya saat ini.
Saudara tirinya yang baru saja kembali ke Istanbul minggu lalu, mendadak harus menikah dengan laki-laki pilihan orang tuanya. Laki-laki yang tidak mereka kenal, Cansu pernah bertemu dengan Ferit sekilas di kantor ayah tirinya.
Laki-laki yang tampan, berkuasa, kaya raya... Bukankah itu idaman semua wanita? Tapi kenapa Ivy menolaknya? Ivy... Ivy... kau terlalu naif sayang.
"Cansu, yoghurtmu!" seru Nur. Pelayan rumah yang berusia sekitar empat puluh tahun melihat anak majikannya menuang cairan kental dan berasa asam itu sambil melamun.
"Oh...!" pekik Cansu yang terkejut setelah menyadari cairan yoghurt nya sudah meluber hingga ke meja makannya.
"Aku akan membersihkannya." Nur segera mengambil kain serbet yang ada di dapur.
Sementara itu di ruang kamar Victor dan Sophia, sepasang suami istri paruh baya itu kembali terlibat pertengkaran yang sama seperti semalam.
"Jika saja anak-anakmu tidak menghabiskan biaya besar, kita tidak mungkin terlilit banyak hutang, Victor!" seru Sophia kepada suaminya.
"Semua itu bukan salah mereka. Aku bekerja untuk memenuhi kebutuhan dan masa depan anak-anak!" sangkal Victor yang mengarahkan telunjuknya ke wajah istrinya.
"Akui saja... berapa banyak uang yang kita keluarkan untuk menyekolahkan Ivy ke Paris? Dan berapa biaya pengobatan untuk Deniz? Anak-anak mu penyumbang pengeluaran terbesar!" Sophia kembali memojokkan Victor.
"Cukup, Sophia!" teriak Victor dengan keras. Pria paruh baya itu mengusap wajahnya dengan kasar semetara tangan yang satu memegang teralis besi jendela kamarnya.
Pria paruh baya itu sudah tidak tahan menghadapi situasi seperti ini. Perusahaan yang di bangunnya sejak ia masih muda terancam bangkrut. Ia tidak bisa membayar hutang-hutangnya pada pihak bank. Ditambah lagi, ancaman Ferit yang tidak akan memberikan bantuannya jika pria itu tidak bisa menikah dengan Ivy.
"Ini uang untuk pengobatan Deniz, pihak rumah sakit sudah menagihnya. Aku akan segera ke kantor," ucap Victor setelah menurunkan emosinya, ia memberikan sebuah amplop kepada Sophia.
"Baiklah. Nanti aku akan ke rumah sakit." Sophia menerima amplop berwarna putih tersebut. Sebelum ia memasukkannya ke dalam laci, ia membuka isi amplop tersebut. Manik matanya bersinar melihat beberapa lembar uang kertas dengan jumlah yang cukup banyak. Garis bibirnya tertarik ke atas.
Bunyi hentakan sepatu terdengar menuruni anak tangga, membuat Cansu dan Nur menghentikan aktivitas mereka pagi ini.
"Cansu, apa Ivy sudah pulang?" tanya Victor yang belum melihat putri kandungnya berada di ruang makan. Raut wajahnya kembali tegang.
"Belum, Ayah. Semalam aku mencoba menghubungi ponselnya, tapi tidak tersambung," jawab Cansu yang masih duduk di kursi makannya.
"Cansu, sebaiknya kau mencari pekerjaan mulai sekarang. Siapa tahu kau bisa membantu perekonomian keluarga kita," ucap Sophia sambil memasukkan selembar daging asap ke dalam tumpukan rotinya.
"Memangnya apa yang terjadi dengan keuangan keluarga kita? Apa perusahaan Ayah ada masalah?" tanya Cansu yang di sambut tatapan tajam Victor kepada ibunya.
"Hanya masalah bisnis biasa. Tapi benar kata ibumu, mulailah mencari pekerjaan. Apalagi kau juga baru menyelesaikan kuliahmu," jawab Victor sambil mengangkat gelasnya yang berisi jus jeruk, kemudian meneguknya sampai habis.
"Aku akan mencari pekerjaan setelah Ivy berhasil di temukan. Hari ini aku akan keluar mencari Ivy." Cansu menatap wajah ayah dan ibunya secara bergantian.
Setelah menyelesaikan sarapannya, Victor segera pergi ke kantor. Sementara Cansu pergi untuk mencari Ivy. Tinggal nyonya rumah dan seorang pelayan di dalam rumah itu.
Sophia mendatangi Nur yang ada di dapur. Wanita berambut merah itu memperhatikan pelayannya yang sedang membuat adonan kue.
"Untuk siapa kue itu?" tanya Sophia yang membuat Nur mematikan mesin pengocok telurnya.
"Ivy. Sejak ia pulang dari Paris, aku belum membuat kue kesukaannya," jawab Nur sambil menuangkan gula pasir ke dalam adonan kuenya yang berwarna kuning.
"Nur, aku tahu kau sudah bekerja cukup lama di rumah ini. Bahkan sebelum aku masuk ke dalam keluarga ini," kata Sophia yang menyandarkan dirinya di depan mesin oven yang besar.
Pelayan senior itu hanya menatap lurus wajah majikannya. Ia masih belum memahami alur pembicaraan wanita itu. Tapi ia mengenal watak Sophia, semua kata-kata wanita itu mempunyai makna yang terselubung.
"Apa yang ingin Anda bicarakan, Nyonya?" tanya Nur yang mengambil kain serbet untuk membersihkan tangannya yang terkena adonan tepung.
"Sebaiknya mulai hari ini, kau mencari pekerjaan lain!" seru Sophia dengan manik matanya yang menatap ke bawah tanpa memandang wajah Nur.
"Apa maksud, Nyonya? Apa Nyonya akan memecat saya?" Nur sedikit emosi mendengar dan melihat tatapan wajah majikannya yang seakan memandang rendah dirinya.
Sophia hanya menggelengkan kepalanya dan menutup mulutnya dengan jari telunjuknya.
"Bukan memecatmu. Tapi mungkin sebentar lagi, aku dan suamiku tidak mampu menggajimu lagi." Tatapan tajam dan senyuman Sophia membuat pelayan bertubuh gembul itu menjatuhkan spatula nya ke lantai.
Sophia hanya menatap spatula yang terjatuh tepat di depan kakinya, kemudian ia membalikkan badannya melangkah pergi meninggalkan Nur yang termenung memandangi spatulanya.
* BERSAMBUNG *
Halo para readers...
Gimana sudah baca sampai tiga bab? Apa kalian suka? Semoga cocok ya dengan selera kalian...
Jangan lupa kasih like, komentar, rate bintang lima dan vote kalian ya 🤗 Terimakasih 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments
dewi
karyanya bagus 👍👍👍👍👍🥰
2023-08-31
0
SHIRLI
lanjut lagi thorrr😍😍😍
2020-11-20
1
Sekar Laveina
hum, cerita ini bener2 menarik😍
2020-11-20
1