" Dieeeem, kalau kalian teriak begitu bisa heboh satu kantor! " bisiku pada dua sahabatku.
Bibir mereka mengerucut, ingin rasanya aku menguncirnya. " Jelasinya nanti lagi ya kalian kerja yang bener aku mau keruangan pak Anjas sekarang. " Aku meninggalkan susi dan wanda yang menatapku penuh tanya.
" Lo utang penjelasan ya gin! " teriak wanda saat aku sudah mulai meninggalkan meja krjaku.
Aku berjalan dengan percaya diri menuju ruangan pak Anjas, CEO yang memimpin diperusahaan tempatku bekerja.
Tok tok tok
" Masuk. " dari dalam terdengar suara berat pak Anjas memprsilahkan aku masuk.
Dag dig dug dag dig dug
Bunyi jantungku seakan terdengar jelas ditelingaku. Awalnya aku merasa percaya diri. Namun saat aku sampai diruangan pak anjas nyaliku menciut. Seprti krupuk terkena air.
Aku masuk dengan kepala tertunduk, pak anjaz menatapku heran. " Apa kamu mau terus berdiri disana? " suara pak anjar membuatku mendongak, aku menatap wajah tampan berkarismatik itu.
Ekheeem
Suara deheman pak anjaz membuatku seketika menunduk lagi, kali ini lebih dalam. Aku malu kedapatan menatap wajah tampan sang CEO muda itu.
" Sekrtarisku bilang kamu mau mengundurkan diri, mana surat pengunduran diri kamu? " Aku perlahan maju dan meletakan surat itu dimeja pak anjaz.
" Apa alasan kamu keluar dari kantor ini, bukankah kamu baru saja perpanjang kontrak? Apa gajimu kurang atau kamu mau tidak betah disini? " Aku bingung harus menjawab yang mana dulu saat pak anjaz mencecarku dengan begitu banyak pertanyaan.
" Maaf pak apa saya wajib membritahukan alasanya. " Aku bertanya dengan kepala masih tertunduk.
" Wajib! " jawaban singkat nan jelas itu cukup membuatku semakin bingung. Aku malu jika aku mengatakan aku keluar untuk menikah. Tapi kalau tidak menjawab aku takut pak anjaz marah dan merasa tidak dihormati.
" Eng, anu pak!
" Anu apa? Jawab yang jelas jangan anu ini anu ini. "
" Astaga ini orang ko ketus banget. " gumam ku hanya dalam hati.
" Saya keluar karna saya akan menikah pak! " Dalam satu tarikan nafas aku menjelaskan alasnku pada pak anjaz. Diterima atau tidak itu urusan nanti yang pnting aku sudah brusha jujur.
Pak anjas menyengritkan kening saat mendengar alasnku. Stelahnya dia mengabulkan permintaanku untuk keluar dari kantor. Saat aku hendak keluar suara pak anjas membuatku urung membuka pintu.
" Gina, jangan lupa undanganya! " Stelah mengucapakn itu pak anjaz kembali pada berkas-berkas yang sedang ia tandatangani.
Aku krluar dari ruangan pak anjaz aku langsung menuju kubikelku. Aku mengemasi barang-barang dalam mejaku. Aku tak melihat susi dan wanda berada dimejanya. Padahal aku sangat ingin bermaitan dengan mereka.
Stelah berpamitan pada teman-teman yang lain tiba-tiba ada yang menyeret tanganku, aku tersentak kala melihat susi dan winda yang ternyata menarik tanganku dan menatapku dengan tatapan menguliti.
" Ikut kami, jelaskan semuanya saat ini juga! " titah susi sambil berjalan menggandengku, ternyata mereka membawaku kekantin.
" Kenapa kalian disini, nanti bu Nana marah lo! " bu nana adalah kepala bagian dikubikel kami.
" Dieem lo, gue minta lo jelasin sekarng juga! " wanda duduk disamping kananku dan susi tepat berada didepanku.
Aku bingung harus menjelaskan dari mana dulu. Namun perlahan menglirlah ceritaku mengenai perjodohanku dan kepindan tante fara dan om akmal.
Stleah cukup lama kami bercerita aku memutuskan untuk pulang. Aku tidak mau terlalu lama membuat mereka mangkir dari pekrjaan.
******
Satu minggu sudah berlalu segela persiapan pernikahan sudah slesai dari mulai gaun pernikahan, catring, undangan dan lainya. Aku lebih memilih konsep pernikahan yang sederhana, tanpa pesta tanpa resepsi dan dihadiri oleh orang-orang terdekat saja. Bahkan acara prnikahan kami dilangsungkan dirumah dengan sederhana.
" Saya terima nikah dan kawinya Faragina Adiwangsa binti Ferei Adiwangsa dengan mas kawin seperangkat alat solat dan uang tunai sebesar sepuluh juta rupiah dibayar Tunai. "
Bagaimana para saksi, sah? "
" Saaah " jawab semua orang yang menghadiri pernikahan kami. Stelah ijab kobul slesai acara demi acara sudah kami lewati. Malam harinya aku langsung diboyong kerumah suamiku Mas Arul.
Tangis pun pecah kala aku berpamitan dengan om dan tanteku.
Aku merasa berat saat harus meninggalkan tempat yang aku tinggali selama aku kecil hingga saat ini.
" Sudahlah jangan nangis lagi, om dan tante akan sering mengunjungi kamu. Baik-baik disana, jadilah istri yang baik dan patuh pada suami dan ibu mertuamu. " Tante fara menasehatiku kala aku memeluknya.
Begitu juga dengan om akmal. " Maafkan om dan tante ya sayang, semua ini om lakukan demi kebaikan kamu. Jangan pernah menaruh rasa dendam dengan kami. Jangan berfikir kami tidak menyayangi kamu. Tugas om menjaga kamu sudah selesai dan sekarang sudah jadi tanggung jawab suamimu. "
Kata-kata om akmal sangat menyentuh dihatiku, ucapanya seakan kita akan ini adalah pertemuan terahir kami.
" Trimakasih om tante sudah menjadi orangtuaku selama ini, aku banyak berhutang budi sama om dan tante. Maaf belum bisa membalas apa-apa pada kalian. " Aku memluk om dan tante secara bergantian. Mereka pun menangis melepas keprgianku.
Stelah membrikan nasehat dan petuah untuk mas arul kemudian tante dan om menyuruhku untuk segera masuk kedalam mobil karna waktu sudah malam. Mereka tak mau jika keluarga mertuaku merasa mereka sengaja menundaku untuk lebih lama.
Mobil yang kami tumpangi perlahan menjauh dari halaman rumah. Tak terasa airmataku menetes saat aku mengingat saat pertama kali aku menginjakan kakiku dirumah itu. Bayangan-bayangn kebersamaan kami seprti menjadi slide yang bermunculan dimataku.
" Jangan nangis sayang, kan kamu masih bisa bertukar kabar saat om dan tante kamu sudah pindah. Jngan hawatir, kamu tidak sendri nak. " Mertuaku merengkuh pundaku dan mengusap airmataku dengan lembut.
Sesaat aku merasakan kasih sayang seorang ibu darinya. Saat aku melihat wajahnya aku bisa merasakan ketenangan sama seprti saat aku menatap wajah ibuku dulu.
Butuh waktu satu jam untuk sampai kerumah suamiku. Karna terlalu lelah aku sampai tertidur dalam perjalanan. Hingga suara lembut ibu mertuaku terdengar dtelingaku saat membangunkanku.
"Gina sayang, kita sudah sampai ayo turun. " Aku mengerjapkan mata saat tangan lembut mertuaku menyapu wajahku.
" Maaf mah, gina ketiduran. Apa kita sudah sampai? " Aku turun dan sedikit tajub dengan bangunan rumah milik mertuaku. Rumah mewah bergaya eropa dengan tiga lantai dan pilar-pilar besar didepanya. Halaman yang luas dilengkapi taman yang penuh dengan bunga-bunga didalamnya. Walapun malam hari aku bisa melihat dengan jelas keindahan taman dan sekliling rumah mewah ini.
" Ayo Gin, apa perlu aku gendong! " Ucapan mas Arul membuat wajahku menghangat. Aku malu mendengar apa yang dia ucapkan.
Badanku bergetar hebat kala tangan kekar suamiku menggandengku untuk segera masuk kedalam rumah. Aku seprti terhipnotis dengan pesonanya. Harum maskulin has seorang pria begitu menyugar dihidungku. Berdekatan dengannya seintim ini untuk pertama kali dalam hidupku membuat jantungku berdegup dengan kencang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
Utayiresna🌷
Bau bau inscure tercium dihidungku .🥲
2024-02-28
0
Utayiresna🌷
ehhhh pake sah aja aku belum dapat undangan nya nih🥹
2024-02-28
0
Utayiresna🌷
Seketika otakku traveling dari Lombok ke korea ketemu jeon jungkook /Sob/
2024-02-28
0