Belakangan ini keanehan selalu menimpaku,contohnya saat aku diincar oleh pembunuh.Dan sekarang,ini bahkan lebih aneh lagi,aku sampai sakit kepala memikirkannya.
Aku sekarang sedang berdiri di tempat yang luas dan sangat mewah.Luasnya mungkin sekitar dua ratus meter dengan tiang-tiang yang menjulang tinggi.Tempat ini didominasi oleh kaca.Lantainya,tiang-tiangnya,dindingnya,bahkan di sini sumber pencahayaannya berasal dari kaca bersinar yang menempel di tiang-tiang.
Tapi bukan itu yang membuatku terkejut.
Tepat di depanku,ada seorang pria yang duduk di sebuah singgasana sambil memancarkan aura mengintimidasi.Bulu kudukku seketika berdiri.Pria itu memakai setelan putih-putih,rambutnya berwarna pirang,dan matanya berwarna biru.
Kriekkkk.......
Gerbang besar di belakangku terbuka pelan.Dari luar,masuk seorang pria yang sudah tua.Meski terlihat tua,tapi badannya terlihat sangat bugar.Dia berjalan dengan gagah menghadap pria yang duduk di singgasana.
"Salam,Yang Mulia." Orang tua itu memberi hormat sambil berlutut.
"Bagaimana situasinya?" orang yang dipanggil Yang Mulia bertanya.
"Luke tidak berhasil membunuhnya.Malahan,dialah yang terbunuh."
Yang Mulia mendengus. "Sudah kuduga.Tapi tidak papa,karena itu hanyalah salam pembuka dariku untuknya.Untuk sekarang,aku perintahkan kau untuk mengerahkan Tang Yin dan Ken!"
"Sang hantu?!" orang tua itu terkejut. "Bagaimana jika dia tidak mau mendengarkan perintah anda?"
Yang mulia menatapnya dengan sinis. "Kau meragukan perintahku?" suara beratnya menggema di seluruh ruangan.
"Ti-tidak,saya tidak berani."
"Bagus.Sekarang,laksanakan perintahku!"
Tanpa berbicara apa-apa lagi,orang tua itu segera balik kanan dan pergi keluar.Pandanganku lagi-lagi menjadi buram.Aku mengerjap-ngerjapkan mata,mencoba untuk memperbaiki pandanganku,tapi tidak bisa.Pandanganku lama-kelamaan menjadi tidak jelas,hingga akhirnya semua menjadi gelap gulita.
Aku membuka mata,terbangun dari tidurku.Seperti sebelumnya,kepalaku terasa sangat pusing.Sebenarnya ada apa denganku? Sudah dua hari—termasuk sekarang—hidupku sangat berantakan.Dua kali sudah aku bermimpi aneh dan itu sangat menggangguku.
Aku melihat ke arah jam.Gawat! jam menunjukkan pukul lima kurang seperempat.Sebentar lagi pasti akan ada yang menggedor-gedor pintu kamarku.Aku harus cepat-cepat bersiap,sebelum pintuku rusak dibuatnya,kan kasihan pintuku kalau rusak.
Aku pun beranjak dari kasur,lalu segera berlari menuju kamar mandi.Hari itu adalah waktu mandi tercepatku.Jika biasanya aku membutuhkan lima belas menit untuk mandi—itu masih belum ditambah dengan waktu buang air besarku yang membutuhkan waktu lima menit—hari itu aku hanya membutuhkan waktu sepuluh menit,ditambah dengan buang air besarku,totalnya lima belas menit.Hei! Meski hanya beda lima menit,tapi itu sudah termasuk cepat dari biasanya kan?
Setelah menyelesaikan mandi "super cepatku",aku segera bersiap,memakai seragam sekolah,menyiapkan peralatan,dan memasukkan buku ke dalam tas.Sayup-sayup aku bisa mendengar langkah kaki seseorang dari luar,itu sudah pasti Illona.Dia semakin dekat.Entah mengapa aku menjadi gugup.Jadi seperti ini rasanya menjadi pencuri di rumah orang,meskipun ini kamarku sendiri.
Aku bergegas berlari ke arah pintu lalu membukanya.Saat aku membuka pintu,aku terkejut.Tepat di depan pintuku,sudah berdiri Illona yang sedang bersiap mengetuk—oh,maaf,maksudku menggedor-gedor pintuku.
"Pagi,Illona." sapaku sambil senyum dengan paksa.
"Pagi." Illona. melihatku dengan skeptis,dari atas sampai bawah. "Bagus!" dia menyeringai lebar. "Akhirnya,tanpa perlu kupanggil pun kau sudah siap.Akan tetapi,lebih bagus lagi kalau kau bisa bangun lebih pagi lagi."
Eh? bagaimana bisa dia tahu kalau aku baru bangun?
"Lihatlah,resleting celanamu belum kau naikkan."
Aku segera memperhatikan restletingku,dan benar,restletingku belum kunaikkan.Dengan wajah merona,aku memperbaiki restletingku.Rasanya sangat memalukan,ini lebih memalukan daripada mengompol di Sekolah.
"Illona,lupakan kejadian barusan!" aku meliriknya,tentu saja dengan wajah yang tetap merona.
Illona terkekeh-kekeh. "Mana mungkin aku bisa melupakan kejadian barusan.Oh,sungguh beruntungnya aku." Illona pun berbalik badan dan pergi.
Aku mengejarnya. "Illona,lupakan!"
"Tidak mau!"
"Aku mohon,lupakan!"
"Tidak mungkin,impossible."
Kami menuruni tangga.Aku terus saja memintanya untuk melupakan kejadian barusan.Dan ya,dia hanya tersenyum dan tetap menolak,dia sangat menikmatinya.MENGAPA DIA SELALU MENIKMATI KESENGSARAANKU!
"Tenang saja,aku tidak akan membicarakannya kepada siapapun."
Itu sama sekali tidak membuatku tenang.
"Membicarakan apa?" ibu bertanya,dia sedang menyiapkan sarapan untuk kami.
"Oh,itu—"
Aku sontak membungkam mulutnya. "Tidak,tidak ada apa-apa."
"Baiklah," ibu mengangkat kedua bahunya,menyerah untuk meladeni kami berdua. "Duduklah,sarapan sudah siap."
Disaat ibu tidak melihat,Illona tiba-tiba menggigit tanganku.
"Ow!" aku berjengit.Dia menggigitku dengan serius,seakan punya dendam padaku. "Apa sih masalahmu!"
Illona menjulurkan lidahnya dengan tujuan meledekku. "Masalahku adalah kau." dia lalu berbalik badan dan segera duduk di meja makan.
Dasar tidak berperasaan! Dia menggigitku sampai membekas.Mengapa harus menggigit sih? Bukankah dicubit saja sudah cukup? Aku sama sekali tidak bisa membaca pola pikirnya,itu membuatku kesal.
"Archie,apa yang kau lakukan?" tanya ibuku dengan kebingungan di meja makan. "Ayo,segera duduk."
Aku mengangguk sambil tersenyum—meskipun sedikit memaksa.Aku melirik ke arah Illona.Lihatlah si biang kerok itu! wajahnya tetap terlihat biasa,sama sekali tidak merasa bersalah.Jika saja tidak ada ibu,aku ingin sekali menjitak kepalanya,walaupun resikonya digantung sekalipun.
...****************...
Omong-omong,kalian masih ingat kata-kata ibuku? Itu loh,tentang teman yang tulus dan juga tidak.Sekarang kalian ingat kan? bagus! kalau begitu,aku akan lanjut bercerita.
Sebenarnya,aku sama sekali tidak menganggap omongan ibuku serius,aku hanya menganggapnya sebagai angin lalu.Dan aku sangat menyesal sekarang.Yang dikatakan oleh ibuku benar-benar terjadi padaku.Semua orang yang ada di kelasku sekarang menjadi sok akrab denganku,laki-laki maupun perempuan.Mereka tiba-tiba mendekatiku dan mengajakku ngobrol tanpa memperdulikanku.Melihat wajah palsu mereka membuatku merasa jijik.Maka dari itu,setelah berbunyi bel istirahat,aku segera keluar dari kelasku.
Di sinilah aku sekarang,sedang duduk di bangku taman yang tempatnya tersembunyi.Tempat ini dipenuhi pohon-pohon yang rimbun,sehingga menutupi sinar matahari masuk.Bagiku tempat ini sangat sempurna untukku.Tidak ada orang yang mengganggu dan aku dapat melakukan apapun di sini.Jadi seperti ini rasanya memiliki markas tersembunyi.Semoga saja tidak ada yang menggangguku.
"Archie,apa yang kau lakukan di sini?" aku mendengar suara seseorang yang sangat menyebalkan di sampingku.
Aku menoleh.Dan benar saja,di sana sudah ada Illona yang sedang bersandar di batang pohon dengan muka kebingungan.
Aku mendengus,merasa kesal. "Disaat aku menemukan ketenangan,ada saja orang yang menggangguku." gerutuku.
"Siapa yang mengganggu?" dia berjalan lalu duduk di sampingku.
"Siapa lagi kalau bukan kau!" aku lalu menghela nafas panjang. "Kukira aku sudah bisa lepas dari masalahku."
Illona tersenyum. "Ya,kalau kau setiap hari bersantai di sini,maka kemungkinan besar akan bertemu denganku.Aku menemukan tempat ini dua tahun yang lalu.Dan sejak saat itu,aku selalu berada di sini saat istirahat."
Aku mengangkat sebelah alisku. "Kenapa?"
"Kau tahulah,menjadi orang terkenal sangat melelahkan."
Benar juga,selalu berakting menjadi orang yang baik hati di depan orang lain pasti melelahkan.Aku tahu rasanya,aku kan juga terkenal,tapi dalam artian yang berbeda.Meski abegitu,melihat Illona yang selalu kelelahan di rumah sudah cukup membuatku tahu betapa melelahkannya menjadi populer.Aku ingin sekali membantunya.
"Illo—"
Kresek...suara gemerisik daun terdengar dari dalam pohon di depanku.
Aku sontak melihat ke arah suara,tidak ada siapa-siapa di sana.Apa mungkin perasaanku? Disaat aku sudah hampir memalingkan pandanganku,sebuah titik merah menyala muncul di antara dedaunan pohon yang lebat.Aku memicingkan mata,mencoba fokus,itu sebenarnya apa?
"Hei!" Illona memukul pundakku,itu membuatku terkejut. "Kenapa bengong?"
Aku menoleh. "Oh itu—eh?!" saat aku melihat kembali ke sana,tituk merah itu sudah menghilang.Aku menggaruk-garuk kepala,kemana titik merah itu tadi?
Bel mulai berbunyi,tanda istirahat telah berakhir.
"Aku kembali dulu.Kau juga segera kembalilah,jangan terlambat!"
Aku sama sekali tidak menanggapi perintahnya.Pandanganku tetap terpaku pada tempat tituk merah itu muncul.Aku sangat penasaran,kemana titik merah itu pergi? Apa jangan-jangan,itu memang hanya perasaanku?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments