Part 4. Dengan Satu Syarat

Di dalam rumah bermodel Scandinavian, di balkon ruang kerja Narendra yang berdesain minimalis dengan dekorasi rapi dan nuansa klasik bercat dominan warna putih. Duduk dua orang saling berhadapan, sepasang manusia.

“Tandangani surat ini,” perintah Narendra pada wanita yang duduk di sofa ruang kerjanya. Dia menyodorkan stopmap berwarna merah yang masih dalam keadaan rapi dan tertutup.

Jihan, wanita cantik berponi jarang dan berambut hitam panjang itu mendongakan kepalanya. Menatap Narendra dengan wajah yang bingung dan dahi yang berkerut-kerut. “Apa ini, Pak?” Tanya Jihan, ia meminta Narendra menjelaskan lebih apa isi surat itu daripada hanya sekadar menyuruhnya untuk menyapukan tanda tangan di atas dokumen tersebut.

“Surat perjanjian perceraian,” jawab Narendra dengan nada bicara serius.

Jihan menatap nanar pada suaminya, wanita itu semakin menekuk wajahnya, “Apa maksud, Bapak?” Bahkan, seminggu telah berlalu, wanita itu masih memanggil suaminya dengan sapaan formal seperti panggilan seorang karyawan kepada majikannya. Karena memang tidak ada yang berubah akan statusnya. Entah sudah menikah atau belum, posisi Jihan di rumah itu tidak lebih dari seorang karyawan di toko butik seorang istri dari pria yang berdiri di hadapannya.

“Apa maksudnya, Pak. Apa maksud Anda mengajukan perjanjian seperti ini?” Jihan menuntut penjelasan lebih seraya membuka stopmap berwarna merah.

Jihan membaca tajuk surat di dalam stopmap itu “Perjanjian dan Kompensasi Pasca Perceraian,” ucap Jihan membaca tulisan bercetak tebal yang terletak paling atas bagian surat tersebut.

“Kamu pasti tahu jika kita tidak saling mencintai. Pernihakan ini memang sah di mata hukum, tetapi kita tidak bisa terus bersama dan tinggal serumah karena saya tidak bisa menerimamu sebagai istriku. Kamu tahu, jika pernikahan dilakukan atas dasar paksaan. Itu bukan kemauan kita secara alami," ucap Narendra tenang dan sarat akan poin penting dalam setiap kalimatnya.

“Setelah kamu menandantangi berkas itu, kamu akan terbebas dari pernikahan ini setelah 6 bulan terhitung sejak hari ini. Kemudian, saya akan memberikan sejumlah uang sebagai kompensasi karena kesediaanmu menuruti permintaan istri saya tercinta. Tandatanganlah, maka kamu tidak akan merasakan kerugian apapun,” ucap Narendra dengan percaya diri.

Jihan meringis, tersenyum getir mendengar kalimat yang terucap dari bibir 'suaminya'. Wanita muda itu menunduk dalam-dalam setelah hatinya terasa berdenyut karena sesuatu berhasil meremasnya hingga membuat hatinya remuk seketika, “Setelah bapak menikahi saya di depan keluarga saya, di depan para tamu, dan status saya yang sudah berubah bukan lagi seorang gadis. Lalu, begitu mudahnya Bapak memintaku untuk menandatangi perjanjian ini?” Tanya Jihan dengan tatapan menunduk menatap stopmap merah yang terlihat mengerikan baginya.

Seminggu pernikahan, dia harus menghadapi perjanjian cerai yang akan dilakukan setelah enam bulan pernikahan.

“Sejujurnya, tidak mengerti dengan pola pemikiran Bapak dan istri Bapak. Setelah dia memohon dengan sangat padaku untuk menerima Anda sebagai suamiku, lalu mengapa sekarang aku dibuang begitu saja? Apa semudah itu orang-orang kaya memperlakukan kami si orang miskin ini? Apa kalian pikir, saya tidak punya harga diri dan martabat di mata kalian sesama manusia? Dimana hati nurani Anda, Pak?” Seru Jihan sedikit menaikan nada bicaranya.

“Selama ini saya diam karena saya menghargai Anda dan istri Anda karena kalian yang sudah banyak membantu saya, termasuk memperbaiki keadaan perekonomian keluarga saya karena memberikan pekerjaan untuk saya. Tapi, apa selamanya saya harus diam sedangkan saya diinjak-injak seperti ini dan berkali-kali?” Tutur Jihan dengan mata yang meulai menatap tajam pada pria di depannya.

Narendra diam, dia tidak pernah menyangka jika wanita yang selama ini dia sangka seorang yang pendiam dan tidak berdaya kini dia bisa berbicara panjang lebar dan lancar di depannya.

“Jihan?” Panggil Narendra pelan, pria itu seakan sedang memeringatakan anak itu pada batasannya yang tidak lebih sebagai seorang karyawan dengan majikan.

“Iya, benar. Memang tidak ada cinta diantara kita. Namun, apakah pemikiran bapak sependek itu? Dengan mudah menceraikan saya dan memberikan sejumlah besar uang yang digadang sebagai kompensasi atau ganti rugi atau apalah iti. Tidak semudah itu, Pak!" kata Jihan dengan tegas walau saat ini kakinya sedang bergetar karena secara sadar atau tidak sadar dia berbicara seperti itu pada Tuan yang selama ini menggajinya bekerja.

“Apa yang kamu mau?” Tanya Narendra berkacak pinggang di depan istri keduanya.

"Ini menjadi rumit dan tidak semudah yang direncanakan sebelumnya," ujarnya dalam hati.

“Apakah bapak berpikir, apa jadinya setelah saya bercerai dengan Anda? Ya, memang Anda bisa menjamin jika saya akan mendapatkan banyak uang setelahnya, tetapi bagaimana dengan masa depan saya? Saya tidak lebih dari seorang janda dari anak orang miskin yang bermimpi menjadi istri dari pria kaya raya, tapi kemudian dilepeh begitu saja. Lalu, dipulangkan ke rumah orang tua, menjadi sampah masyarakat, dan bahan ocehan tetangga. Orang tuaku menanggung malu karena itu,” ujar Jihan berhenti seaat. Lantas, dia berdiri dan berjalan mendekat pada Narendra.

"Dan apakah Anda menyadari bahwa aku akan tetap menjadi pihak yang dirugikan di sini karena ulah keegoisan bapak dan istri bapak?" Lanjutnya setelah berkata panjang lebar.

"Katakan padaku, Pak. Apakah itu hal yang adil bagi saya?" Dia yang kini telah berdiri dan menatap Narendra dengan sangat berani meski matanya sudah basah karena air mata yang sudah sejak tadi menetes.

Mereka sama-sama diam, ruangan pun menjadi sunyi dan di bawah lampu yang menyorot terang menjadi saksi perbincangan mereka malam ini. Narendra bingung apa yang harus ia lakukan untuk mendapatkan solusi, “Lalu, apa maumu?”

"Aku ingin mendapatkan ganti rugi yang lebih daripada sejumlah uang yang Anda janjikan," ucap Jihan.

"Apa? Katakan," seru Narendra yang tidak membantah.

Jihan mengambil dan meremas kuat lembaran stopmap itu di tangan kanannya, “Anda bisa saja menceraikan saya, tapi dengan satu syarat yang harus Anda penuhi,” kata Jihan walau dengan rahang yang bergetar.

“Katakan!” Tegas Narendra. Pria itu melipat tangan di depan dadanya, dia tidak suka berbasa-basi.

Wanita itu memajukan tubuhnya selangkah demi langkah hingga kini jaraknya sangat dekat dengan posisi berdiri Narendra. Dengan napas yang hampir tercekat, Jihan harus bisa menarik napas sedalamnya, sebelum akhirnya wanita itu berkata, “Aku ingin mempunyai anak dari Anda, maka barulah aku akan pergi setelahnya.”

Cetar! Secangkir kopi panas terjatuh ke lantai dan menimbulkan suara keras yang mengejutkan kedua orang yang sedang berbincang.

Cliantha, dia menutup mulutnya setelah mendengar apa yang menjadi persyaratan yang Jihan ajukan untuk menyetujui perceraian yang diajukan oleh Narendra.

Bersambung...

Episodes
1 Part 1. Pernikahan Kedua
2 Part 2. Masak Makan Malam
3 Part 3. Dipermainkan
4 Part 4. Dengan Satu Syarat
5 Part 5. Turuti Kemauannya
6 Part 6. In Vitro Vertilization
7 Part 7. Tetaplah Tinggal
8 Part 8. Harapan yang Sama
9 Part 9. Efek Samping Pasca IVF
10 Part 10. Sikap Berbeda
11 Part 11. Sedikit Perhatian
12 Part 12. Banyak Perhatian
13 Part 13. Berterima Kasih
14 Part 14. Mengalah
15 Part 15. Tentang Imbalan
16 Part 16. Sampingan
17 Part 17. Berbohong
18 Part 18. Agenda Esok Hari
19 Part 19. Tertangkap Basah
20 Part 20. Bukan Siapa
21 Part 21. Berdua
22 Part 22. Bersikap Baik
23 Part 23. Kedatangan Mertua
24 Part 24. Berbohong
25 Part 25. Pesan Mertua
26 Part 26. Jangan Berharap
27 Part 27. Dua Tipe Istri
28 Part 28. Perlakuan Mertua
29 Part 29. Tersisihkan
30 Part 30. Mengikis Jarak
31 Part 31. Pengidap Bipolar
32 Part 32. Kilas Balik
33 Part 33. Terancam
34 Part 34. Bunda Nabilah
35 Part 35. Kejutan
36 Part 36. Dual Mertua
37 Part 37. Kebenaran
38 Part 38. Semua Tahu
39 Part 39. Hilang
40 Part 40. Mencoba Mengakhiri
41 Part 41. Salah Sangka
42 Bab 42. Pengobat Luka
43 Part 43. Menunda Perpisahan
44 Part 44. Pisah Rumah
45 Part 45. Jauh Berbeda
46 Part 46. Ingkar
47 Part 47. Berkabung
48 Part 48. Sisi Lain Kehidupan Jihan
49 Part 49. Dua Belah Pihak
50 Part 50. Penggerebekan
51 Part 51. Tersinggung
52 Part 52. Kehilangan
53 Part 53. Pengorbanan
54 Part 54. Dipisahkan
55 Part 55. Dua Keadaan
56 Part 56. Keputusan
57 Part 57. Tergantikan
58 Part 58. Terbakar
59 Part 59. Jarak
60 Part 60. Batal
61 Part 61. Runtuh
62 Part 62. Pilih Satu
63 Part 63. Menolak
64 Part 64. Kacau
65 Part 65. Hampir Menyerah
66 Part 66. Perlahan Terbiasa
67 Part 67. Pertemuan untuk Perpisahan
68 Part 68. Sebuah Strategi
69 Part 69. Akhir dari Kisah (END)
70 Extra Part 1. Akibat Kedengkian
71 Extra Part 2. Life Must Go On
Episodes

Updated 71 Episodes

1
Part 1. Pernikahan Kedua
2
Part 2. Masak Makan Malam
3
Part 3. Dipermainkan
4
Part 4. Dengan Satu Syarat
5
Part 5. Turuti Kemauannya
6
Part 6. In Vitro Vertilization
7
Part 7. Tetaplah Tinggal
8
Part 8. Harapan yang Sama
9
Part 9. Efek Samping Pasca IVF
10
Part 10. Sikap Berbeda
11
Part 11. Sedikit Perhatian
12
Part 12. Banyak Perhatian
13
Part 13. Berterima Kasih
14
Part 14. Mengalah
15
Part 15. Tentang Imbalan
16
Part 16. Sampingan
17
Part 17. Berbohong
18
Part 18. Agenda Esok Hari
19
Part 19. Tertangkap Basah
20
Part 20. Bukan Siapa
21
Part 21. Berdua
22
Part 22. Bersikap Baik
23
Part 23. Kedatangan Mertua
24
Part 24. Berbohong
25
Part 25. Pesan Mertua
26
Part 26. Jangan Berharap
27
Part 27. Dua Tipe Istri
28
Part 28. Perlakuan Mertua
29
Part 29. Tersisihkan
30
Part 30. Mengikis Jarak
31
Part 31. Pengidap Bipolar
32
Part 32. Kilas Balik
33
Part 33. Terancam
34
Part 34. Bunda Nabilah
35
Part 35. Kejutan
36
Part 36. Dual Mertua
37
Part 37. Kebenaran
38
Part 38. Semua Tahu
39
Part 39. Hilang
40
Part 40. Mencoba Mengakhiri
41
Part 41. Salah Sangka
42
Bab 42. Pengobat Luka
43
Part 43. Menunda Perpisahan
44
Part 44. Pisah Rumah
45
Part 45. Jauh Berbeda
46
Part 46. Ingkar
47
Part 47. Berkabung
48
Part 48. Sisi Lain Kehidupan Jihan
49
Part 49. Dua Belah Pihak
50
Part 50. Penggerebekan
51
Part 51. Tersinggung
52
Part 52. Kehilangan
53
Part 53. Pengorbanan
54
Part 54. Dipisahkan
55
Part 55. Dua Keadaan
56
Part 56. Keputusan
57
Part 57. Tergantikan
58
Part 58. Terbakar
59
Part 59. Jarak
60
Part 60. Batal
61
Part 61. Runtuh
62
Part 62. Pilih Satu
63
Part 63. Menolak
64
Part 64. Kacau
65
Part 65. Hampir Menyerah
66
Part 66. Perlahan Terbiasa
67
Part 67. Pertemuan untuk Perpisahan
68
Part 68. Sebuah Strategi
69
Part 69. Akhir dari Kisah (END)
70
Extra Part 1. Akibat Kedengkian
71
Extra Part 2. Life Must Go On

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!