Dunia Sihir Itu Ada
Seorang gadis dengan rambut panjang berwarna coklat dan berkacamata sedang berlari tak tentu arah, Gadis itu melihat ada sebuah tong sampah besar dan segera menyembunyikan dirinya di sana, nafasnya tak beraturan. Keringat mengucur deras di tubuhnya, membuat baju seragam yang di kenakan basah kuyup.
"Almira...Almira...Di mana kamu sayang...Almira..ayolah jangan main petak umpet terus dengan kami. Kita bermain-main dulu Sebelum pulang." Terdengar gelak tawa yang begitu nyaring, Almira yang mendengar tawa itu, seperti neraka baginya. Di tutup kedua telinga dengan kedua tangannya.
tring...tring...tring...
Terdengar sebuah suara kayu yang di goresan di dinding-dinding menimbulakn suara yang nyaring di telinga.
"Almira...almira...!!!"
Suara itu semakin mendekat, air mata Almira keluar begitu saja, rasa takut mendera dirinya.
Dret.....Dret...Dret..
Suara telpon berdering dengan sangat kencang, langkah kaki itu berdiri tepat di depan tong sampah tempat Almira bersembunyi.
"iya pa..ada apa..?"
"Pulang sekarang, ada yang mau papa bicarakan padamu."
"apa tidak bisa nanti..?"
"papa bilang sekarang..!!'
Telpon di matikan secara sepihak. Dua gadis menatap temannya yang menerima telepon, Dia adalah Nita, gadis kaya raya. anak salah satu donatur tetap di sekolahnya, guru dan siswa lainnya sangat segan padanya. Dua temannya yaitu Klara dan luna.
Nita berdecak kesal saat papanya menyuruhnya pulang, dia menatap kedua temannya itu. Perintah papanya tidak bisa dia bantah, karena orang tuanya sangat Disiplin dan bila Nita tidak menurut uang jajannya bisa di potong satu Minggu, itu sangat menyebalkan baginya.
"kayaknya hari ini kita tidak jadi bersenang-senang. lain kali saja, ayo..." Mereka bertiga meninggalkan belakang sekolah. Suasana menjadi hening dan sepi.
Dari balik tong sampah, kepala Almira mengintip, merasa semua aman dia keluar dan bernafas lega karena hari ini dia terhindar dari Nita dan gengnya untuk menjadi mainan. Satu yang menjadi masalah untuk Almira saat ini yaitu baju seragam yang di kenakan kotor dan bau sampah, tidak mungkin dia mengikuti pelajaran Di jam ke dua dengan memakai baju seragam dengan kondisi yang memperhatikan. Dia akan di bully satu sekolah bila di paksakan masuk kelas.
Dengan sangat pelan di panjatnya dinding tembok sekolah bagian belakang, Almira akan pulang terlebih dahulu Dengan kata lain dia akan membolos di jam pelajaran ke dua. Sesekali dia menoleh ke kanan dan kiri takut ada satpam yang berkeliling sekolah. Jalannya sangat gontai, ada kulit pisang di atas kepalanya, Semua tatapan orang di jalan seperti mengejek dirinya, Tapi Almira abaikan begitu saja, karena tatapan itu bukan untuk pertama kalinya dia dapatkan.
"Almira...? astaga..?"
suara yang sangat lembut dan sangat di kenal nya.
"Nenek..?"
wanita tua itu melihat penampilan Almira dari bawah hingga atas, mukanya tidak terlihat muka lagi karena goresan sampah di wajah, rambutnya sangat lepek. Sebelum neneknya berbicara, almira sudah menjelaskan.
"Almira tidak apa-apa nek, tadi jatuh ke dalam tong sampah karena jalan licin jadi seperti ini." Almira tersenyum dengan sangat manis, walaupun senyum itu dia paksakan. Dia tidak mau melihat neneknya sedih, di depan neneknya, Almira selalu terlihat riang dan gembira walupun hatinya Terluka, Almira adalah gadis yang sangat kuat, Dia tidak ingin menjadi beban untuk Neneknya.
"ya sudah, sana mandi dan ganti bajumu. Nenek tidak tahan dengan baunya, gorengan dan kue basah sudah siap, nanti setelah kamu istirahat kamu bisa langsung berkeliling."
Nenek Almira setiap hari membuat gorengan dan kue basah untuk di jual, sedangkan kakeknya berjualan koran di lampu merah. Dari hasil jualan mereka bisa mencukupi dapur sehari-hari.
Almira hanya tersenyum, lalu masuk ke dalam rumah dan membersihkan dirinya. Rumah yang sangat tua, tapi kondisi rumah masih layak di huni. Tubuhnya sangat segar setelah terkena air. Sesekali dia bernyanyi di kamar mandi.
Almira masuk di sekolah ternama karena beasiswa yang dia dapat, gadis berambut coklat itu sangat pintar di sekolahnya. Tak jarang bila Almira selalu di ikut sertakan dalam setiap lomba antar sekolah dan pulang dengan membawa piala, piagam membuat nama baik sekolah semakin maju dan harum.
****
"kue...kue....!! gorengan...gorengan...!!" Sesekali bibirnya berteriak menjualkan dagangannya. Semakin siang matahari semakin terik. Jualannya masih ada Setengah. Dia duduk termenung sambil melihat orang-orang yang berlalu-lalang di depannya.
"ya ampun gaesss....dunia ini sempit banget ya, di sekolah ada dia, Di sini ketemu lagi ma si cupu."
"Ni...nita..?" Almira sangat terkejut melihat kehadiran Nita dan gengnya, tangan mereka sudah ada di depan dada, dan maju mendekati Almira. Saat tangan Nita mencekram kaos Almira Datang seorang pria tinggi besar dengan banyak tato di tangannya, tatapannya begitu tajam melihat ke arah Nita dan gengnya.
"Almira...!" suara barinto terdengar. Nita sangat takut, dia mundur satu langkah. Mereka mengira pria itu adalah ayah Almira seorang preman jalanan
Gadis berambut coklat itu tersenyum, kemudian dia mempunyai ide yang cemerlang.
"Eh...ada om Tito, ini temennya Almira mau borong semua dagangan iya kan Nit..?" Goda Almira, mengetahui namanya di sebut. Nita sangat gugup, pandangannya masih tertuju pada pria yang bertato itu.
"i...iya...ja...jadi, i...ini...om...kamu?" jawab Nita dengan nada yang terbata-bata.
"bu...bungkus...Al, ka...kami ja...jadi bo...rong semuanya.."
Seperti mendapat Durian Runtuh Almira langsung membungkus semua makanan yang tersisa di ranjang dagangannya.
"Jadi semuanya Dua ratus ribu."
Almira memberikan plastik yang berisi makanan dan langsung di sambut oleh Nita, gadis kaya itu memberikan lima lembar uang berwarna merah, tangannya begitu gemetar saat memberikan uang.
"Nit...ini uangnya banyak banget."
"u...udah, am...bil saja bu..buat kamu.."
Dengan cepat Nita dan gengnya meninggalkan tempat Almira jualan dengan kaki seribu nya, Almira tertawa terbahak-bahak. Baru kali ini melihat ekspresi orang yang menindas nya takut melihat pria betato.
Tito, orang yang di panggil Almira meninggikan alisnya saat melihat Nita dan gengnya kabur.
"ya...ampun....cin....kok mereka kabur sih...eike datang ke sini, mau capcus gorengan you, ee...malah mereka borong, eike jadi laper... satu lagi jangan panggil eike dengan sebutan om tapi ses...yes..." Tito mengedipkan mata sebelah sambil berjalan gemulai bak model internasional.
"yes...ses... Tito, eike...salah..." Goda Almira sambil menirukan gaya pria itu dan Tawa tak tertahankan lepas dari bibir mungilnya.
"Almira... ayo pulang, sudah sore sebentar lagi magrib."
"kakak...??"
Almira menghampiri kakaknya yang baru selesai berjualan koran, walaupun koran masih ada beberapa lembar di tangan, dia memutuskan untuk pulang.
Bersambung....
******
hallo gaes...ini karya ke duaku, terimakasih sudah mampir. Mohon masukannya biar semakin semangat untuk menulis bab-bab selanjutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
PORREN46R
Terimakasih atas novelnya aku jadi dapat inspirasi dari novel ini. Terimakasih ya. Sudah mampir ya.
2023-10-06
3
Nuhume
Hadir kak, semangattttt❤️
2023-10-04
0
Wawan
Hadir .... 🤘
2023-09-30
0