"KAMU BENER BAKAL NIKAH? BUKAN CUMAN MAU BOHONGIN MAMA KAN?!"
Suara melengking nan berisik itu memenuhi telinga Elfathan. Laki-laki mengusap pelan telinga sebelah kanannya, wanita tua yang telah melahirkannya ini memang sangat heboh. Lihat saja, baru diberi kabar bahwa dirinya akan menikah sudah seheboh ini.
Selepas selesai membicarakan kontrak pernikahan dengan pengacaranya, Elfathan kembali ke rumah sang ibu karena asistennya sedang mengantarkan wanita yang akan menjadi calon istrinya. Tadinya ia akan mengadakan meeting bersama karyawannya tapi sepertinya ia urungkan saja.
"Beneran ma," jawab Elfathan dengan malas
Maya berkacak pinggang di hadapan anaknya sambil melotot. "Kamu pasti bohongin mama! Kamu gak inget ucapan mama tadi?! Kamu gak boleh dateng ke rumah ini sebelum kamu bawa calon istri kamu!" tegasnya
"Ma, udah deh gak usah drama."
"Mama gak bakal percaya sebelum kamu bawa calon istri kamu ke hadapan mama sekarang juga! " perintah Maya
Elfathan merongoh saku celananya mengambil handphone yang tersimpan disana. Ia menyalakan benda pipih itu dan mulai mencari sesuatu yang ia perlukan.
"Nih, mama liat sendiri. Ini calon istri aku, dan pernikahan kita bakal dilaksanakan satu minggu lagi. Semuanya udah aku siapin, kalau mama mau nambahin itu terserah mama," jelas laki-laki itu sambil menyodorkan handphonenya.
Disana terpampang foto Raifa di sebuah taman sambil tersenyum manis, laki-laki itu baru saja mendapatkannya dari asistennya karena tidak mungkin Elfathan mau repot repot mencari sendiri foto wanita itu.
"Cantik banget El, manis senyumnya, kamu nemu dimana?" tanya wanita tua itu.
"Nemu di tong sampah," balas Elfathan dengan celetukan asalnya.
Maya mencubit pelan lengan anaknya itu. "Kamu jangan kayak gitu sama calon istri sendiri. Oke, berarti mama mau ajak dia belanja buat kebutuhan dia sendiri, kamu udah fitting baju?" tanyanya
"Belum, besok udah janjian sama orang butik nya," jelasnya
"Mama ikut ya El, pengen cepet ketemu mama sama calon mantu mama." Elfathan hanya menjawabnya dengan anggukan saja. "Oh, ya, siapa namanya? Kan gak mungkin nanti saat ketemu mama gak tau namanya," lanjut wanita itu
Tubuh Elfathan tiba-tiba saja menegang, ia lupa nama wanita yang akan menjadi istrinya nanti. "Mama tanya sendiri aja nanti," elaknya mencoba untuk mengalihkannya
"Lah? Jangan jangan kamu gak tau nama calon istri kamu?! Yang bener aja kamu ini!" ujar Maya
"Tau, biar mama lebih mandiri aja jadi nanya sendiri ya," balas Elfathan lalu berlalu dari hadapan mamanya agar tidak ditanya hal hal lain.
"El! Mama belum selesai nanya nanya nya! Jangan pergi dulu!" teriak Maya
Elfathan tetap melanjutkan langkahnya dengan santai. "Mama tanya aja nanti sendiri! Aku ngantuk mau tidur!" jawabnya yang tidak kalah keras
Waktu berjalan begitu cepat sehingga hari yang ditunggu tunggu oleh Maya datang juga. Dari kemarin malam ia sudah tidak sabar menunggu hari ini. Ia akan melakukan banyak hal dengan calon menantunya itu. susu
Wanita itu sudah mandi selesai sholat subuh dan langsung menyiapkan sarapan untuk anaknya karena Elfathan tiba-tiba saja minta untuk menginap dengan alasan jika nanti sudah menikah sudah tidak bisa menginap lagi, katanya. Meja makan sudah dipenuhi oleh makanan sehat, roti serta susu.
"El, sarapan dulu cepet sini. Mama udah bikin sandwich buat kamu sebagai tambahan hari ini," ujar Maya menyapa anaknya yang baru saja datang
"Thanks, ma," balas Elfathan dengan singkat
"El, sekarang kita langsung berangkat buat fitting baju pernikahan kamu kan?" tanya mamanya dengan terlihat sangat antusias
Elfathan berdecak kesal, sungguh jika wanita ini bukan mamanya sudah pasti ia akan buang jauh jauh. "Iya ma, kalau mama terus nanya hal itu yang ada nanti kita telat buat fitting bajunya," jelas laki-laki itu
"Iya, iya, kamu sewot banget sih mentang mentang mau nikah," jawab mamanya
"Kalau bukan karena mama yang suruh juga aku gak bakalan mau nikah deket deket ini," ujar Elfathan dengan sangat pelan sehingga tidak terdengar oleh mamanya.
Setelah mereka selesai sarapan Elfathan langsung beranjak dari duduknya menuju garasi untuk menyiapkan mobil yang akan ia pakai hari ini. Asistennya sudah ia tugaskan untuk menjemput wanita yang akan menjadi istrinya itu agar tidak memakan banyak waktu.
Elfathan menurunkan kaca mobilnya ketika melihat mamanya masih saja berkaca di layar handphonenya. "Ma! Cepetan masuk, nanti telat lagi kesananya!" seru laki-laki itu
Buru-buru Maya memasuki mobil anak semata wayangnya itu, takutnya jika dilama-lama anaknya akan lebih marah.
"Sekarang kita sambil jemput calon istri kamu kan? Siapa namanya? Raifa ya? Mama gak sabar deh ketemu dia," ujar Maya dengan antusias
"Kita ketemuan di butik," jelas Elfathan
"Loh? Kok gak sekalian di jemput sih El? Kamu beneran udah ada hubungan sebelumnya kan sama dia?" tanya mamanya dengan selidik
Jantung Elfathan mendadak berdegup dua kali lebih cepat. "Y-ya, iya lah ma, masa aku mau nikah sama cewek yang belum pernah berhubungan sama aku," jelas laki-laki itu sambil menetralkan kegugupannya
"Bisa jadi aja kamu kayak yang di sinetron sinetron gitu, nyewa cewek karena kedesek sama mama."
"Mama ini korban sinetron, makanya jangan nonton sinetron terus."
"Mama bukan korban sinetron, tapi kan ini takutnya gitu," ujar Maya mencari pembelaan
Daripada terus melayani omongan mamanya yang hanya itu itu saja lebih baik ia mulai melajukan mobilnya menuju butik tempat fitting baju. Laki-laki itu terus merapalkan doa dalam hatinya agar hari ini berjalan lancar dan tidak ada yang perlu dicurigai oleh mamanya ini.
Butik Catherine yang merupakan milik salah satu temannya yang menjadi pilihan Elfathan untuk menjadi tempat memilih pakaian untuk hari pernikahannya. Di sana sudah ada Raifa beserta asistennya yang menunggu di depan butik.
Raifa sibuk memilin jari tangannya sambil menundukkan kepalanya menatap lantai. Maya yang melihat itu menjadi gemas sendiri dan buru buru menghampirinya, sedangkan Elfathan langsung masuk ke dalam butik dengan Raihan.
"Raifa?" panggil Maya dengan sangat lembut sambil merangkul gadis itu.
"Iya tante?" jawab Raifa sambil mendongakan kepalanya.
Mata Maya berbinar menatap gadis di hadapannya. Dari sekian banyaknya gadis yang pernah ia cari dan dikenalkan kepada anaknya kenapa malah pilihan anaknya sendiri yang membuat hatinya merasa nyaman. Menurutnya, gadis ini berbeda dari gadis gadis yang hanya ingin uang anaknya.
"Kamu cantik sekali. Pilihan Elfathan memang gak pernah salah, kamu lebih cantik dari yang terlihat di foto," ujar Maya mengungkapkan apa yang ada di hatinya
"Terima kasih tante," balasnya
Jujur, Raifa merasa bingung apa yang harus ia lakukan sekarang, ia takut, tapi ia juga harus melakukan ini. Sebelum bertemu dengan wanita yang akan menjadi ibu mertuanya ini, Raifa sudah diberitahu oleh Raihan apa saja yang boleh ia ucapkan.
Raifa harus menyembunyikan kehidupan aslinya dan harus mengaku jika ia berasal dari panti asuhan. Ia harus menjalankan semua skenario yang sudah laki-laki itu rancang.
"Kita masuk aja yuk, kita ngobrol di dalem aja. Takutnya Elfathan nanti marah marah," ujar Maya dengan kekehan kecilnya sambil membawa Raifa ke dalam butik.
Terlihat banyak gaun pengantin yang sangat mewah ketika baru saja memasuki bagian depan dari butik itu. Namun, gaun yang akan Raifa pakai sudah disiapkan di dalam.
"Hallo tante Maya, makin cantik aja," sapa Catherine ketika melihat Maya datang bersama Raifa.
"Hallo Cath, kamu juga makin cantik aja nih," balas Maya
"Cantik juga calon istri lo El, kok mau sih sama si Elfathan batu ini," canda Catherine ketika melihat Raifa yang tidak diindahkan oleh Elfathan.
Catherine segera menunjukkan gaun yang akan dipakai Raifa di hari pernikahannya nanti dan menyuruh gadis itu untuk mencobanya. Setelah meyakinkan hatinya, Raifa segera keluar dari ruang ganti untuk memperlihatkan gaun yang sudah dipakainya.
Elfathan yang sudah selesai berganti pakaian dengan tuxedo hitamnya langsung menatap ke arah Raifa. Ia sempat terpesona dengan kecantikan yang dimiliki gadis itu, tapi buru buru ia tepis perasaan itu.
"Cantik banget calon mantu mama El, kamu bener bener gak salah pilih," puji Maya yang juga ikut terpesona
Raifa menjadi risih dengan tatapan mereka semua, terutama calon suaminya serta asistennya itu. Tiba-tiba Maya menarik lengan anaknya untuk berada di samping Raifa dan dia berada di tengah tengahnya.
"Han, tolong fotoin dong," ujar Maya sambil menyerahkan handphonenya kepada Raihan.
Berbagai gaya sudah dicoba oleh wanita tua itu dan berkali-kali ia menyuruh anaknya untuk tersenyum namun tetap saja anaknya itu tidak mau tersenyum.
Setelah dirasa tidak ada yang perlu diubah mereka kembali berganti baju lagi dan segera berpamitan kepada Catherine karena Catherine pun ada kegiatan setelah ini.
"El, Raifa pulangnya bareng kita ya, soalnya mama pengen ngobrol bareng sama calon mantu mama," ujar Maya mengungkapkan keinginannya
"Gak bisa ma, aku mau meeting, udah telat banget," jawab laki-laki itu sambil terus menatap layar handphonenya
Maya memberenggut kesal. "Ish, kamu ini gimana sih sama calon istrinya sendiri! Bisa kali ditunda dulu meeting nya," keluhnya
"Gak bisa ma, sopir mama juga sebentar lagi sampe buat jemput."
"Dasar ya anak ini, selalu ngelakuin semua hal semaunya aja! Tadinya kan mama maunya pulang bareng Raifa!" kesal Maya lalu beralih menatap gadis yang sedari tadi banyak diamnya, "nanti kita pergi berdua tanpa sepengetahuan dia ya," ujarnya yang dibalas anggukan saja oleh Raifa
Tak lama setelah itu mobil yang akan mengantarkan Maya pulang sudah tiba, Elfathan baru saja ingin melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam mobilnya tapi suara wanita yang menjadi ibunya itu menginterupsi nya untuk berhenti.
"Elfathan! Masa mau pergi gitu aja sih! Salam perpisahan dulu kek, kalian ini gak kayak pasangan pada umumnya deh!"
Tak mau mamanya lebih curiga lebih baik Elfathan menuruti apa mau dari wanita itu aja. Laki-laki itu mengusap pelan pundak Raifa tanpa tersenyum.
"Pergi dulu ya," ujarnya
"Udah?! Gitu aja?! Peluk kek, kecup kening atau apa gitu? Curiga deh mama sama kalian," protes wanita tua itu
Demi melancarkan semua skenario sandiwara di depan mamanya, mau tak mau Elfathan harus melakukan hal yang belum pernah ia lakukan sebelumnya. Laki-laki itu memeluk pelan Raifa langsung mengecup keningnya dengan cukup lama membuat jantung Raifa berdetak dua kali lebih cepat.
Entah untuk melancarkan sandiwara atau karena ingin modus saja. Hanya Elfathan yang tahu. Raihan yang melihat itu pun hanya bisa menahan senyumnya.
"Aku pergi dulu ya, sayang," ujar Elfathan sangat berbeda dengan yang pertama tadi. Laki-laki itu langsung menuju mobilnya sebelum lebih terlambat untuk meeting.
Sedangkan Raifa sudah menundukkan kepalanya kembali karena malu dan sudah dipastikan pipinya sudah merah sekarang. Maya jadi semakin gemas dengan tingkah mereka berdua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments