Bab 5.

Kinara dan Kelly kaget luar biasa. Mereka tidak pernah menyangka kalau Ellen bisa seberani itu. 

"Kau berani menampar wajahku!" teriak Kelly kepada Ellen. 

"Sudah diam nenek lampir!! Masih untung kalian ku  biarkan hidup. Jika mengingat kejadian terakhir kali seharusnya kalian berdua ku buat mampus!" Gertak Ellen begitu saja. Sesungguhnya Ellen hanya main-main walaupun dia mau sekali balas dendam terhadap sikap Kinara dan Kelly selama ini. Namun mengingat mereka keluarga yang masih ada, walaupun hanya ibu tiri dan kakak tiri, tetap saja hanya mereka yang kini Ellen punya. Dia akhirnya memilih melepaskan kedua wanita tersebut. 

Kinara dan Kelly menegang mendengar ancaman dari Ellen. Mereka mundur beberapa langkah. Melihat sikap Ellen yang sekarang berubah membuat mereka harus waspada. Melihat tidak ada lagi pergerakan dari Kinara dan Kelly, Ellen pun melangkah pergi keluar rumah. 

"Aku mau pergi dahulu! Jangan larang aku!" Tatap Ellen tajam dan kemudian pergi. 

Setelah diluar rumah, Ellen  segera mencari taksi. Di dalam rumah Kinara dan Kelly saling bertatapan. 

"Apa benar dia Ellen? Kenapa begitu berbeda?" tanya Kelly heran. 

"Mama, kau tidak sakit, Ma?" tanya Kinara mencemaskan mamanya. 

"Perih di wajahku. Tapi kenapa dengan Ellen?" 

"Mungkin saja kepalanya habis kepentok!" Kinara masih merasa kesal. 

"Bukan Kinan! Dia sudah berubah dan berani! Dia mengancam kita pasti ada sesuatu hal. Kita harus hati-hati dan waspada pada dia," ucap Kelly kemudian. 

Beberapa saat kemudian. Ellen telah sampai di sebuah hotel bintang lima. Di sebuah aula ruangan yang begitu luas telah digelar sebuah pesta untuk para pebisnis. Alex berada ditengah-tengah acara tersebut. Eleng tiba dan langsung turun dari taksi. Dia kemudian masuk ke dalam hotel. Bertanya sebentar ke resepsionis, setelah mengetahui lokasi tempat kesanalah, Ellen pergi. 

Jantungnya dag dig dug. Tidak tahu harus bagaimana. Langsung masuk saja atau diam-diam membaur dan menemukan target yang dia cari. Setelah mengambil napas beberapa kali barulah Ellen masuk. Dia masuk begitu saja dan melenggang begitu tenang. Setelah masuk, beberapa pasang mata melihat ke arah Ellen. Tentunya para eksekutif muda, bahkan para pria tua hidung belang pun menatap ke arah Ellen. 

Ellen bersikap santai saja melangkah masuk dan melihat sekeliling. Seorang pelayan menawarkan minuman dan Ellen mengambil satu gelas. Dia pegang dan minum sedikit. 

"Lihat wanita itu! Cantik sekali!" Salah satu pria berucap. Tepat saat itu Alex mendengar dan melihat ke arah Ellen. Alex mengerutkan keningnya. 

"Dia!" ucap Alex setengah bergumam. Jack juga melihat ke arah Ellen. 

"Bos, bukannya wanita itu yang Anda coba cari tau," ucap Jack. 

"Iya. Sepertinya dia datang sendiri tanpa aku hampiri." Tatap Alex menatap lurus ke arah Ellen. 

"Mungkin pancingan Anda masuk, Bos. Semua yang kita kirim ke rumah dia akhirnya dia ketahui." Jack berpendapat begitu. Sebenarnya Ellen cukup kaget saat tahu semua yang dikirim ke rumah adalah karena Alex. Namun dia tidak mau ambil pusing. Ellen berpikir saat itu, yang penting belanja dapur sudah aman, walaupun cukup kaget dengan kiriman Alex. Apalagi setelah tahu dari Lily itu dari Alex. 

Jack melakukan hal tersebut karena perintah Alex untuk mencari tahu tentang Ellen. Setelah diketahui ternyata Ellen tinggal dengan ibu dan kakak tirinya. Namun mereka tidak tahu kehidupan Ellen seperti apa yang dijalani. 

Ellen kemudian menatap ke arah Alex. Pandangan mata mereka bertemu di udara. Ellen berusaha tersenyum dan Alex hanya menatap dingin saja. 

Kemudian seorang pria datang menghampiri Ellen setelah dia berkata kepada teman-temannya. 

"Aku akan meluluhkan wanita cantik itu. Tunggu saja dan lihat!" Dia berlalu pergi dari teman-temannya setelah berucap kemudian menghampiri Ellen. 

"Halo Nona cantik. Mau ku temani," ucap si pria. 

"Oh, tidak perlu! Aku sedang cari teman." Tolak halus Ellen. 

"Siapa temanmu, Nona? Biar aku temani sampai temanmu datang," ucap si pria kembali dengan senyuman. 

Ellen tersenyum manis. "Tidak perlu, Tuan. Permisi!" Ellen pun beranjak mau pergi. Namun si pria meraih tangan Ellen. Dia sepertinya akan memaksakan kehendaknya kepada Ellen. 

"Tunggu! Jangan pergi dahulu!"

"Lepas, Tuan. Ini tempat ramai!"

Ellen menatap tajam. Kini tatapan mata Ellen berubah. Tadinya begitu lembut dan manis. Kini berubah tajam. 

"Ayolah! Tidak usah jual mahal!" Si pria terlihat tidak senang sekarang. Dia mau Ellen tunduk terhadap dirinya. 

Namun Ellen tidak mau tunduk. Dia segera menepis tangan si pria dan membuat si pria begitu marah. Si pria mengayunkan tangan ke atas seakan mau menampar Ellen yang terang-terangan menolak dirinya. 

"Dasar kau!" 

"Ada apa ini?" Alex tiba-tiba muncul dan melerai. Si pria tidak jadi memukul Ellen. Malah dia mundur beberapa langkah karena tahu kalau Alex ternyata yang muncul. 

"Tuan Alex? Ah, tidak apa-apa, Tuan. Saya permisi dahulu," ucap si pria dan dia kemudian kabur. Dia tidak mau bermasalah dengan Alex. Siapapun yang berurusan dengan Alex maka jika Alex tidak suka akan membuat mereka bangkrut. Jadi si pria memilih pergi. 

Ellen menatap ke arah Alex. Kini Alex melihat ke arah Ellen. 

"Kita bertemu lagi, Nona!" Tatap Alex dengan seringai di wajahnya. 

Ellen tersenyum manis, "Apa Tuan mengenalku?" tanya Ellen pura-pura tidak mengenal Alex. Dia tidak mau terlihat sengaja mendekati Alex. 

"Jangan bilang kau sudah melupakan wajah tampanku," ucap Alex. Siapa yang tidak tahu dan tidak kenal dengan Alex. Pria kaya raya, sukses, tampan bagai dewa dan membuat hati kaum hawa meleleh. 

Ellen menggeleng. Dia berpura-pura tidak tahu. 

"Jika aku sebutkan anting-anting dan sebuah toko, bagaimana?" alis mata Alex naik sebelah. Dia mengambil gelas minuman di tangan Ellen, kemudian meminumnya. Ellen terheran dengan sikap Alex. 

"Anda?" Tatap Ellen. 

"Sudah ingat. Setidaknya kali ini minumanmu yang ku rebut!" Alex menatap tajam Ellen. 

"Ternyata setelah berdandan kau lebih cantik dari sebelumnya pertemuan kita yang pertama kali." Tambah kata Alex kembali. Alex menatap keseluruhan penampilan Ellen. 

Ellen hanya bisa tersenyum. "Terima kasih, Tuan."

"Apa kau jauh-jauh mencari aku kemari?" tanya Alex langsung to the point. 

Ellen tertawa renyah. "No, Tuan! Aku hanya mau bergabung ke pesta. Aku dengar ini pesta para pebisnis yang hadir." Ellen membela diri. Padahal dirinya punya misi tugas mendekati Alex dan masuk ke rumah Alex. 

Alex mengerutkan kening. "Apa kau seorang pebisnis, Nona?" Alex hanya tahu dari info yang dia dengar dari Alex, kalau Ellen hanya mempunyai perusahaan peninggalan papanya yang sudah lama meninggal. Bahkan perusahaan tersebut sedang diambang kehancuran. Sepertinya oleh Kelly hanya dikeruk keuntungan saja tanpa memikirkan perusahaan maju atau tidak. Akhirnya kini perusahaan sedang diambang kehancuran. 

Ellen tersenyum, "Bukan. Tapi aku sedang belajar. Mungkin Tuan mau mengajari. Kali saja ada yang mau diajak bisnis dan kerjasama," ucap Ellen kemudian. 

Alex tersenyum sinis. Dia masih jengkel sebenarnya dengan Ellen, tetapi melihat kecantikan Ellen, dia menjadi ragu. Membalas atau mengerjai saja. 

"Aku  bisa diajak kerja sama bahkan mengajari, Nona. Kalau Anda mau. Bahkan untuk bagian khusus juga bisa ku ajarkan," ucap Alex penuh dengan smirk. 

Bersambung. 

Terpopuler

Comments

IndraAsya

IndraAsya

lanjut 💪😘

2023-09-08

1

Sapphire

Sapphire

hehehe.

kok aku jadi senyum-senyum ya 🤭🤭🤣

2023-09-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!