Perjanjian

Mobil Bentley Continental GT V8 S dengan warna hitam mengkilap itu menghentikan laju rodanya ketika sudah sampai di tempat tujuan. Elfathan segera keluar dari mobil setelah dibukakan pintunya oleh sang asisten. Wanita yang sedari duduk di sampingnya pun mengikuti walaupun terlihat jelas dari wajahnya sangat kebingungan.

Sesekali Elfathan melirik ke arah wanita itu yang berjalan dibelakangnya sambil tertunduk. Sesampainya di ruangan yang sudah di booking oleh laki-laki itu, kini hanya menyisakan mereka berdua saja karena Raihan sudah tidak tahu kemana perginya. Ruangan ini hanya diterangi oleh cahaya lampu yang temaram.

Elfathan berdehem pelan, "siapa nama kamu?" tanyanya dengan dingin

"Hah? Apa?" tanya wanita itu sedikit kaget

"Nama kamu siapa?" ulang Elfathan

"Nama saya Raifa pak, bapak jangan apa-apain saya ya," pinta wanita dengan nama Raifa itu.

Hidup sebagai tulang punggung keluarga setelah ayahnya tidak bisa lagi bekerja dengan keadaan ekonomi keluarga serba berkecukupan membuat Raifa tidak melanjutkan cita-citanya untuk kuliah. Untuk menghidupi keluarganya serta membiayai pengobatan ayahnya membuat Raifa bekerja serabutan. Niatnya hari ini, ia akan mencari pekerjaan baru untuk menambah pemasukan hidupnya. Tapi, sekarang ia harus berhadapan dengan laki-laki yang sama sekali tidak ia ketahui.

"Sekali lagi kamu panggil saya bapak, saya akan urus masalah ini dengan pihak berwajib," ancam Elfathan membuat wanita di hadapannya langsung ciut.

"Terus saya harus panggil apa dong?" tanya Raifa dengan pelan namun masih terdengar oleh laki-laki itu

"Nama saya Elfathan, terserah mau dipanggil apa asal jangan sebut El atau pun bapak!" balas laki-laki itu dengan sedikit menekankan kata bapak di akhir kalimat.

Raifa mengangguk paham. Cukup lama mereka terdiam tidak saling berbicara karena Raifa merasa kebingungan akan berbicara apa, disini dia yang bersalah. Dia hanya bisa berharap semoga tidak akan mendapat bencana lain. Sampai akhirnya dering telepon yang berasal dari handphone Raifa mengalihkan perhatiannya.

"Fathan, saya angkat telepon dulu ya, saya gak akan kabur kok," ujar Raifa pamit kepada Elfathan lalu keluar dari ruangan itu.

Tanpa melihat siapa yang menelponnya ia langsung menggeser tombol hijau itu.

["Hallo, selamat siang, apa ini dengan saudari Raifa? ] Begitulah kira-kira suara yang terdengar setelah telepon tersambung.

"Iya, benar. Ini dengan siapa ya?" tanya wanita itu

["Saya dari pihak rumah sakit ingin memberitahukan jika pasien yang bernama Surya Saputra harus segera melakukan cuci darah dan segera melunasi pembayaran sebelumnya."]

Raifa mengusap pelan keningnya saat mendengar itu. Ia tidak ingat jika ayahnya harus cuci darah hari ini dan ia juga masih memiliki cicilan yang belum dilunasi.

"Baik bu, saya usahakan secepatnya akan bayar," ujar Raifa

["Baik, saya tunggu ya. Jika tidak terpaksa pasien kami pulang kan karena belum dilunasi biaya sebelumnya."]

Helaan nafas panjang terdengar dari mulut wanita itu. Ia tidak bisa lama lama lagi berada disini, ia harus segera mencari uang agar bisa melunasi biaya perawatan ayahnya dan masih bisa berada di rumah sakit. Saat kembali memasuki ruangan tadi Raifa bisa melihat jika Elfathan baru saja selesai menelpon.

"Kenapa lama sekali? Berencana lari dari tanggung jawab?" sarkas Elfathan

"Enggak," kilah Raifa dengan wajah lesunya. "Ini bisa gak sih dipercepat aja, saya ada urusan yang lebih penting dari ini. Saya gak akan kabur kok, nanti saya pasti tanggung jawab, kamu inget inget aja muka saya," lanjutnya

"Oke, saya langsung ke intinya saja. Saya ingin kamu bekerja untuk saya," ujar Elfathan dengan to the poin

Kening Raifa mengerut pelan, "bekerja? Dalam hal apa?" tanyanya

Jujur saja wanita itu sangat bingung karena semua yang terjadi di hari ini seperti sudah terencana. Laki-laki yang berada di hadapannya entah kenapa bisa tahu jika dirinya sedang mencari pekerjaan, padahal ia belum sama sekali menyinggung hal itu.

"Saya ingin kamu melahirkan anak untuk saya," ujar laki-laki itu tanpa beban membuat Raifa melototkan matanya dengan mulut yang sedikit terbuka, namun belum sempat wanita itu membantah Elfathan lebih dulu menyelanya. "Saya tahu kamu sedang membutuhkan uang saat ini, jika kamu menyetujuinya saya bisa beri uang berapapun kamu mau sekarang juga," lanjutnya

"Maaf, tapi saya tidak bisa. Saya akan ganti semua kerugian yang saya perbuat tapi tidak dengan cara seperti ini," tolak Raifa lalu buru-buru membawa tas nya untuk meninggalkan ruangan.

Belum sempat Raifa menjauh dari tempat mereka berbincang, suara tegas Elfathan kembali menghentikannya. "Ayah kamu menderita penyakit Gagal Ginjal Kronis dan harus dirawat di rumah sakit, hari ini dia harus melakukan terapi secepatnya. Dan adik kamu sekarang sedang menempuh pendidikan di jenjang pendidikan sekolah menengah," ujarnya

Detak jantung Raifa berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya, tubuhnya mengeluarkan keringat dingin. "Siapa kamu sebenarnya?! Kenapa kamu tahu semua tentang keluarga saya?!" tanya Raifa dengan sangat berapi-api

"Shut. Tidak perlu terlihat emosi seperti itu, jika kamu menerima tawaran saya maka kamu akan tetap melihat ayah kamu hidup jika tidak selangkah kamu keluar dari sini mungkin kamu sudah menerima kabar kepergiannya," ancam Elfathan yang terlihat tidak main main

Berbagai spekulasi muncul dalam benak wanita itu. Ia harus benar benar memikirkan keputusan yang akan ia ambil agar tidak salah pilih. Hanya satu yang menjadi fokus pikirnya saat ini, yaitu keselamatan hidup ayahnya.

"Oke, saya harus apa sekarang? Tapi kamu berjanji akan menyelamatkan ayah saya?" tanya Raifa masih tidak percaya

"Kamu tidak kenal dengan saya? Saya tidak pernah mengingkari ucapan saya sendiri."

Memang, siapa yang tidak mengenal dirinya. Pengusaha muda yang sangat terkenal dengan sifat dinginnya terhadap wanita. Tapi entah kenapa di hadapan Raifa sekarang, ia seperti berubah menjadi laki-laki yang berbeda. Raifa mendudukkan dirinya kembali setelah melihat keseriusan dari wajah Elfathan.

"Raihan!" panggil laki-laki itu kepada seseorang diluar.

Asistennya masuk ke dalam ruangan yang sangat terasa berbeda sekali hawanya dengan saat awal tadi. Raihan datang tidak sendiri melainkan diikuti dengan seorang laki-laki yang terlihat sudah berumur namun wajahnya masih terlihat muda. Mereka berdua duduk disamping Elfathan dan Raifa.

"Silahkan jelaskan Niko apa yang tadi saya jelaskan kepada kamu," suruh Elfathan

Laki-laki yang bernama Niko itu pun langsung mengeluarkan dua lembar surat lalu diserahkan kepada Raifa salah satunya. "Itu adalah kontrak pernikahan kalian berdua selama satu tahun atau sampe memiliki anak. Anda bisa membacanya terlebih dahulu dan jika ada yang janggal anda bisa mengatakannya," ujar Niko dengan tegas

Perjanjian Kontrak Pernikahan

Pihak pertama : Elfathan Zayd Kastara

Pihak kedua : Raifa Melian

Pernikahan hanya berlangsung satu tahun atu setelah anak lahir lalu setelah itu pernikahan selesai yang akan diurus oleh pihak pertama.

Pihak kedua wajib memberikan anak kepada pihak pertama.

Setelah anak lahir pihak kedua tidak boleh menemuinya sedikit pun dan tidak hadir di kehidupan pihak pertama.

Semua biaya hidup pihak kedua akan ditanggung oleh pihak pertama begitupun setelah memberikan anak walaupun tidak bertemu kembali.

Kedua belah pihak tidak berhak mencampuri urusan masing-masing dan bebas melakukan apapun asalkan tidak mencemarkan nama keluarga.

Kedua belah pihak tinggal satu atap tetapi tidak satu kamar.

Pihak kedua wajib mematuhi semua perintah dari pihak pertama dalam hal apapun.

Kedua belah pihak serta pihak yang terkait wajib merahasiakan perihal kontrak ini.

Dan masih banyak runtutan hal lain dalam kontrak tersebut. Banyak sekali pertanyaan yang ingin Raifa tanyakan tapi ia memilih untuk memendamnya saja, ada yang lebih penting daripada ini. Walaupun baru bertemu beberapa jam yang lalu tapi laki-laki itu sudah banyak tahu tentang dirinya.

Setelah selesai membaca surat kontrak pernikahannya dengan laki-laki bernama Elfathan itu yang menurut Raifa dalam kontraknya tidak ada yang aneh ia pun menandatangani kontrak itu. Raifa tidak memikirkan hal kedepannya, yang ada dalam pikirannya ia harus membawa uang untuk berobat ayahnya dengan cara melahirkan seorang anak.

"Saya setuju dan saya sudah menandatanganinya, saya ingin menagih janji yang Anda ucapkan tadi," ucap Raifa dengan mata yang sedikit berkaca-kaca, ia tidak tahu ke depannya akan terjadi apa.

"Semuanya sudah beres, kamu bisa memeriksanya sendiri ayah kamu sedang ditangani sekarang. Pernikahan akan segera dilaksanakan, ingat segala hal yang tercantum dalam kontrak," balas Elfathan

Raifa segera pergi dari ruangan itu, ia harus segera memastikan keadaan ayahnya apa benar seperti yang dikatakan laki-laki itu tadi. Ia diantar oleh laki-laki yang sempat beradu mulut dengannya, walaupun sempat menolak ia tetap tidak bisa membantah. Raifa hanya ingin segera bertemu dengan ayahnya, apapun yang terjadi nanti ia tidak perduli. Yang terpenting ayahnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!