Keluar Dari Hutan Angker

Bagas mengernyit, dia mulai membuka matanya yang terasa berat. Tubuhnya perlahan juga sudah mulai beranjak bangun. Namun, ketika membuka mata Bagas langsung terlonjak kaget, apalagi ketika melihat dimana dia berada sekarang.

Tergeletak seorang diri dipinggir jalan sepi di tepi hutan. Bagas menoleh kesegala arah, memandangi tempat itu yang benar-benar sepi.

"Kenapa disini? Kemana wanita itu?" gumam Bagas seorang diri.

Ya, tadi dia ingat jika dia berlari keluar dari hutan angker itu bersama dengan seorang wanita. Tapi sekarang, kenapa dia hanya sendirian?

Bagas menggelengkan kepalanya dengan kuat, apa dia sedang bermimpi? tidak mungkin. Jika dia mimpi, dia tidak akan ada disini.

Bagas kembali meraba tengkuknya yang terasa meremang. Hari sudah mulai gelap. Mungkin ini sudah Maghrib. Dia segera beranjak dari sana dan berjalan menuju jalanan Desa Air Hitam. Pandangan matanya masih terus mengedar kesegala arah, rasanya hawa ditempat itu benar-benar berbeda. Rasa dingin, rasa panas dan perasaan takut membuat tubuh Bagas gemetaran.

"Kenapa bisa disini, ya Allah," lagi-lagi Bagas bergumam seorang diri. Langkahnya lunglai, dia mencoba terus berjalan menuju jalanan setapak yang ada disana.

Suara gemericik air sungai desa Air Hitam terasa mengerihkan senja itu. Apalagi dengan suasana yang remang-remang seperti ini.

Bagas berjalan dengan tangan yang memeluk tubuhnya sendiri. Sesekali ekor matanya menangkap bayangan-bayangan aneh yang bersembunyi di sebalik semak atau pepohonan. Nafas Bagas memburu, tubuhnya gemetar menahan takut, bahkan dia sudah merasa panas dingin sekarang.

Entah kenapa dia bisa ada di tepi hutan ini, dan entah kemana wanita yang membawa Bagas keluar tadi.

Tiba-tiba, Bagas mengingat tentang perkataan wanita itu yang terakhir kali. Jika dia, menjadi incaran mereka. Ya, Bagas ingat kata-kata wanita itu.

Tapi, mereka siapa yang dimaksud wanita itu?

Srak

Suara disebalik semak membuat Bagas terlonjak kaget, dia langsung menoleh kearah semak yang begitu rimbun dan berbayang. Namun, bayangan hitam tinggi dan besar langsung membuat Bagas meringis dan kembali memalingkan wajahnya. Giginya menggeletak kuat, dia menangis tertahan saat melihat bayangan itu.

Ketahuilah, jika sedang ketakutan begini rasanya bayangan pohon pun bisa berubah menjadi seorang monster yang mengerihkan. Tapi Bagas merasa jika itu bukan hanya bayangannya saja, tapi memang kenyataan. Ini di pinggir hutan angker, di dekat sungai yang biasa orang-orang menemukan mayat tanpa alat kelamin, sudah jelas jika mereka pasti arwah gentayangan itu.

"Bagas...."

Bagas kembali meringis, bahkan bulu kuduknya semakin meremang saat mendengar suara itu. Suara yang begitu lembut mendayu. Terasa sangat merdu namun cukup mampu membuat Bagas semakin ketakutan.

"Jangan ganggu aku," ucap Bagas. langkah kakinya semakin berjalan dengan cepat.

Namun, suara itu juga seperti mengikutinya. Bahkan, kini di belakang Bagas dia merasa jika dia memang sedang di ikuti.

"Jangan ganggu aku." Suara Bagas semakin bergetar. Ini waktu Maghrib, seluruh hantu dan setan pasti akan keluar apalagi ini memang di tempat mereka.

"Bagas..." Lagi-lagi suara itu kembali terdengar. Dan itu dari arah sungai.

Bagas menggeleng kuat, dia mencoba untuk mengabaikan suara itu. Dia melangkah secepat yang dia bisa. Namun sesekali ekor matanya melirik kearah samping dimana dia bisa melihat jika bayangannya ada dua sekarang. Seorang makhluk yang tinggi dan besar mengikuti Bagas dibelakang.

Sebisa mungkin Bagas tidak ingin menoleh, karena dia pernah mendengar dari ibunya jika merasa takut, jangan sekali-kali melihat kebelakang. Karena dia ... Dia yang tak terlihat sedang mengikuti mu sekarang.

"Ibu, tolong Bagas," lirih Bagas seorang diri. Tubuhnya semakin bergetar hebat. Dan entah kenapa semakin kesini dia semakin bisa melihat penampakan hantu-hantu yang mulai mengganggu.

Bagas menutup kedua telinganya dan berjalan cepat menyusuri jalanan setapak itu. Sebisa mungkin dia tidak ingin melihat kemanapun.

"Bagas!" Tiba-tiba seruan seseorang membuat Bagas terlonjak kaget. Suara seorang pria yang memanggilnya dari arah sungai.

Bagas tidak ingin menoleh, dia langsung mempercepat langkah kakinya. Namun, seruan itu semakin kuat.

"Bagas tolong!" teriak pria itu lagi.

Bagas yang tidak ingin menoleh semakin menguatkan tangannya menutup telinga. Namun, semakin dia tidak ingin mendengar, semakin kuat pula suara pria itu.

"Bagas tolong aku!" serunya kembali.

Bagas berhenti melangkah, kakinya sudah bergetar hebat, seiring dengan bibirnya yang juga bergetar menahan takut. Dia menoleh perlahan kearah sungai, hari sudah gelap membuat pandangan mata Bagas mulai tidak jelas.

"Bagas tolong!" Suara orang itu kembali terdengar.

Bagas mengernyit dengan helaan nafas yang terasa berat dan tersengal. Dia tidak melihat apapun di pinggir sungai itu. Sepi dan kosong, hanya bayangan-bayangan hitam yang nampak sesekali.

"Bagas," panggil orang itu lagi. Entah manusia atau hantu Bagas tidak tahu.

Pandangan mata Bagas mengedar, hingga tidak lama kemudian dia melihat seorang pria berdiri didekat sebuah batu besar.

Mata Bagas langsung terbelalak lebar melihat pria itu.

"Bang Anton," gumam Bagas.

"Bagas tolong aku," pinta pria itu lagi. Pria dengan tubuh besar dan perut yang buncit. Wajahnya pucat dengan darah yang membasahi celananya.

Bagas menggeleng pelan, dia mundur perlahan dan langsung ketakutan kembali.

"Abang ... Abang kan udah mati," ucap Bagas dengan tubuh yang semakin gemetaran. Bang Anton adalah salah satu korban alat kelamin itu. Dan Bagas tahu jika yang sekarang ada dihadapannya adalah arwah yang gentayangan.

Melihat Bagas yang ketakutan, pria itu langsung menyeringai. Bahkan seringaian itu semakin lama semakin terlihat begitu menyeramkan.

Nafas Bagas terputus-putus. Dia menggeleng pelan, matanya semakin terbelalak lebar dan berair apalagi ketika melihat wajah pria itu yang mulai berubah. Bola matanya mulai keluar, dan mulutnya semakin melebar hingga terkoyak, bahkan air liurnya langsung menetes keluar.

Bukan itu saja, Bagas bisa melihat jika darah memuncrat dari alat vital pria itu.

"Aaarrgghhhh!!" Bagas berteriak begitu kuat dan langsung berlari kencang dari pinggir sungai itu. Berlari sekuat tenaganya hingga hanya menyisakan suara tawa yang benar-benar mengerihkan.

"Jangan ganggu aku! tolong!" teriak Bagas sembari berlari sekuat yang dia bisa.

Suara tawa pria itu masih terdengar, bahkan bukan hanya tawa pria itu saja, melainkan tawa seorang wanita yang begitu panjang. Melengking dan begitu mengerihkan. Suara tawa yang tanpa henti bahkan tanpa jeda nafas sedikitpun.

Bagas ketakutan, sangat ketakutan. Dia berlari sekuat tenaga hingga berhasil masuk ke daerah Desa Air Hitam.

Bruk

Bagas terjatuh dan terjerembab keatas tanah disaat dia merasa jika kakinya sudah tidak lagi mampu untuk berlari.

Nafas Bagas tersengal hebat, dadanya bergemuruh kuat. Dia ingin mengambil udara untuk bernafas sejenak.

Namun tiba-tiba.

Puk

Satu tepukan dibahunya membuat Bagas kembali terlonjak kaget.

"Aahh," teriak Bagas kembali.

"Ayu, kenapa kamu disini!"

Terpopuler

Comments

Dewie Angella Wahyudie

Dewie Angella Wahyudie

itu kayanya bukan ayu dech,... kalo ayu masa Iyah, malam" anak kcil kluar rumah kok berani.... tmbh pesan akuhhh...
tapi aku kok kangen diblok di air hitam ya thor. meskipun hbs itu klit trs gsong

2023-09-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!