Bab 1.3

Sugar Dating ( Yericho Adam )

.

.

Suara tawa riang, bercampur gempita musik yang samar-samar. Yericho duduk dengan santai di sofa warna maroon. Tangan kanannya memegang gelas wiski, sedang jarinya menjepit sebatang rokok.

Dari lengan kemeja putihnya yang tergulung. Terlihat otot lengannya yang kekar. Seorang wanita dengan pakaian minim duduk di pangkuannya. Wanita itu tampak santai mengalungkan satu lengannya di bahu Yericho. Lengan yang satunya mengelus dada bidang milik dokter tampan itu.

Yericho hanya menghela napas saat wanita itu mulai mengecup lehernya. Wanita itu tampak tersinggung dan akan beranjak dari pangkuannya. Tapi sebelum dia pergi, Yericho melingkarkan satu tangannya di pinggang wanita itu dan membawanya kembali mendekat.

"Maaf Lucy, suasana hatiku sedang buruk," bujuk Yericho

"Ya sudah lama sekali sejak terakhir kau disini. Apa kau bosan padaku?" Wanita yang di panggil Lucy itu mengerucutkan bibirnya. Yericho terkekeh melihat itu.

"Aku tidak tahu kalau ada yang merindukan ku," ucap Yericho dengan nada bercanda.

"Sarkasme anda tidak berguna pada hati ini tuan." Lucy membalas candaan Yericho.

"Kau benar. Kau memang hebat."

"Lihat sekitar mu Pak dokter. Mereka sudah sangat sibuk." Lucy memberi isyarat dengan kepalanya.

Benar saja, semua rekannya yang tadi mengobrol riang sudah sangat sibuk. 'Sibuk' dengan para escort wanita mereka.

Mata Yericho kembali menatap Lucy. Lucy berkedip beberapa kali padanya.

"Kau benar-benar bosan padaku?" Lucy membelalakkan matanya tak percaya.

Yericho terkekeh lagi, melihat ekspresi Lucy jadi hiburan tersendiri baginya.

"Aku lebih bosan pada hidupku." Yericho tersenyum miring sekarang. Senyum tebar pesona dengan tatapan yang cukup menyedihkan di mata Lucy.

"Masih seputar masa lalu?" Lucy bertanya sambil memutar mata.

Yericho tersenyum kecil. Entah kenapa ada hal yg lebih pahit daripada alkohol yang dia teguk saat ini.

Entah kapan terakhir dia memeluk anaknya. Entah sejak kapan Renata berusaha untuk terus menyembunyikan Cadee darinya. Dan entah kapan Yericho bisa berdamai dengan rasa sakit yang di timbulkan mantan istrinya.

"Bagaimana kalau mencoba sesuatu yang baru." Ucap Lusy tiba-tiba. Membuat Yericho menaikan alisnya.

"Jika maksudmu berkencan ...." Yericho ragu dengan apa yang akan dia katakan. Dia sedang malas menjalin hubungan.

"Bukan berkencan yang biasa seperti itu." Lucy menyela cepat. Membuyarkan pikiran Yericho.

"Aku tahu, untuk sekarang kau tidak ingin direpotkan oleh kekasih atau teman kencan," ucap Lucy. Sedang Yericho mencoba menebak kemana arah pembicaraan itu.

"Maksud ku sebuah kencan dimana kau hanya perlu menghamburkan uang untuk kebaikan teman kencanmu. Dimana dia harus menghormati batasanmu. Dan tidak menggangu privasi mu."

"Wow kencan macam apa itu?" Yericho menimpali, sedikit tertarik dengan apa yang akan di katakan Lucy selanjutnya.

"Sugar dating. Kau hanya perlu ... Kau tahu kan berkencan dengan seorang seorang wanita muda untuk jadi sugar baby-mu, wanita miskin yang punya potensi untuk kau sponsori." Lucy menjelaskan.

"Dimana aku bisa menemukannya?" tanya Yericho pura-pura tertarik.

"Di club ini banyak yang mencari sugar daddy."

"Apa kau termasuk?" Yericho nyengir kali ini.

"Ibu beranak dua sepertiku tidak mungkin jadi sugar baby." Lucy mengatakannya dengan santai. Tapi membawa rasa yang aneh kedalam hati Yericho. Simpati?

"Jangan bilang begitu lagi," ucap Yericho pelan.

"Kemari kan ponsel mu." Pinta Lucy.

Yericho agak bingung tapi dia menuruti kata 'temannya' itu. Lucy mengunduh sebuah aplikasi kencan.

"Baiklah. Isi bio, dokter, empat puluh tahun ...."

"Tiga sembilan," sela Yericho datar.

"Apa bedanya," balas Lucy cepat. "Penghasilan tidak terhingga ...." Lucy bergumam lagi.

"Aku di gaji setiap bulan. Apa maksudmu tidak terhingga?"

"Isshh ... berhenti menyela. Itu artinya kau sangat kaya." Lucy sepertinya sangat serius dengan ini.

"Kriteria yang di cari ... kau ingin mencari yang seperti apa?" tanya Lucy.

"Hmm ... wanita..." Jawab Yericho agak bingung.

Lucy memutar mata mendengarnya.

"Agak spesifik tuan."

"Tapi aku hanya butuh wanita." Yericho tak mau kalah.

"Baiklah. Wanita dua puluh satu sampai dua puluh tiga tahun, pelajar universitas, perawan. Oke apply." Yericho hanya terkekeh melihat dan mendengar Lucy menggumamkan apa yang dia ketik atau pilih di ponsel Yericho.

"Sudah?" tanya Yericho, tidak benar-benar serius.

"Yaa ... Dan ini lah daftar yang cocok dengan kriteria mu." Lucy masih menginvasi ponsel Yericho.

"Bagaimana pilih yang ini saja. Namanya Alexa , dua puluh satu tahun, tahun terakhir di universitas. Jurusan seni. Wow ... Dia cantik." Lucy menunjukan photo di ponsel Yericho, dan menariknya kembali sebelum Yericho bisa melihatnya.

"Syaratnya dia hanya ingin tempat tinggal. Mudahkan," ucap Lucy santai.

"Tempat tinggal?" Yericho bertanya, mengulang apa yang dikatakan Lucy.

"Dia terdengar putus asa kan? Dan sebagai orang baik kau harus membantunya. Percaya padaku. Ini berdasarkan pengalaman." Lucy mengatakan itu sambil menatap langsung mata Yericho.

Yericho menegakkan kepalanya di sandaran sofa. Lalu membelai rambut lucy lembut.

"Berhentilah, menggali lukamu sendiri, sayang," ucap Yericho lembut.

Lucy tersenyum pada 'temannya' itu. "Kau yang paling tahu kalau aku baik-baik saja," ucap Lucy pelan.

Yericho menatap Lucy dengan lembut, perlahan dia memajukan wajahnya untuk lebih mendekat pada wanita itu, di saat yang sama pintu di ketuk dari luar. Dan seorang gadis masuk dengan canggung. Membuat semua orang yang ada di ruangan itu fokus padanya.

Gadis itu berambut coklat sepundak. Matanya hitamnya bersinar. Gadis itu memakai dress hitam yang sedikit pendek. Satu centi diatas lututnya. Gadis cantik itu menggigit bibirnya sambil mengedarkan pandangannya keseluruhan ruangan. Gestur yang cukup membangunkan serigala yang tidur.

Salah seorang kolega Yericho membuat suara seperti batuk kecil, sebagai ganti pertanyaan.

"Maaf, saya mencari ... Pak Yericho?" ucap gadis itu dengan nada tanya.

"Disini !" seru Lucy kencang.

Sekarang semua yang ada di ruangan mengalihkan pandangannya pada Yericho yang masih bermuka bingung. Lucy mengambil gelas dan rokok dari tangan Yericho dan mengecup bibir Yericho dengan berisik.

"Pergilah. Selamat bersenang-senang," ucap Lucy sambil tersenyum.

Yericho berdiri saat Lucy turun dari pangkuannya. Menenteng jas krem nya yang tergeletak dan menghampiri pintu.

"Yericho Adam," ucap Yericho sambil mengulurkan tangannya.

"Alexa."

Yericho tersenyum ramah pada Alexa. Alexa lebih cantik bila di lihat dari dekat. Riasannya juga sangat pas. Semakin menonjolkan fitur wajahnya yang cantik.

Alexa membalas senyuman Yericho dengan gugup. Dia tidak pernah menyangka dia mendapatkan calon sugar daddy di hari dia mendaftar di aplikasi dating itu. Calon sugar daddy yang melebihi ekspektasinya

Yericho menggandeng tangan Alexa, dan memesan satu vip room lagi. Agar mereka bisa leluasa mengobrol. Benar-benar tidak melepaskan tangannya sampai mereka masuk ke dalam vip room.

Alexa tidak bisa tidak gugup. Semua kemungkinan berseliweran di kepalanya. Tapi dia harus menguatkan hatinya. Dia harus memikirkan hal yang lebih buruk dari ini. Jika dia harus hidup di jalanan.

"Kau ingin makan sesuatu?" Yericho bertanya lembut.

Alexa menggigit bibir bawahnya lagi. Gestur bingung dan canggung.

"Bawakan saja makanan yang enak seperti biasa." Instruksi Yericho pada pelayan yang sedari tadi berdiri menunggu. Pelayan itu undur diri dan menutup pintu.

Yericho duduk disamping Alexa. Jarak mereka sedekat itu. Tapi tidak ada satu pun yang bergerak. Yericho melihat gadis itu dari samping. Pandangan beralih ke punggung Alexa yang terekspos. Dan tanpa sadar tangannya sudah ada di sana.

Alexa sedikit kaget dengan gerakan Yericho. Walau dia sudah memprediksi ini akan terjadi.

"Pak maaf tapi anda harus melakukan Syaratnya dulu ...." cicit Alexa malu tapi dia tidak mau merasa dirugikan.

"Oh ... Tempat tinggal ya?" Yericho mengulang syarat yang dibacakan Lucy tadi.

Alexa mengigit bibirnya lagi. Yericho tiba-tiba teringat apa yang dikatakan Lucy padanya. Lucy benar gadis ini terlihat putus asa.

"Aku akan mencarikan mu tempat tinggal. Tapi tidak bisa malam ini, ini sudah malam. Bagaimana kalau menginap di hotel dulu. Tapi aku berjanji akan membantumu mencarinya atau ... Kau punya tempat yang kau pikirkan?" Yericho mencoba agar menekan apa saja yang ada di kepalanya. Kenapa harus melakukan percakapan ini dengan gadis cantik ini saat dia sedang mabuk.

"Tidak ada ... Tempat yang saya pikirkan ...." cicit Alexa. "Saya ... Benar-benar tidak punya tempat untuk tidur malam ini," ucapnya lagi. Agak menyedihkan.

Yericho menghela napas, merasa simpati. Dia menyandarkan punggungnya lagi, sungguh miris beberapa menit yang lalu dia merasa seperti orang paling menyedihkan di dunia ini.

"Maaf Pak, saya bukan tidak mau melakukan itu hanya saja ...."

"Saya paham ... Sudah seharusnya kamu siaga. Tidak mencari jalan yang merugikan. Tapi yang kamu lakukan cukup berbahaya." Yericho tidak tahu, dia pantas menasehati seperti ini atau tidak.

"Saya bingung, apa berkeliaran di jalanan dan berhenti belajar juga adalah keputusan yang lebih aman dari ini?" Pertanyaan Alexa menyadarkan Yericho. Tentu saja lebih berbahaya berkeliaran di jalanan. Entahlah.

"Kau benar ... Entah mana yang lebih baik." Yericho tersenyum kecil pada Alexa.

"Setidaknya, Pak Yericho terlihat seperti orang baik," ucap Alexa membuat Yericho tertawa agak keras.

"Orang baik tidak akan datang ke tempat seperti ini, tidak akan dengan kamu juga." Yericho menghentikan tawanya. "Tidak ada orang baik yang akan kamu temukan disini."

"Saya juga bukan orang baik ...." Alexa bergumam canggung.

"Tidak begitu ...." Yericho menatap Alexa, gadis itu berusaha tersenyum padanya. Apa yang membuat Yericho begitu terpaku pada wajah Alexa? Karena dia cantik kah? Yericho tersenyum miring, senyum tebar pesonanya. Yang Yericho yakin berpengaruh pada gadis itu. Terlihat dari rona merah yang tergambar di pipinya.

Pelayan datang mengantarkan pesanan. Membuyarkan apa yang dipikirkan Yericho. Alexa masih duduk dengan canggung. Tidak berpindah sedikitpun dari tempatnya duduk.

"Ayo makan," ucap Yericho singkat.

"Makanlah. Makanan ini lumayan enak," kata lagi Yericho sambil menyeruput spaghetti.

"Baik Pak." Dengan canggung Alexa menuruti perkataan Yericho. Dia mengambil sepotong ayam goreng. Ada perasaan aneh saat dia mengunyah makanan itu. Dia bahkan lupa rasa makanan lain selain mie instan. Alexa sedang menahan kegetirannya. Saat tangan besar mengusap puncak kepalanya.

"Makan yang lahap baby." Senyum Yericho terbit dengan sangat indah di mata Alexa. Alexa tidak ingat kapan terakhir kali ada orang lain yang memberinya afeksi.

"Baik Pak," jawab Alexa lirih sambil berusaha tidak menangis.

Ekspresi Yericho membuat Alexa yang merasa sedikit sendu tiba-tiba terlihat berusaha menahan senyumannya. Pria dewasa itu mengerutkan dahinya. Melirik kesana kemari. Dan menggigit bibir bawahnya.

"Pak." Alexa memanggilnya lagi.

Masih tidak menatap Alexa, Yericho berkata dengan sedikit canggung.

"Besok dan seterusnya, bisa cari panggilan lain selain 'Pak', saya sulit menerimanya," jelas Yericho sambil sedikit tersenyum.

Ada rasa aneh menyusup ke hati Alexa. Dia yakin bahwa bersama pria ini dia akan menemukan rasa aman dan nyaman walau ini adalah pertemuan pertama mereka. Bila di tanya apa Alexa akan menemuinya lagi besok. Alexa yakin akan melakukannya.

"Yes daddy."

Panggilan Alexa itu akhirnya membawa desiran halus di dalam sanubari Yericho. Sulit mengartikan desiran itu. Yang bisa dia lakukan hanya mengangguk dan membalas senyuman gadis itu.

...----------------...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!