Ellen, Takdir Sistem Wanita Kuat
Aura kemarahan begitu terlihat jelas diwajah wanita cantik tersebut. Dia akan membalas semua orang yang telah menyakiti dirinya.
"Aku akan balas mereka semua! Tidak akan aku ampuni mereka! Satu persatu harus merasakan semua pembalasan dariku!!" teriak Ellen yang menatap dengan tajam. Dibola matanya seakan terlihat ada api amarah yang berkobar.
Ellen bersumpah akan membalas mereka dan tidak akan melepaskan mereka semua.
***
"Hiks. Hiks."
Suara tangisan seorang gadis muda bernama Ellen Maxwell. Ellen gadis yang muda, cantik, dan dari keluarga terpandang. Namun sayangnya, nasib Ellen begitu malang. Ellen sedang meringkuk di sebuah loteng atas rumahnya. Dia sedang menangis meratapi hidupnya.
Ellen tidak tahu, bagaimana bisa hidupnya sekarang begitu sengsara. Di rumah selalu diperlakukan buruk oleh ibu tirinya, sedangkan di kampus juga diperlakukan buruk bahkan dikucilkan oleh kakak tirinya yang satu kampus dengan Ellen.
"Dia kan sodara tirimu!" ucap seorang teman Kinara.
"Dia? Dia hanya babu di rumah! Jangan ada yang berteman dengan dirinya!" Kinara menghasut semua orang agar tidak ada yang mau berteman dengan Ellen.
"Hah? Babu?! Wah. Pantas saja berbeda sekali penampilan kalian berdua." Beberapa teman tidak menyangka, karena ucapan Kinara mereka pun memandang rendah kepada Ellen.
"Karena itu jangan ada diantara kalian berteman dengan dirinya. Perlakuan saja dia seperti babu. kucilkan saja dia. Buat apa berteman dengan seorang babu!" Kinara mencemooh. Mereka semua tertawa riang membicarakan Ellen. Malahan Kinara membicarakan yang buruk-buruk tentang Ellen kepada semua orang di kampus agar tidak ada yang dekat dan berteman dengan Kinara.
"Jelas dong. Mana mau kami berteman dengan dia! Bagaimana orang rendah seperti dia bisa masuk ke kampus elit kita. menyebalkan!" ucap yang lainnya juga.
"Maka perlakuan saja dia dengan buruk di kampus," ucap Kinara mempengaruhi yang lain. Ellen yang tidak sengaja mendengar merasa sedih. semenjak perkataan pertama kali itu yang dilakukan Kinara maka setelah itu tidak ada yang baik di kampus untuk Ellen. Namun begitu Ellen tetap berusaha tetap kuliah dan mengabaikan perlakuan buruk mereka.
Di rumah Ellen dibuat seperti babu. Padahal dirinya bukan babu, tetapi ibu tiri dan kakak tirinya selalu memperlakukan dirinya sebagai babu, sedangkan rumah tersebut adalah peninggalan dari kedua orang tua Ellen. Paul Maxwell dan Tania Maxwell adalah orang tua kandung Ellen. Mereka berdua sudah meninggal dunia.
Awalnya hanya mamanya yang meninggal sewaktu Ellen di tingkat SMP. Kemudian dua tahun kemudian saat Ellen akan lulus SMP, papa Ellen menikahi Kelly Rowland yang kini kemudian menjadi ibu tiri Ellen. Kelly saat menikah dengan papa Ellen, sudah memiliki seorang putri bernama Kinara Rowland. Gadis yang lebih tua setahun dari Ellen, maka itu dia menjadi kakak tiri Ellen.
Semasa papa Ellen hidup, ibu tiri begitu baik. Kemudian setahun setelah menikah dengan papa Ellen, Paul Maxwell pun meninggal dunia. Semenjak saat itu semua hal jatuh ke tangan mama tiri Ellen. Baik itu harta ataupun kekuasaan.
Namun ibu tiri dan kakak tiri Ellen begitu boros. Saat itu Ellen sudah tingkat SMA. Semenjak papa Ellen meninggal, sifat ibu tiri dan kakak tiri begitu berubah drastis. Mereka selalu kasar dan semena-mena kepada Ellen.
"Ellen, cepat cuci piring! Ellen, cepat masak! Ellen, cepat bersihkan rumah ini!" teriak Kelly, ibu tiri Ellen.
"Ellen, cuci pakaian sekarang!! Ellen, dimana makananku! Ellen, dimana sepatuku!" teriak Kinara pula.
Mereka memperlakukan Ellen dengan buruk. Bahkan untuk uang saku jajan saja Ellen tidak diberikan. Padahal warisan dari orang tua Ellen begitu banyak. Namun dihamburkan oleh ibu tiri dan kakak tirinya, tanpa mengingat Ellen dan tidak memberikan bagian Ellen. Ellen terpaksa harus menjalani masa SMA dengan sangat sederhana. Syukur saja biaya sekolah Ellen sudah diurus papanya sebelum meninggal agar selesai sampai perguruan tinggi, jadi untuk biaya sekolah Ellen tidak perlu cemas.
Di rumah Ellen tidak bisa leluasa dan santai, padahal itu rumah dia sendiri, dikarenakan ibu tiri yang selalu memberikan pekerjaan pembantu kepada Ellen. Padahal ada dua pembantu, tetapi Kelly selalu meminta Ellen mengerjakan banyak hal. Sampai dia memecat dua pembantu tersebut, dan memberikan semua tugas kepada Ellen.
Ellen hanya bisa pasrah menerima. Dia menurut saja, karena kalau tidak, dia akan diusir dari rumahnya. Kadang kala Ellen akan dihukum tidak makan di rumah, karena itu dia menerima semua perlakuan tersebut.
Tahun berganti tahun. Beberapa tahun kemudian, Ellen sudah mulai dewasa. Dia kini sudah kuliah. Namun nasib Ellen masih sama saja seperti dahulu. Mau di rumah dan di kampus sama saja. Di rumah ibu tiri jahat kepada Ellen dan di kampus kakak tirinya yang memperlakukan dia buruk.
Di kampus, Kinara membuat Ellen dikucilkan, sehingga tidak ada yang mau dekat ataupun berteman dengan Ellen. Ellen yang malang pun hanya sendiri tanpa punya seorang teman.
Hari itu, tepat hari kematian kedua orang tua Ellen. Seperti biasanya Ellen mau mendatangi kuburan kedua orang tuanya. Namun dia disibukkan banyak tugas rumah yang diberikan oleh sang ibu tiri. Padahal dia mau permisi izin pergi sebentar, tetapi dipersulit. Dari pagi tugas rumah terus diberikan oleh Kelly. Hingga ke sore hari barulah semua pekerjaan selesai. Ellen dengan langkah lelah barulah pergi ke tempat kuburan orang tuanya berada.
Malam hari Ellen baru pulang. Namun hal mengejutkan telah dia terima. Semua barang kenangan dari almarhum papa dan mama Ellen telah dibuang Kinara kemudian dia bakar di halaman belakang. Hati Ellen begitu hancur menyaksikan semua itu. Dia menangis dan memohon. Namun Kinara tidak peduli. Bahkan Kelly membiarkan hal tersebut.
Selama ini semua barang tersebut berada di gudang. Namun kini telah berpindah ke belakang rumah dan dibakar di halaman belakang rumah. Air mata Ellen bercucuran menyaksikan hal tersebut. Kinara dan Kelly hanya tertawa menyaksikan Ellen menangis. Kemudian mereka berdua pergi.
Bahkan Ellen sempat di dorong Kelly kemudian ditendang-tendang oleh Kinara. Ellen terkulai lemas di tanah. Usai puas menyiksa Ellen, Kinara dan Kelly pun pergi meninggalkan Ellen sendiri.
Malam semakin larut. Ellen masih diluar. Kini kobaran api sudah hilang berganti dengan abu, arang, dan debu saja. Ellen menatap sedih. Dia kemudian berjalan dengan langkah terseok menuju kamarnya. Di kamar yang sebenarnya tidak layak. Kamarnya berada di atas loteng. Disanalah Ellen berbaring dan meringkuk. Ada sebuah foto keluarga yang dia simpan dibalik bantalnya. Foto papa, mama dan Ellen sewaktu dahulu diambil. Kini hanya itu yang tersisa yang Ellen miliki untuk mengenang kedua orang tuanya.
Ellen memeluk foto tersebut. Dia kemudian menangis.
"Aku merindukanmu, Papa, Mama!" isak tangis Ellen sambil memeluk foto tersebut.
Hari ini Ellen bahkan lupa makan. Sekarang sudah sangat larut malam. Dia belum makan dari tadi. Tubuhnya sakit karena perlakuan Kinara dan Kelly tadi. Hatinya pun sakit mengingat kejadian barusan. Sekarang pandangan dirinya seakan kabur karena belum makan apapun. Kepala Ellen juga mulai terasa sakit. Perutnya terasa perih.
Dalam suasana tersebut sebuah pemikiran terlintas di kepala Ellen. Dia mau menyusul papa dan mamanya saja. Ya. Mungkin kematian lebih baik untuk dirinya. Hidup juga hanya menderita. Jadi lebih baik dia mati saja menyusul papa dan mamanya.
"Tidak!! Aku tidak mau menderita lagi!!!" teriak Ellen di malam hari yang dimana semua sudah terlelap. Dia saja sudah kelelahan karena menangis sepanjang hari ini.
"Aku akan menyusul kalian, Pa, Ma!"
Ellen kemudian berdiri. Dia bersiap membuat tali gantungan. Dia akan segera mengakhiri hidupnya. Setelah selesai membuat tali gantungan, Ellen naik dan mau gantung diri. Dia memasukkan kepalanya. Namun sayangnya, tali pun putus.
Ellen jatuh dan masih hidup. Dia jatuh dengan keras dan menabrak barang-barang yang ada disekitar loteng. Semua berantakan. Dia berusaha bangun dan berdiri. Kemudian Ellen melihat sebuah kalung cantik yang berkilau. Ellen mendekati kalung tersebut.
"Aku masih hidup!" Ellen memegang lehernya. Dia agak kesakitan. "Itu apa? Kalung?"
Ellen memunguti kalung tersebut. Dia menatap kalung yang cantik dan berkilau tersebut.
"Cantik," ucap Ellen.
Seketika Ellen lupa dengan apa yang menimpa dirinya dan lupa akan niat dirinya untuk bunuh diri.
Kalung tersebut bercahaya. Bahkan cahaya begitu menyilaukan mata. Cahaya semakin besar dan membuat Ellen tidak bisa melihat. Cahaya menyinari seluruh ruangan dan tubuh Ellen.
Ellen memejamkan kedua matanya. Begitu dia membuka mata semua hal masih sama dan dia masih di tempat yang sama.
"Apa yang terjadi barusan?" tanya Ellen sendirian.
Namun kemudian keajaiban terjadi. Sebuah sistem merubah hidup Ellen. Dia bahkan menjawab perkataan Ellen. Hanya Ellen yang bisa mendengar suara sistem tersebut.
"Selamat Nona Ellen. Anda kini terpilih sebuah sistem. Hidup Anda akan berubah menjadi lebih baik," ucap sistem tersebut. Ellen terkejut mendengar suara tersebut.
"Hah! Siapa itu?"
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Narimah Ahmad
🤔menarik☺️
2024-04-16
0
azka aldric Pratama
hadir
2023-10-08
1
dita18
mampir thoorrr
2023-10-07
0