Hari yang ditunggu tunggu oleh keluarga Kastara akhirnya datang juga. Hari dimana putra semata wayangnya menikah dengan gadis pilihannya dan melepas masa lajangnya.
Maya dengan haru menatap pasangan suami istri yang baru saja sah beberapa jam lalu. Pasangan itu sedang berfoto untuk mengabadikan hari bahagianya. Wanita itu sangat bahagia melihat anaknya memiliki seseorang yang akan menjaganya. Ia sudah tidak perlu khawatir lagi.
Karena almarhum papa Elfathan merupakan anak tunggal dan nenek kakek dari pihak papanya sudah tiada juga jadi hanya keluarga besar dari mamanya yang hadir saat akad ini. Semua rekan bisnis, teman temannya, ataupun teman mamanya akan hadir saat acara resepsi.
Sekarang, waktunya pasangan itu untuk berganti pakaian dengan pakaian yang akan dipakai untuk acara resepsi. Maya mengikuti kemana arah pasangan itu pergi.
"Mama?" ujar Elfathan ketika melihat pintu terbuka
"El, makasih ya," ungkap Maya dengan mata yang berkaca-kaca
"Makasih untuk apa ma?" tanyanya bingung
"Makasih karena udah mewujudkan permintaan mama, makasih udah memilih calon yang baik, mama bahagia El," jawab mamanya
Elfathan langsung membawa mamanya ke dalam pelukannya. Ia tidak pernah melihat mamanya sebahagia ini, apalagi setelah papanya tidak ada.
"Mama gak perlu bilang makasih, apa pun yang mama pengen aku bakal wujudin itu sekalipun dengan cara yang tidak baik."
"Jagain terus Raifa ya El, sayangin dia, dia wanita baik. Kalau sampe kamu sakitin dia, itu berarti sama aja kamu sakitin mama. Jangan pernah menyia-nyiakan hal yang ada," nasihat mamanya
Jika saja Maya tahu yang sebenarnya terjadi, entah akan sehancur apa hatinya untuk menerima itu semua.
"Iya ma, tumben banget mama jadi bijak kayak gini?" tanya Elfathan dengan tatapan mengejek
"Karena mama sayang sama kalian berdua," ungkapnya tulus
Sedangkan di sudut lain dari ruangan itu ada seorang gadis cantik yang belum mengganti bajunya dan hanya menatap cermin yang ada di depannya sambil mendengar percakapan antara anak dan ibu itu.
Dadanya terasa sesak, entah ia harus merasa bahagia atau sedih. Ia pernah membayangkan jika di hari pernikahannya, ayahnya akan menemaninya. Tapi itu semua hanya tinggal angan angan saja. Pernikahan sudah terjadi, bersama laki-laki yang sama sekali tidak ia kenal asal usulnya.
"Ayah, ibu, maafin Raifa. Maaf, tapi aku harus lakuin ini." Gadis itu berbicara sendiri seolah olah ada kedua orang tuanya di hadapannya.
Tak mau membuat orang orang diluar sana semakin lama menunggunya, Raifa buru-buru mengganti pakaiannya dengan gaun yang sudah disiapkan. Setelah selesai, seorang penata rias menyambutnya untuk membenarkan rias annya.
Raifa menatap ke arah cermin yang di mana terlihat jelas laki-laki yang sudah menjadi suaminya itu sedang memperhatikannya. Laki-laki itu tersenyum tipis, bahkan sangat tipis sehingga tidak ada yang mampu melihatnya jika tidak melihat dengan teliti.
"Selamat ya, kalian sekarang sudah resmi menjadi suami istri, kalian harus rukun rukun terus," ujar Maya sambil menyatukan kedua tangan pengantin baru itu.
Raifa menanggapi itu dengan senyuman, sedangkan Elfathan tersenyum pun tidak. Mereka dituntun untuk segera menuju pelaminan. Seluruh tamu undangan menatap ke arah mereka dengan penuh haru.
Elfathan dan Raifa menyambut para tamu undangan dengan senyum manis. Ralat, hanya Raifa saja yang tersenyum manis sedangkan Elfathan seperti biasa masih mempertahankan wajah datarnya walaupun ini merupakan hari pernikahannya.
"Cocok banget ya mereka, serasi, jadi gak sabar liat anakku juga nikah."
"Yang satu cantik yang satu lagi ganteng, emang perpaduan yang sempurna."
"Entah nanti anaknya bakal kayak gimana ya jeng, orang tuanya aja cakep cakep gini, pasti anaknya lebih dari orang tuanya."
"Jeng Maya beruntung banget dapet menantu kayak istrinya Elfathan, udah cantik dan pasti baik lagi."
Sepasang suami istri itu menjadi perbincangan para ibu ibu yang menjadi tamu undangan di hari pernikahan mereka. Semua pandangan menyorot ke arah mereka.
"Pah, anak kita udah nikah. Semoga mereka terus bahagia pah. Mama jadi keinget dulu waktu pernikahan kita." Maya bermonolog sambil menatap ke arah anaknya dari kejauhan.
Kaki Raifa sudah sangat pegal karena memakai heels yang cukup tinggi. Terlihat sekali jika gadis itu sudah tidak nyaman karena terlalu lama berdiri dan harus mempertahankan senyumnya.
"Kalau gak kuat buat berdiri lagi, duduk aja," ujar Elfathan yang sudah memperhatikan gadis itu sejak tadi.
Raifa sontak menatap ke arah laki-laki yang di sampingnya. Ia sedikit terkejut jika ketidaknyamanannya dari tadi terbaca oleh Elfathan.
"Gak kok, masih bisa nahan," jawab Raifa seadanya
Namun, tiba-tiba saja Elfathan berjongkok dan tangannya terulur untuk membuka tali dari heels yang ia pakai. Raifa sempat menolak, namun karena mendapat tatapan tajam dari Elfathan akhirnya ia menurut saja.
Adegan itu menjadi pusat perhatian tamu undangan, dan sebagian diantara mereka ada yang mengabadikannya lewat video. Ini merupakan hal yang langka, karena menurut mereka ini pertama kalinya Elfathan pewaris tunggal dari keluarga Kastara melakukan hal romantis untuk wanita.
"Gue tau selain lo capek berdiri terus, lo juga kesakitan karena heels yang lo pakai. Kalau emang gak nyaman, bilang aja, daripada diri lo sakit sendiri," tutur Elfathan setelah kembali berdiri
Rangkaian demi rangkaian acara telah terlaksana. Semua tamu undangan telah kembali ke rumahnya masing-masing, yang berada di gedung sekarang hanya tinggal sepasang suami-istri tersebut, Raihan, Maya, dan beberapa pegawai yang telah membantu menyukseskan acara hari ini.
"Selamat ya pengantin baru, cepet cepet deh kasih gue ponakan yang lucu," ungkap Raihan yang baru saja terlihat karena sepanjang acara tadi ia juga ikut sibuk
"Gak usah sok asik deh," desis Elfathan sambil mendelik
"Gue cuma ikut ngelancarin sandiwara lo El, gak marah lah. Wajar kan gue kasih ucapan selamat. Lagipula, kalau tiba-tiba tante Maya datang kan bisa gawat," elaknya, padahal tujuannya hanya ingin menggoda pasangan itu saja.
"Raifa, sabar sabar ya ngurusin makhluk satu ini, harus banyak istighfar soalnya."
Raifa hanya menanggapi ucapan Raihan dengan senyuman, ia tidak tahu harus menanggapi bagaimana karena masih canggung juga.
"Duh, senyumnya. Boleh kali El kalau nanti dia sama gue," goda Raihan kepada sahabat sekaligus bosnya itu.
"Gak ya!" sentak Elfathan yang secara spontan saja memberi reaksi seperti itu.
"Kok enggak sih, ya gapapa dong." Raihan semakin gencar menggoda Elfathan
"Y-ya, dia kan bukan barang, masa iya asal kasih aja," elaknya. "Udah deh, lo mending urusin lagi tugas yang belum lo kerjain, bantu ngangkat pilar kek!" lanjut laki-laki itu
"Elfathan kalau mode cemburu emang gak masuk otak jalan pikirnya." Raihan segera pergi dari hadapan mereka sebelum kembali diusir
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments